TEMPO.CO, Yogyakarta - Lampu-lampu taman di kawasan Malioboro, Yogyakarta, yang selama dua bulan terakhir dipadamkan kembali menyala sejak Minggu petang, 26 September 2021. Pemerintah Kota Yogyakarta sengaja mematikan lampu taman di Malioboro pada malam hari untuk menghindari kerumunan.
"Selama tiga hari, dari Minggu sampai Selasa besok (26-28 September 2021) untuk sementara lampu-lampu di Malioboro akan menyala lagi," kata Kepala Unit Pelaksan Teknis (UPT) Kawasan Cagar Budaya Malioboro, Kota Yogyakarta, Ekwanto pada Senin, 27 September 2021. "Lampu dinyalakan kembali karena informasinya Pesiden Joko Widodo akan datang ke Yogyakarta."
Ekwanto tak tahun kapan persisnya Presiden Jokowi berada di Yogyakarta. Yang jelas, Kantor Istana Negara atau Gedung Agung, yang selama ini menjadi tempat singgah jika presiden ke Yogyakarta memang terletak di ujung Jalan Malioboro. Persisnya di kawasan Titik Nol Kilometer atau depan Benteng Vredeburg.
"Kami tidak tahu apakah setelah menyala selama tiga hari ini, kemudian lampu-lampu tersebut tetap menyala seterusnya atau kembali dipadamkan seperti yang sudah dilakukan sepanjang masa PPKM ini," ujar Ekwanto. Pemadaman lampu-lampu taman di kawasan Malioboro berlaku sejak Yogyakarta menyandang status Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM Level 4 pada Juli lalu.
Pemadaman lampu-lampu taman tak hanya di kawasan Malioboro, namun sampai Tugu Yogya hingga Alun-alun Keraton Yogya. Suasana di tiga kawasan itu pun menjadi gelap gulita pada malam hari. Dengan begitu, tidak ada wisatawan atau penduduk yang memanfaatkannya untuk duduk-duduk atau berkerumun.
Suasana salah satu sudut kawasan Malioboro, Yogyakarta, yang masih gelap namun ramai wisatawan pada Sabtu, 25 September 2021. TEMPO | Pribadi Wicaksono
Kini, saat status Kota Yogyakarta turun menjadi PPKM Level 3, wisatawan tetap bertahan di kawasan Malioboro meski dalam kondisi gelap gulita. Pedagang kaki lima, terutama yang berjualan lesehan keberatan jika pemerintah terus memadamkan lampu-lampu taman tersebut.
"Mau sampai kapan suasana gelap gulita. Wisatawan yang hendak mampir makan lesehan jadi batal," katanya Ketua Paguyuban Pedagang Lesehan Malioboro (PPLM), Desio Hartonowati. Pemadaman terparah terjadi ketika Yogyakarta masih PPKM Level 4, sejak Juli hingga awal September 2021. "Dari ujung utara sampai selatan, gelap gulita, baik sisi timur atau barat jalan."
Baru saat Yogyakarta berstatus PPKM Level 3, beberapa titik lampu penerangan menyala, khususnya dari kawasan Hotel Mutiara ke utara. "Tetapi dari Hotel Mutiara ke selatan masih gelap, penerangan lesehan sekarang dibantu paguyuban sehingga kami tak perlu membawa lilin atau lampu petromak," ujarnya.
Desio berharap pemerintah Kota Yogyakarta segera mencabut kebijakan pemadaman itu karena saat ini kondisi sudah mulai membaik. "Sekarang waktunya untuk pulih. Kalau lampu masih dipadamkan semua seperti ini, wisatawan malas mapir karena ciri khasnya Malioboro itu suasana temaram, bukan gelap gulita," ujarnya.
Sejak pedagang lesehan kembali berjualan dengan kondisi Malioboro yang gelap, menurut Desio, hanya bisa mendapatkan kurang dari 50 pelanggan setiap hari. Jumlah itu belum sampai 35 persen dibanding saat sebelum pandemi Covid-19.
#pakaimasker #jagajarak #cucitanganpakaisabun #hindarikerumunan #vaksinasicovid-19
Baca juga:
Wisatawan Nekat Bertahan di Malioboro Yogyakarta Meski Gelap Gulita