TEMPO.CO, Yogyakarta - Teka-taki rumah makan yang 'nuthuk' harga seporsi pecel lele Rp 37 ribu di Yogyakarta sudah terungkap. Pelakunya bukan pedagang makanan di Jalan Malioboro, melainkan di sebuah ruko rumah makan di Jalan Perwakilan, sisi timur Jalan Malioboro.
Urusan 'nuthuk' harga pecel lele itu bermula dari sebuah video seorang wisatawan yang mengaku dijebak saat makan di sebuah rumah makan lesehan. Dalam video, wisatawan itu mengatakan tempat makan tersebut berada di Malioboro Yogyakarta.
Dia terpaksa membayar seporsi pecel lele dan nasi seharga Rp 27 ribu. Namun masih diminta membayar lagi Rp 10 ribu saat menambah lalapan. Video ini menjadi viral karena para pedagang di Yogyakarta, khususnya kawasan Malioboro, punya aturan untuk mencegah pedagang 'nuthuk' atau memungut harga tak wajar kepada wisatawan.
Ketua Forum Komunikasi dan Koordinasi Perwakilan atau FKKP, paguyuban yang menaungi pedagang di sepanjang Jalan Perwakilan, Adi Kusuma mengatakan di kawasan itu sebenarnya juga sudah menyepakati harga paket makanan. Menurut dia, umumnya harga paket pecel lele Rp 30 ribu. "Paket ini berisi nasi, lele, lalapan, sambal, dan segelas teh," kata Adi, Kamis 27 Mei 2021.
Apabila wisatawan tidak membeli paket, harga satuan menu pecel lele hanya Rp 15 - 17 ribu. Namun dalam praktiknya, pedagang yang diketahui baru berjualan selama dua bulan di sebuah ruko (bukan lesehan trotoar) itu menerapkan harga eceran dengan sangat tinggi.
Pengunjung berjalan di kawasan wisata Malioboro, Yogyakarta, Kamis 11 Maret 2021. ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko
Ketua Paguyuban Lesehan Malam Malioboro, Sukidi pernah mengungkap hasil survei paguyubannya yang tak jauh beda. Harga tertingi pecel lele di jalan utama Malioboro saat ini sekitar Rp 15 - 18 ribu per porsinya.
Menu pecel lele sangat umum dan mudah dijumpai di Yogyakarta yang merupakan gudang kampus. Hidangan ini menjadi favorit mahasiswa karena paling terjangkau dan isinya sudah komplet. Cukup Rp 20 ribu bisa makan pecel lele, nasi, dan minum segelas es teh.
Jika ingin mendapatkan harga seporsi pecel lele yang lebih miring lagi, tentu saja pilih bersantap di luar tempat wisata. Cobalah ke kawasan seputaran kampus Universitas Gadjah Mada (UGM), kampus Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, atau daerah Babarsari, Kabupaten Sleman di mana terdapat belasan kampus swasta.
Mengenai pedagang yang 'nuthuk' harga pecel lele di Jalan Perwakilan tadi, Adi mengatakan paguyuban belum menjatuhkan sanksi tutup. "Baru kami beri peringatan keras karena pemiliknya kooperatif," ucapnya. Terlebih orang tersebut baru dua bulan berjualan.
Camat Danurejan Kota Yogyakarta, Bambang Endro mengatakan kasus PKL nuthuk memang diduga kuat bukan di Jalan Malioboro, melainkan di Jalan Perwakilan. "Kami sudah mengecek ke lapangan dan ternyata (dugaan kuatnya) warung lesehan yang viral itu bukan PKL Malioboro," kata dia.
Menurut Bambang, ada perbedaan antara lesehan PKL Malioboro dan usaha rumah makan dan restoran. PKL berjualan di trotoar dengan tenda tidak permanen yang bisa dibongkar pasang. Sedangkan dalam video viral tadi, tampak latar belakangnya berupa bangunanya permanen, seperti di kios rumah makan.
Cukup sulit juga menelusuri kebenaran video tersebut. Musababnya, Bambang melanjutkan, wisatawan yang menjadi korban harga pecel lele itu tidak menunjukkan bukti pembayaran dan tidak menyebutkan nama tempat dia makan.
Setelah mengeluh harus membayar mahal makanannya, wisatawan itu berkata lokasinya di Malioboro, Yogyakarta. Padahal kenyataannya di sebuah rumah makan di Jalan Perwakilan, dekat Malioboro.
Baca juga:
Sudah Ketahuan Siapa yang 'Nuthuk' Pecel Lele Malioboro Yogyakarta Rp 37 Ribu