TEMPO.CO, Yogyakarta - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia atau PHRI Daerah Istimewa Yogyakarta menyatakan situasi perekonomian perhotelan di Yogyakarta selama libur lebaran tahun ini lebih merana dibanding tahun lalu.
Kendati sama-sama dalam masa pandemi Covid-19, okupansi hotel selama libur lebaran tahun ini kurang dari 7 persen. "Sementara pada lebaran tahun lalu okupansi hotel di angka 10 sampai 25 persen," kata Ketua PHRI DI Yogyakarta, Deddy Pranowo Eryono, Minggu 16 Mei 2021.
Menurut Deddy, sepinya keterisian hotel karena kebijakan pemerintah melarang mudik lebaran selama 6 - 17 Mei 2021. Penyekatan di perbatasan berhasil membuat hotel-hotel di Yogyakarta kehilangan wisatawan dari luar daerah yang berimbas pada anjloknya okupansi.
PHRI DI Yogyakarta berkomitmen mendukung upaya menekan penularan Covid-19. Dengan begitu, Deddy melanjutkan, pengelola hotel telah memenuhi berbagai persyaratan terstandar protokol kesehatan sesuai rekomendasi pemerintah. "Namun karena kebijakan berubah-ubah secara mendadak, ini sangat mempengaruhi sektor akomodasi," katanya.
Kian lesunya sektor industri perhotelan di Yogyakarta membuat pengusaha merana. PHRI DI Yogyakarta mencatat saat ini sebanyak 53 hotel dan restoran di DI Yogyakarta yang menyatakan tutup permanen. Ada pula 120 hotel dan restoran yang memilih tutup sementara.
Dan sekitar 170 hotel dan restoran yang kondisinya 'terengah-engah'. "Kalau kondisinya seperti ini terus, maka tutup permanen akan bertambah," ucap Deddy.
Dorongan Pemerintah DI Yogyakarta agar para aparatur sipil negara atau ASN menghabiskan libur lebaran atau staycation di hotel, menurut Deddy, sedikit membantu pengelola hotel bintng tiga hingga hotel bintang lima. Meski begitu, jumlahnya masih amat sedikit dibanding ketersediaan kamar.
PHRI DI Yogyakrta berharap seusai libur lebaran, ada solusi dari pemerintah agar keberlangsungan usaha hotel dan restoran di DI Yogyakarta bisa terus bertahan. "Karena industri perhotelan ini bertumpu pada pergerakan manusia," kata Deddy.
Wisatawan naik andong di kawasan sekitar Malioboro Yogyakarta pada hari pertama lebaran, Kamis 13 Mei 2021. TEMPO | Pribadi Wicaksono
Ketua Paguyuban Kusir Andong DI Yogyakarta, Purwanto juga merasakan lesunya geliat wisata selama libur lebaran tahun ini. Padahal para kusir amat menantikan momentum yang biasanya membuat mereka panen rezeki dan setelah sekian lama pendapatan berkurang karena pandemi.
"Dari Kamis sampai Minggu, 13 - 16 Mei 2021, sebagian andong yang beroperasi tidak mendapatkan hasil yang diharapkan karena sepi. Kondisinya sama seperti saat puasa," kata dia. Dari 474 kusir delman yang tergabung dalam paguyuban, mneurut Purwanto, hanya sekitar 100-an kusir yang beroperasi di kawasan Malioboro, Yogyakarta, selama libur lebaran. Sedangkan 374 kusir andong memilih libur.
Baca juga:
Operasi Penyekatan di Yogyakarta, Ada Pengendara Positif Covid-19