TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Kota Yogyakarta menyatakan terus memantau perkembangan kasus wabah virus corona, meskipun sedang dalam masa liburan Hari Raya Idul Fitri.
Justru Idul Fitri, membuat Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Yogyakarta kian rutin memantau kerumunan, yang berpotensi menyebarkan penularan baru. Terlebih sejak pekan pertama Mei lalu, lebih dari 85.000 pemudik masuk DI Yogyakarta.
"Rapid test secara acak pascalibur Lebaran kami lakukan di tempat atau fasilitas umum juga titik-titik kerumunan yang muncul gejalanya di masyarakat," ujar Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi, pada Minggu, 24 Mei 2020.
Heroe yang juga Ketua Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kota Yogyakarta itu menambahkan, rapid test acak pascalebaran ini guna melihat perkembangan pergerakan klaster-klaster besar penularan di Yogyakarta. Seperti klaster Indogrosir dan Gereja yang belum menunjukkan tanda tanda selesai penularannya.
Pemkot Yogya mengantisipasi agar momen libur lebaran ini tak menjadi perpanjangan penularan klaster-klaster yang belum tuntas itu, "Sebab saat ini kami masih terus menyelesaikan tracking bagi klaster Gereja dan Indogrosir. Terutama melanjutkan rapid test massal tahap kedua untuk peserta tes pertama yang hasilnya non reaktif," ujar Heroe.
Pemkot Yogyakarta dan Kabupaten Sleman, meningkatkan rapid test massal bagi pengunjung, yang sempat menyambangi Indogrosir setelah temuan kasus positif di pusat kulakan itu. Total sudah ribuan pengunjung menjalani rapid dan hampir 100 orang hasilnya reaktif dari pemeriksaan di dua wilayah itu.
Heroe mengatakan rapid test acak tidak dilakukan usai momentum Salat Ied saat lebaran hari pertama karena dinilai tak akan efektif. Pertimbangannya metode rapid test harus menunggu setelah masa kurang lebih sepekan. Untuk mengetahui gejala yang muncul akibat Covid-19 atau bukan.
"Jadi kalau rapid test acak itu digelar usai Salat Ied, maka kalau ada paparan sekalipun, hasilnya masih nonreaktif. Sebab rapid test baru bisa membaca ada paparan apa tidak setelah seminggu," ujarnya.
Pemantauan pendatang di wilayah jalur Yogya-Wonosari Kecamatan Patuk Gunungkidul selama masa pandemi. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Pemudik Dipantau
Heroe menambahkan bagi pemudik yang sudah terlanjur masuk Yogyakarta saat libur Lebaran ini, sudah masuk dalam pantauan Puskesmas. Mereka yang berasal dari zona merah langsung menjalani karantina dua pekan di beberapa titik yang disiapkan pemerintah kota.
"Hotel-hotel kami minta terus mengawasi pendatang, untuk memeriksakan diri dan isolasi," ujarnya.
Heroe menuturkan walau saat ini berlaku pelonggaran kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan moda transportasi beroperasi terbatas, namun tidak mengendurkan pemantauan.
Pemeriksaan kedatangan pemudik di titik cek-cek perbatasan juga terminal, stasiun dan bandara masih berjalan. Sehingga mereka yang datang dari luar daerah, tetap diperiksa kondisi tubuhnya. Mereka harus memenuhi sejumlah persyaratan administrasi, jika hendak melintasi perbatasan masuk Yogyakarta.
"Sebab meskipun dibolehkan mudik, itu terbatas, tidak semua boleh mudik. Hanya petugas terkait penanganan Covid-19 atau warga yang keluarganya sakit keras atau meninggal, dan itu harus ada surat pengantar dari daerah asalnya," ujarnya.
Jika syarat syarat itu tidak terpenuhi, dipastikan akan dipaksa putar balik lagi. Bahkan, ujar Heroe, yang sudah memenuhi syarat pun tetap akan dibatasi mobilitasnya atau diisolasi.
Pantauan TEMPO, suasana hari pertama libur Lebaran di Yogya cukup lengang. Selain tak ada warga yang menggelar Salat Ied di tempat besar terbuka seperti Alun-alun, juga tak tampak keramaian menonjol. Seperti kawasan Malioboro, pusat kuliner Gudeg Widjilan juga Titik Nol Kilometer.
Raja Keraton yang juga Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X telah memberikan pesan Idul Fitri kepada warga Yogyakarta, terkait perayaan Lebaran yang akan berbeda dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya karena pandemi COVID-19.
Selain meminta warga menjalankan Salat Idul Fitri di rumah, Sultan juga meminta warga untuk menjaga dan meningkatkan daya tahan tubuh agar terhindar penyakit.
Sultan mengatakan walau sudah banyak warga DIY yang berstatus Pasien Dalam Pengawasan (PDP) yakni mencapai 1.409 orang dan pasien positif COVID-19 yakni 226 kasus, namun sudah sekitar separo pasien yang sudah sembuh dari penyakit tersebut karena kesabaran dan tawakal.
Suasana lengang di sejumlah titik Yogya seperti Jalan Malioboro hingga Titik Nol Kilometer saat lebaran (24/5). TEMPO/Pribadi Wicaksono
“Bagi mereka yang masuk PDP, bahkan penderita yang terkena Covid-19 berat pun, oleh karena sabar dan tawakkal serta pasrah kepada Tuhan, banyak dari mereka yang diberikan kesembuhan,” katanya.
PRIBADI WICAKSONO