TEMPO.CO, Jakarta - Malaysia menerapkan lockdown dan hasilnya mampu menekan wabah virus corona. Namun, menjelang Hari Raya Idul Fitri yang kurang sepekan lagi, para pakar medis Malaysia menyatakan 'kekecewaan mendalam' terkait keputusan Pemerintah.
Dinukil dari Business Insider, pemerintah Malaysia mengizinkan warganya untuk saling berkunjung selama Idul Fitri. Inilah yang membuat para tenaga medis kecewa.
Sebuah kelompok yang mewakili ahli medis terkemuka di Malaysia telah menyatakan "kekecewaan mendalam" dalam keputusan Pemerintah untuk mengizinkan pertemuan pada hari pertama Idul Fitri.
Dalam sebuah pernyataan bertanggal 12 Mei, Akademi Kedokteran Malaysia (AMM) - yang terdiri dari 11 perguruan tinggi dan 15 chapter - mengatakan bahwa keputusan Perdana Menteri untuk mengizinkan warga berkumpul dalam kelompok kecil yang terdiri 20 orang, dapat menggagalkan keberhasilan yang telah dicapai warga Malaysia dalam pertempuran melawan Covid-19.
"Ini hanya bisa membatalkan semua pekerjaan yang baik untuk mengendalikan pandemi COVID-19 sejauh ini di negara kami," tulis AMM.
“Telah terbukti bahwa hanya diperlukan satu orang yang terinfeksi (terutama yang asimptomatik atau salah-negatif dari tes Covid-19 yang saat ini digunakan) untuk menyebarkan penyakit tanpa diketahui anggota keluarga lainnya. Kami mengusulkan agar perayaan Hari Raya tatap muka hanya dengan anggota keluarga yang tinggal di rumah yang sama,” katanya.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Datuk Seri Ismail Sabri Yaakob mengatakan bahwa Pemerintah Malaysia mengizinkan kunjungan pada pada hari pertama Idul Fitri. Dengan syarat, selama kunjungan terbatas untuk anggota keluarga dekat yang tidak lebih dari 20 orang. Demikian berita dari New Straits Times.
AMM meminta kebijakan tersebut ditinjau ulang dan mengingatkan Pemerintah tentang "kesulitan besar dan sumber daya besar yang diperlukan untuk melakukan pelacakan kontak". AMM memperingatkan pemerintah, perlunya kewaspadaan lanjutan diperlukan untuk memelihara zona hijau dan menahan zona merah.
“Cluster baru masih muncul dan ketidakpatuhan terhadap tindakan pencegahan akan meningkatkan penyebaran wabah virus corona," ujar AMM.
Suasana jalanan yang semakin ramai ketika Malaysia membuka kembali sebagian besar bisnis, setelah pelonggaran aturan lockdown untuk membendung penyebaran virus coroa Covid-19, di Kuala Lumpur, Malaysia, Senin, 4 Mei 2020. REUTERS/Lim Huey Teng
“Relaksasi yang berlebihan dari pembatasan [Conditional Moverment Restriction Order] akan berpotensi membalikkan keberhasilan yang dicapai dengan susah payah melalui pengorbanan rakyat dan front-liner. Covid-19 tetap menjadi ancaman aktif dan warga Malaysia perlu bekerja sama untuk menjaga tindakan pencegahan untuk mencegah penyebarannya,” imbuh AMM.