TEMPO.CO, Yogyakarta - Sudah sebulan lebih, tepatnya sejak 22 Maret 2020 lalu, kebun binatang Gembira Loka tutup akibat dampak Corona yang turut melanda Yogyakarta.
Kebun binatang yang memiliki koleksi satwa 2.200 ekor itu mencoba bertahan, merawat koleksi satwanya, ketika sama sekali tak ada pemasukan karena nol kunjungan. "Perhitungan internal kami, setidaknya kami masih sanggup bertahan enam bulan ke depan," ujar juru bicara Gembira Loka, Eros Yan Renanda kepada Tempo Rabu 29 April 2020.
Eros menuturkan, sejak tutup dan tak memiliki pemasukan sama sekali, Gembira Loka menjalankan setidaknya empat strategi agar bisa bertahan terutama dalam upaya menekan pengeluaran. Yakni, menghemat pakan satwa, pengurangan sumber daya manusia, penundaan program pembangunan infrastruktur, dan pengalihan biaya promosi.
Untuk pakan satwa, Eros menuturkan, Gembira Loka selama ini kebutuhannya sebagian besar memproduksi sendiri. Seperti contohnya tikus, kebun binatang yang saat peak season bisa dikunjungi 15 ribu orang dalam sehari itu memilih mengembangbiakkannya sendiri.
Kebutuhan tikus ini lebih banyak untuk mensuplai pakan bagi hewan predator dari kelompok burung dan reptil seperti ular yang merupakan koleksi terbanyak dari kebun binatang itu. Untuk hewan herbivora, 60 persen kebutuhan tanamannya juga dipenuhi melalui budidaya sendiri.
Sisanya untuk kebutuhan pakan tumbuhan itu dipenuhi lewat jaringan petani Gembira Loka di sekitaran DI Yogyakarta yang tak putus memasok. "Untuk pakan hanya dilakukan sedikit pengurangan porsinya, misalnya jika sebelumnya 100 persen sekarang 90 persennya," ujarnya.
Dua ekor gajah yang sedang bunting di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta mendapat penanganan khusus. TEMPO | Pribadi Wicaksono
Kepala Unit Nutrisi Gembira Loka, Paramitha Adelia mengatakan kebutuhan pakan satwa Gembira Loka selama ini memang menjadi satu sumber pengeluaran terbesar. "Biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli pakan satwa saat hari biasa bisa berkisar Rp 70-80 juta per minggu," ujar Tata, panggilan Paramitha.
Dari keseluruhan satwa itu, biaya pakan terbesar di Gembira Loka justru bukan untuk kelompok satwa karnivora atau pemakan daging seperti harimau, macan, dan kucing besar lainnya. Kebutuhan pakan paling besar justru koleksi gajahnya.
Terlebih gajah di Gembira Loka sendiri baru bertambah satu ekor setelah ada pasangan gajah yang melahirkan akhir Maret lalu sehingga kini jumlahnya total sembilan ekor. "Paling banyak biaya dikeluarkan untuk pakan gajah, sekitar Rp 10-11 juta per minggu," kata Tata. "Sekarang bertambah satu anak gajah yang usianya belum satu bulan dan masih menyusu induknya, harus dijaga benar nutrisinya."
Pakan keseharian gajah di Gembira Loka sendiri biasanya berbagai jenis mulai dari rumput kalanjana, sayur hingga buah-buahan segar, seperti melon, semangka, besusu, mentimun, tomat, kacang panjang, pisang, nanas dan buah naga.
Tata menambahkan selama diberlakukan penutupan untuk pengunjung, pasokan pakan satwa tidak menemui kendala pasokan. Sebab seperti pakan ikan berupa pelet dan daging untuk karnivora stoknya masih mencukupi. "Makanan segar untuk satwa lain juga aman, tidak ada kendala," ujarnya.
Di masa pandemi dan tutup kunjungan ini, pengelola Kebun Binatang Gembira Loka tengah berupaya menghemat sedikit pengeluaran untuk pakan agar tetap bertahan tanpa harus mengurangi kualitas pakan yang diberikan. Dia memberikan gambaran jika sepekan biasanya habis hingga Rp 80 juta maka dievaluasi sehingga pengeluaran bisa ditekan menjadi Rp 70 juta sepekan.
Selanjutnya:
Pakan Pinguin Kebun Binatang Gembira Loka Impor dari Amerika