TEMPO.CO, Yogyakarta - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengkubuwono X (Sultan HB X), mengungkapan satu hal terpenting dalam upaya memutus rantai penularan Covid-19. Caranya, tak lain dengan mengatur pemudik.
Sampai akhir Maret ini, gelombang pemudik juga terus berdatangan ke berbagai wilayah di Yogyakarta, dan terus memunculkan pertambahan angka positif terpapar virus corona.
"Tanpa ada kepastian (aturan) apakah mudik ini dilarang atau tidak, kami tidak pernah tahu kapan (gelombang) pemudik ini akan selesai," ujar Sultan HB X di Yogyakarta, Selasa, 31 Maret 2020.
Sultan HB X menuturkan rentang waktu pemudik yang sudah mulai berdatangan saat ini dengan hari raya lebaran masih cukup jauh, "Kami ingin tahu, peak-nya (musim puncak) kedatangan pemudik ke Yogya itu kapan?" ujar Ngarsa Dalem.
Menurut Sultan, kepala kepala daerah, khususnya di Jawa harus bisa bersepakat mengambil sikap bersama. Untuk bisa mengatur secara proporsional kedatangan pemudik, agar memudahkan pemantauan dalam upaya memutus rantai wabah virus corona.
Wakil Ketua Sekretariat Gugus Tugas Covid-19 DIY, Biwara Yuswantana menuturkan dalam kurun waktu lima hari terakhir menjelang akhir Maret, sudah terdapat 70.875 pemudik masuk ke DIY.
Mereka datang menggunakan moda kereta api, pesawat, juga bus. Umumnya pemudik itu datang dari Jakarta, Bandung, dan sisanya wilayah lain, "Prediksi puncak kedatangan pemudik di DIY itu yakni satu hari jelang perayaan tradisi Nyadran atau sebelum 23 April mendatang," ujar Biwara.
Nyadran telah menjadi tradisi turun temurun di masyarakat Jawa setiap menyambut bulan Ramadan. Nyadran biasanya memiliki serangkaian kegiatan seperti upacara pembersihan makam, tabur bunga, dan acara selamatan atau bancakan.
Nyadran seringkali diadakan sebulan sebelum bulan puasa. Nyadran menjadi acara yang penting bagi masyarakat Jawa dan hampir tidak pernah terlewat. Karena tujuan tradisi itu untuk menghormati para leluhur dan mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan.
Biwara mengatakan sehari jelang Nyadran itulah, lonjakan pemudik diprediksi memuncak. Untuk puluhan ribu pemudik yang sudah terlanjur sampai di Yogya, Biwara mengatakan dilakukan pengawasan dan pemeriksaan sesuai prosedur dalam upaya menekan Covid-19.
Misalnya para pemudik yang menggunakan bus, telah didata oleh satuan Gugus Tugas Penanganan COVID-19. Mereka dimintai keterangan dari dan ke mana tujuannya, "Kami upayakan membentuk posko gabungan di terminal-terminal pintu masuk DIY," ujarnya.
Ratusan warga mengikuti kirab dengan membawa tenong pada ritual nyadran jelang bulan puasa di makam kledokan, Selomartani, Sleman, Yogyakarta, 2 Juni 2016. Ritual tersebut diikuti ratusan warga menyambut datangnya bulan Ramadan. TEMPO/Pius Erlangga
Sesampai kampung atau desanya, para Ketua RT, RW, dan kepala desa wajib mencatat siapa saja yang keluar rumah, mau ke mana dan untuk keperluan apa.
Para supir bus diwajibkan untuk menurunkan penumpang di terminal dalam masa ini sehingga petugas bisa mendatanya.
PRIBADI WICAKSONO