TEMPO.CO, Jakarta - Luxembourg atau Luksemburg adalah salah satu negara terkecil di Eropa. Bila ada 200 negara terkecil di dunia, Luksemburg berada pada peringkat ke-167. Negara ini luasnya sekitar 2.586 kilometer persegi, atau kira-kira setengah luas Pulau Madura.
Kota ini berbatasan dengan Jerman, Prancis, dan Belgia. Meskipun negeri kecil, Luksemburg melakukan lompatan besar dengan menggratiskan transportasi publik. Meskipun bukan langkah baru di Eropa, karena Kota Dunkirk di Prancis dan Tallinn di Estonia menggratiskan transportasi publik, namun keduanya baru pada level kota, bukan negara.
Jadi, sejak awal Maret, negeri hanya 614.000 orang itu, menjadi pelopor dalam gerakan "mobilitas bebas". Menurut The Travel Magazine, bus, trem, dan kereta api bisa ditumpangi warga dan wisatawan tanpa bayar lagi. Membeli tiket di negeri itu adalah masa lalu.
Mengapa Luksemburg menggratiskan transportasi public kepada warga dan wisatawan? Padahal rerata biaya transportasi di negeri itu mencapai 2 Euro sekali jalan. Usut punya usut, negeri itu terbilang besar menyubsidi warganya.
Setiap tahun, Luksemburg mengeluarkan biaya biaya £ 430 juta (€ 500 juta) atau Rp7,8 triliun per tahun. Sementara pendapatan tiket dari transportasi umum hanya sebesar £ 35 juta (€ 41 juta) atau Rp645 miliar. Luksemburg tekor. Dan kerugian itu ditanggung oleh para wajib pajak.
Ketimbang berlama-lama bergumul dengan kerugian, pemerintah menggratiskan transportasi publik. Negeri mapan seperti Luksemburg, tentu tak keberatan menyubsidi transportasi Rp800-an miliar per tahun. Sebagai gantinya, masyarakat menjadi lebih memilih transportasi public ketimbang kendaraan pribadi. Hal itu membuat lingkungan perkotaan menjadi lebih baik, karena polusi menurun.
"Tentu saja, hanya karena saya menyebutnya transportasi gratis tidak berarti tidak ada yang membayar," kata Bausch, anggota dari Partai Hijau Luksemburg, déi Gréng.
Kepadatan lalu lintas memang menjadi bahaya laten, yang bisa meletup suatu saat dan mengakibatkan negeri itu merasakan kemacetan.
Pemerintah Luksemburg ingin mendorong warganya menggunakan transportasi umum, untuk menekan kemacetan dan menurunkan polusi. Foto: @luxembourg_portal
Menteri Mobilitas François Bausch, menyebut populasi Luksemburg tumbuh cepat, yang meningkat sebesar 40 persen hanya dalam 20 tahun terakhir, “Pemerintah ingin Luksemburg menjadi laboratorium untuk mobilitas. Pada 29 Februari 2020, hari perjalanan tanpa tiket nasional dimulai, akan menjadi tanggal yang berlabuh dalam sejarah, seperti langkah pertama di bulan.”
Mereka yang diuntungkan termasuk 200.000 warga komuter Luksemburg. Mereka adalah pekerja yang pulang-pergi dari Belgia, Prancis dan Jerman, karena tertarik dengan gaji tinggi dan ekonomi negeri tetangga yang mapan. Tapi tiket transportasi gratis tak berlaku bagi mereka pengguna kereta api kelas satu.