TEMPO.CO, Jakarta - Kepualauan Mergui berada di perairan Myanmar. Pantai-pantai bersih dengan air yang bening. Bibir pantai ditumbuhi vegetasi yang bisa membuat tubuh berdamai dengan sinar matahari.
Dinukil dari The Travel Magazine, Kepulauan Mergui di Myanmar memiliki panorama yang indah. Tentu saja bawah lautnya juga megah. Saat matahari mulai terbenam di cakrawala dan suara genset dimatikan, Anda baru menyadari bahwa tak ada sinyal telepon seluler.
Resor yang ada di Kepulauan Mergui memiliki gazebo tempat untuk menikmati angin malam, dengan cahaya dari listrik tenaga matahari. Dayanya didapat dari matahari saat siang, dan dimanfaatkan seefisien mungkin pada malah hari.
Penerangan di kamar berupa lampu LED dan kipas angin untuk mendinginkan ruangan. Angin yang berhembus dari Laut Andaman menerobos sela-sela partisi. Semilir anginnya membuat mata berat dan siapapun bisa lekas terlelap.
Tanpa koneksi seluler dan wifi pada abad 21 memang janggal, namun juga berkah. Kini Anda bisa membuat nyaman tubuh dengan suasana yang benar-benat santai.
Hari pertama di Mergui tanpa sinyal, pagi itu, wisatawan bermain kayak ditemani pramu wisata. Perairan di sekitar pulau yang tenang, membuat bermain kayak menjadi menyenangkan. Sore harinya, berenang bisa menjadi pilihan wisatawan. Air yang hangat dan tenang, membuat tubuh terasa bugar usai berenang.
Awei Pila salah satu resor mewah di Kepulauan Mergui. Foto: @aweipila
Kepulauan Mergui terbilang bagian Myanmar yang paling jarang dikunjungi manusia. Namun kini kepulauan beranggotakan lebih dari 800 pulau itu tengah bersolek, untuk menerima wisatawan. Terumbu karangnya masih perawan dengan hiu-hiu yang mengelilinginya.
Pelesiran ke Mergui tak hanya sulit diakses, namun juga mahal. Kabarnya, beberapa teluk di pulau itu sedang menanti investor untuk dibangun menjadi resor mewah.