TEMPO.CO, Jakarta - Tahun Baru Cina atau Imlek di Hong Kong dimeriahkan bazar yang menawarkan dagangan. Uniknya, dagangan yang dijual bertema atau mengandung unsur pemberontakan.
Protes politik itu menjadi tema utama di salah satu pasar pusat perbelanjaan, Causeway Bay, Hong Kong, seperti dikutip dari Reuters. Para pemilik kios menjual kaus, tas jinjing, tatakan gelas bertuliskan slogan tentang protes.
Slogan-slogan yang tertera dalam barang dagangan itu, populer berbulan-bulan saat masa demonstrasi. Slogan itu berhubungan dengan protes soal rencana perubahan undang-undang ekstradisi ke Cina.
Berdasarkan laporan Reuters, tema Imlek ini membuat antrean panjang pengunjung. Kedatangan ramai pengunjung itu sebagai sikap mempertahankan dukungan, “Saya perlu meluapkan rasa,” kata Lu Koo, seorang karyawan hotel berusia 28 tahun.
Kemudian, pengunjung lain Amelie Li, 32 tahun, pekerja di bidang sumber daya manusia itu datang bersama ibunya. Saat berkunjung, mereka melemparkan cincin di atas botol bir yang diatur dalam bentuk slogan protes. Ketika berkunjung itu, Li membeli gantungan kunci yang bertuliskan: "Bebaskan Hong Kong."
"Saya akan membawa setiap hari. Kami berharap ini akan menjadi kenyataan," kata Li, seperti dalam laporan Reuters.
Café Lung Mun yang populer di kalangan demonstran mendirikan pasar di lantai 10, di sebuah bangunan industri di Semenanjung Kowloon. Cheung Chun-kit, pemilik kafe itu mengadakan lokakarya untuk membantu pelajar mengembangkan keterampilan untuk mendapatkan uang.
"Karena beberapa dari mereka kehilangan dukungan keuangan dari orang tua, yang menentang tindakan protes mereka," katanya. Barang-barang yang dijual semua bertema ungkapan protes, antara lain baju kaus, gantungan kunci, dan patung-patung kecil Lady Liberty.
Perayaan Imlek di Hong Kong itu, mempertemukan pedagang dan pembeli yang sama-sama menentang pemerintah, seperti dikutip dari Quartz. Beragam barang-barang bertema perlawanan politik dan satire diminati dalam perayaan di pasar itu. Kegiatan belanja pun menjadi cara mendukung gerakan protes.
REUTERS | QUARTZ