TEMPO.CO, Mataram - Sabtu (21/12), matahari hampir tergelincir. Cahayanya yang kemerahan menyinari puluhan wisatawan, yang duduk santai di pinggir pantai barat Gili Air. Mereka menikmati keindahan laut yang disepuh warna jingga yang hendak tenggelam di bawah Gunung Agung yang berada di Pulau Dewata.
Keindahan itu hanya bisa dinikmati Gili Air -- salah satu dari tiga pulau wisata, lainnya Gili Meno dan Gili Trawangan -- di Kecamatan Pemenang Kabupaten Lombok Utara (KLU).
Pulau Gili Air luas wilayahnya mencapai 185 hektare, yang populer dengan pemandangan senjanya yang indah. Di sebelah timur, wisatawan bisa menyaksikan matahari terbit. Gili Air memang komplit, hanya dengan berjalan kaki 1 km, wisatawan bisa menikmati matahari terbit dan terbenam.
Daya tarik lainnya, wisatawan memperoleh ketenangan tanpa ada hiruk pikuk musik. "Mereka menyebutnya gili bermain dua bola api," kata Haji Taufik eks Kepala Desa Gili Indah yang wilayahnya meliputi Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan. Di Gili Trawangan dikenal sebagai party island - tempat anak muda berlibur. Sedangkan di Gili Air adalah pasangan suami istri yang menginginkan suasana tenang.
Suasana di Gili Air. TEMPO/Supriyantho Khafid
Data penumpang fast boat (kapal cepat) yang menghubungkan Padang Bai, Bali ke Gili Indah - Gili Trawangan, Gili Meno dan Gili Air, Ahad 22 Desember 2019 - low session - jumlahnya mencapai 1.160 orang. Yang memilih ke Gili Air sebanyak 300-an orang.
Seorang wisatawan perempuan asal Belanda yang menulis pendek namanya Manon, usia sekitar 30 tahun, berlibur sendirian di Gili Air selama empat hari. Ia memuaskan dirinya dengan snorkeling dan mengelilingi perairan di tiga pulau tersebut. "Eksotik. Saya suka di sini," ujarnya kepada Tempo.
Ia mendapati banyak ikan yang berwarna warni di spot Sunrise dan Hans Reef di sebelah utara. Aneka ikan berwarna-warni juga penyu, dan bahkan menurut Taufik terdapat ikan langka mandarin fish. "Konon sangat langka dan hanya ada dua di Asia yaitu di Malaysia dan di Gili Air," ucapnya.
General Manager Mola-Mola Resort Yanto Rozali yang menawarkan akomodasi rumah adat tradisional Lumbung Sasak Lombok, mengatakan di hotelnya kebanyakan yang menginap adalah wisatawan dari Eropa. Sekitar 65 persen adalah orang Eropa, 15 persen dari Australia, 10 persen Amerika dan 10 persen Asia termasuk Indonesia
Selama berlibur di Gili Air, umumnya menikmati wisata bawah laut seperti selam, snorkeling dan memancing. Tidak hanya di siang hari tetapi juga menyelam di malam hari. ''Di sini juga ada menunggang kuda, party on boat," katanya.
Tiga Gili Menerapkasn Sistem Pembayaran Non Tunai
Nah, guna meningkatkan pelayanan terhadap wisatawan yang hendak berlibur dari Bangsal Pemenang di Lombok ke gili-gili tersebut, terhitung Ahad 22 Desember 2019 kemarin, pelabuhan wisata Bangsal di Pemenang KLU menggunakan fasilitas pembayaran non tunai dengan sistem Quick Respond Indonesian Standard (QRIS).
Gili Air disukai wisatawan yang berkeluarga karena suasananya lebih tenang. TEMPO/Supriyantho Khafid
Menurut Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Nusa Tenggara Barat Achris Sarwani, setiap calon penumpang yang akan menyeberang ke pulau wisata tiga gili yaitu Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan bisa menggunakan 30-an PJSP (penyelenggara jasa sistem pembayaran) seperti LinkAja, OVO, GoPay, Dana dan lainnya. "Secara otomatis tercetak nama pembeli dalam ticketnya," kata Achris Sarwani.
Di KLU, Bangsal adalah lokasi ketiga yang menggunakan layanan QRIS untuk memudahkan pembayaran tiket masuk di destinasi wisata. Sebelumnya sudah dilakukan di objek wisata air terjung Sindang Gile dan Tiu Kelep di Senaru Kecamatan Bayan. Lalu berikutnya di lokasi air terjun Kerta Gangga di Dusun Kerta Desa Genggelang di Kecamatan Gangga.
Penggunaan pembayaran non tunai ini, menurut Achris Sarwani sebagai bentuk penyederhanaan dan pencatatan pembayaran. Sistem tersebut juga memungkinkan pencatatan nama penumpang secara langsung sesuai data pemilik rekening -- yang dipindai oleh operator penyeberangan.
Manajer E-chanel PT Bank NTB Syariah Eka Media Wijaya yang menginisiasi layanan non tunai di Bangsal tersebut, menyatakan siap membantu menyediakan top up jika pemilik alat pembayar elektorunik tersebut kehabisan dana yang tersimpan. ''Kami menyiapkan EDC untuk top up,'' ucapnya. EDC adalah Electronic Data Capture untuk keperluan transaksi.
Selain itu, Bank NTB juga akan menyiapkan layanan pembayaran yang akan dilakukan wisatawan jika menggunakan WeCchat dan AliPay yang dikabarkan akan masuk ke Indonesia, 2020. "Penggunaan mata uang asing otomatis bisa dikonversikan,'' kata Eka Media Wijaya.
Menurut Sekretaris Koperasi Karya Bahari Muluddin - selaku operator penyeberangan ketiga gili tersebut, setiap hari ada lebih 1.000-an wisatawan yang menyeberang. Sebagaian besar menggunakan public boat berbiaya mulai dari Rp12.000 sampai Rp15.000 belum termasuk biaya kesyahbandaran.
Pada musim libur, wisatawan yang datang menyeberang mencapai 6.000-an orang. ''Kami bersyukur didukung sistem pembayaran ini,'' ujar Muluddin. Koperasi Karya Bahari beranggotakan 52 orang pemilik public boat, yang berkapasitas 40 orang.
Akomodasi tradisional berkonsep Lumbung Sasak di Gili Air. TEMPO/Supriyantho Khafid
Kepala Dinas Pariwisata KLU Vidi Eka Kusuma menyebutkan transaksi non tunai di Bangsal, dapat meningkatkan sistem pelayanan bagi wisatawan dan pencatatan yang lebih rapi. "Sehingga memaksimalkan pemasukan daerah melalui retribusi," ucapnya.
Besarnya kunjungan wisatawan di kawasan wisata di KLU menurut Juru Bicara Pemerintah KLU Mujaddid Muhas, Pendapatan Asli Daerah (PAD) sampai bulan Oktober 2019, dari sektor Pariwisata adalah sebesar Rp 44.573.640.906. Sedangkan pendapatan dari pulau wisata tiga gili tersebut mencapai Rp 37.856.727.397. "Sebagian besar dihasilkan sektor pariwisata," katanya.
SUPRIYANTHO KHAFID