Ia memilih Gili Gede sebagai investasi, karena lokasinya strategis di antara Bali di sebelah barat dan Lombok International Airport di sebelah timur. "Dari Bakau Estate bisa melihat sunrise dan sunset," ujarnya.
Juru bicara Pemerintah Kabupaten Lombok Barat Saipul Ahkam menyebutkan, permodalan memang dibutuhkan untuk mengembangkan potensi kelautan dan kepariwisataan. ''Masyarakat butuh sentuhan, baik modal maupun kapasitas diri,'' ucapnya.
Untuk menggenjot bisnis pariwisata, pada tahun 2019, pemerintah membuat jalan, untuk menghubungan antar kawasan di Gili Gede sejauh 14 km dan interkoneksinya 3 km. Mengenai aliran listrik, Gili Gede sudah lepas dari masalah energi karena PLN telah membangun jaringan melalui bawah laut. Problem yang tersisa hanya air bersih.
Masyarakat Gili Gede sesungguhnya sudah sangat terbuka dengan potensi wisata bahari dan bawah laut yang dipunyai Gili Gede. Dari 35 usaha akomodasi berupa hotel, cottage, atau bungalow, 17 di antaranya terdapat di Gili Gede.
Ia menyebutkan Pemerintah Kabupaten Lombok Barat telah memulai membangun infrastruktur dan beberapa marina. Kemudian membuat perencanaan tata ruang untuk Gili Gede. Setelah infrastruktur dan deregulasi perizinan sesuai kewenangan kabupaten, pemerintah berharap dunia usaha melirik potensi Gili Gede.
Homestay Thamarind yang dimiliki warga lokal untuk penginapan yang leih terjangkau. TEMPO/Supriyantho Khafid
Menurut Saipul Ahkam, Gili Gede ini telah menjadi destinasi wajib setelah Tanjung Benoa, Bali. Ia menjadi lokasi persinggahan bagi rally yacht kelas dunia yang rutin digelar setiap tahun. Potensi itu akan dimaksimalkan dengan memfungsikan marina Gili Mas yang dimiliki Pelindo di kawasan Lembar.
SUPRIYANTHO KHAFID