TEMPO.CO, Yogyakarta - Keraton Yogyakarta telah menyatakan tahun ini tradisi Hajad Dalem Sekaten atau tradisi Sekaten 2019, tak akan diikuti dengan Pasar Malam seperti tahun-tahun sebelumnya.
Meski demikian, rangkaian perayaan tradisi Sekaten yang dimulai tanggal 1 – 10 November 2019 di komplek Masjid Gede Kauman atau depan Keraton Yogyakarta itu, tetap menarik dengan sederet kegiatan yang sudah dipersiapkan. Justru, keindahan Sekaten yang sakral akan dimulai pada tahun ini.
“Perayaan Sekaten tahun ini difokuskan untuk mengembalikan semangat awal tradisi tersebut,” ujar Penghageng II Nityobudoyo yang juga Wakil Ketua 2 peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW Keraton Yogyakarta, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Bendara Kamis 3 Oktober 2019.
Apa saja kegiatan dalam Sekaten yang bisa dinikmati wisatawan yang datang? Prosesi Sekaten diawali dengan prosesi Miyos Gangsa, yaitu keluarnya Gamelan Sekati Kanjeng Kiai Gunturmadu dan Kanjeng Kiai Nagawilaga dari dalam Keraton Yogyakarta menuju area Pagongan Masjid Gedhe pada tanggal 6 Mulud Tahun Jawa.
Pada dini hari tanggal 12 Mulud, Gamelan Sekati dikembalikan ke dalam keraton melalui prosesi Kondur Gangsa. Selama berada di Pagongan Masjid Gedhe antara 6-12 Mulud ini, gamelan terus menerus ditabuh mulai sejak pagi hingga tengah malam secara bergantian. Rentang waktu pada saat gamelan dibunyikan inilah yang disebut dengan berlangsungnya tradisi Sekaten.
Upacara Miyos Gangsa tahun ini akan dilaksanakan pada Minggu (3/11) pukul 23.00 WIB Sedangkan Kondur Gangsa akan dilaksanakan pada Sabtu (9/11) pukul 23.00 WIB.
Puluhan warga menyaksikan permainan Gamelan Jawa Kyai Gunturmadu oleh abdi dalem (punggawa kraton) di Pagongan sebelah Selatan Masjid Agung, Kraton Yogyakarta, Selasa (22/1). Gamelan merupakan rangkaian dari Upacara Sekaten atau peringatan Ulang Tahun Nabi Muhammad saw yang diadakan tiap tanggal 5 bulan Jawa yang jatuh 24 Januari 2013. TEMPO/Subekti
Keesokan hari setelah pelaksanaan Kondur Gangsa, akan digelar Garebeg Mulud pada Minggu (10/11) mulai pukul 07:00. Seluruh rangkaian kegiatan ini dapat disaksikan oleh umum.
Tradisi lain selama Sekaten adalah pembacaan Riwayat Nabi Muhammad di Serambi Masjid Gedhe yang akan dihadiri oleh Sri Sultan HB X. Sesaat sebelum dimulainya prosesi Kondur Gangsa, Sultan akan miyos ke halaman Masjid Gedhe untuk menyebar udhik-udhik yang terdiri dari beras, biji-bijian dan uang logam di tiga tempat diawali dari Pagongan Kidul, Pagongan Lor, dan di dalam Masjid Gedhe.
Peristiwa ini merupakan momen yang mempertemukan raja dengan rakyat secara langsung. Selain itu, pada saat mendengarkan pembacaan Riwayat Nabi Muhammad SAW, Sri Sultan akan mengenakan simping atau rangkaian bunga di telinga. Penggunaan simping bunga menyimbolkan makna bahwa raja akan mendengarkan keluhan serta aspirasi rakyat.
Luhurnya tradisi beserta makna yang terkandung dalam setiap rangkaian acara yang telah berlangsung selama ratusan tahun ini akan lebih ditonjolkan melalui pengelolaan acara Sekaten tahun ini. Hal ini diharapkan dapat lebih meneguhkan keistimewaan Yogyakarta, sebagai benteng budaya di tanah Jawa.
Selain itu akan digelar Pameran Sekaten akan berlangsung pada tanggal 1 – 9 November 2019 di Kagungan Dalem Bangsal Pagelaran dan Kagungan Dalem Kompleks Sitihinggil Keraton Yogyakarta.
Tema besar yang diangkat dalam pameran tersebut berkaitan dengan Sri Sultan Hamengku Buwono I. Oleh karena itu, koleksi yang akan dipamerkan dan muatan acara pameran akan memiliki sangkut paut dengan pendiri Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat tersebut.
Secara khusus, pameran akan menampilkan berbagai catatan sejarah dan karya Sultan pertama dari Keraton Yogyakarta. Baik dari sisi biografi, peran, karya, obyek, dan anugerah pahlawan Sri Sultan Hamengku Buwono I.
Terdapat pula agenda pendukung yang diselenggarakan pada saat pameran. Antara lain tur kuratorial, yang merupakan ulasan ahli terhadap koleksi yang dipamerkan dan dikemas dalam kegiatan diskusi terbuka. Lalu ada pula pelatihan seni, yang merupakan wahana interaktif bagi masyarakat saat berkunjung ke pameran.
Sekaten tahun ini tanpa Pasar Malam|Tempo| Pribadi Wicaksono
Selain itu bakal digelar lomba karawitan yang diikuti oleh kelompok karawitan tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah pertama se-DIY. Disusul pertunjukan dan perlombaan seni yang dapat dimanfaatkan sebagai ruang bagi komunitas, sanggar, ataupun institusi seni utuk dapat tampil mengisi acara setiap hari di Bangsal Pagelaran.
Rangkaian itu ditutup dengan diskusi film budaya, yakni ruang diskusi terbuka bagi masyarakat umum terhadap film maupun dokumentasi budaya koleksi Keraton Yogyakarta maupun koleksi instansi lain.
PRIBADI WICAKSONO