TEMPO.CO, Malang - Hutan di lereng Gunung Semeru terbakar. Hal tersebut mendorong Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BBTNBTS) mengerahkan petugas mencegah pendaki yang nekat ke Semeru. Tujuannya untuk mencegah korban jiwa akibat kebakaran hutan lindung di jalur pendakian Gunung Semeru. Sejumlah pintu masuk dijaga petugas.
Mereka disebar di sejumlah pos untuk memantau dan mencegah tak ada pendaki yang nekat. Mereka menghalau dan mencegah pendaki yang ingin ke puncak Gunung Semeru. Sebelumnya sekitar 250-an pendaki dievakuasi setelah terjadi kebakaran sejak 17 September 2019.
"Diutamakan keamanan dan keselamatan jiwa pendaki," kata Kepala bidang teknis konservasi BBTNBTS, Pudjiadi, Rabu 25 September 2019. Sejak 22 September 2019 pendakian ditutup total. Pendaftaran secara daring atau booking online juga ditutup.
"Seluruh pendaki dipastikan aman, mereka turun ke Ranupani, Lumajang," katanya. Sedangkan penutupan pendakian dilakukan sampai batas waktu yang belum ditentukan. Ia memastikan jalur pendakian ditutup sampai kondisi aman, dievaluasi dari penanganan kebakaran hutan.
Total luas lahan yang terbakar mencapai 20 hekatare. Kebakaran terjadi di jalur pendakian mulai Kalimati, Arcopodo, Kelik, dan Ayek-ayek. Namun, sampai saat ini petugas belum bisa memastikan penyebab kebakaran hutan tersebut. Api melahap aneka pohon akasia, cemara gunung dan rumput ilalang. EKO WIDIANTO