Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Penjara Indah Untuk Hatta-Sjahrir di Banda Neira

Reporter

Editor

Ludhy Cahyana

image-gnews
Salah satu titik snorkling di Pulau Nailaka, Banda Neira, Maluku Tengah. Di samping Rhun terdapat pulau kecil bernama Nailaka yang dulu pernah menjadi benteng pertahanan Inggris. Nailaka tidak berpenghuni, namun merupakan salah satu pulau yang memiliki hamparan pasir putih paling mempesona. TEMPO/Ayu Ambong
Salah satu titik snorkling di Pulau Nailaka, Banda Neira, Maluku Tengah. Di samping Rhun terdapat pulau kecil bernama Nailaka yang dulu pernah menjadi benteng pertahanan Inggris. Nailaka tidak berpenghuni, namun merupakan salah satu pulau yang memiliki hamparan pasir putih paling mempesona. TEMPO/Ayu Ambong
Iklan
Pulau dengan Banyak Benteng

Benteng berbentuk pentagon itu berdiri gagah di puncak dataran tinggi Banda ­Neira, hanya sekitar 300 meter dari pelabuhan. Luas benteng bernama Belgica itu sekitar 2.000 meter persegi dengan tinggi 10 meter. Bagian atas benteng dilengkapi meriam di setiap sisinya. Belanda membangunnya dari bekas benteng Portugis pada abad ke-16. Inggris pernah merebut benteng ini pada 1796. Pada masa pendudukan Jepang, benteng ini hancur, tapi pemerintah merestorasinya pada 1991.

Tak jauh dari Belgica terdapat reruntuhan bekas benteng Nassau, yang dibangun Belanda pada 1607. Bangunan benteng seluas 3.000 meter persegi itu sudah rusak. Hanya tinggal sisa temboknya yang sebagian telah runtuh. Nassau adalah benteng pertama Belanda di Banda. Pada 1621, benteng itu dijadikan tempat pembantaian 44 orang kaya Banda atas perintah Gubernur Jenderal Belanda Jan Pieterszoon Coen.

Dari Neira, kami ke Banda Besar. Pulau terbesar di Banda itu memiliki puluhan hektare kebun pala yang dipayungi pohon-pohon kenari raksasa berusia ratusan tahun. Di sana Belanda membangun dua benteng. Pertama benteng Concordia di Desa Waer. Letaknya tepat di pinggir pantai langsung menghadap ke laut lepas. Benteng yang dibangun pada 1621 ini setinggi 5 meter dengan dua pintu masuk, satu menghadap ke laut dan lainnya menghadap ke darat. Benteng kedua adalah Holandia di Desa Lonthoir. Benteng seluas 500 meter persegi itu dibangun Belanda pada 1642.

Menyewa kapal motor, kami menuju Pulau Ay dan Rhun. Perjalanan ke Ay sekitar satu setengah jam. Di pulau itu berdiri benteng Revengie, yang dibangun Belanda pada 1616. Berjarak sekitar 100 meter dari pantai, benteng ini memiliki tembok depan setebal 5 meter. Tembok benteng setinggi empat meter itu masih utuh, meski telah ditumbuhi rumput dan semak. Empat meriam tua berkarat teronggok di antara semak yang memenuhi puncak benteng. Menurut tetua Desa Ay, Yusuf Maja, benteng itu dibangun untuk meredam pemberontakan penduduk Ay pada 1615.

Sekitar setengah jam perjalanan kapal motor dari Pulau Ay, terdapat Pulau Rhun. Tidak terlalu besar, panjangnya sekitar 2.600 meter dan lebar 1.600 meter. Namun dulu ini adalah pulau terpenting karena menjadi pusat perdagangan pala Banda. Rhun juga pernah menjadi daerah koloni Inggris pertama. Selanjutnya, pada 1667, melalui perjanjian Breda, Belanda rela memberikan Nieuw Amsterdam atau Manhattan di Amerika Serikat kepada Inggris untuk ditukar dengan pulau ini. Ya, di masa lalu, Rhun jauh lebih berharga daripada Manhattan.

Sebuah kapal Phinisi pengakut barang melintas di kawasan Gunung Api Banda, Banda Neira, Maluku, 21 Mei 2016. Letusan terakhir gunung api pada tahun 1988 ini tidak membuat warga menjauh dari Gunung bahkan sebagaian warga tinggal dan membangun rumah di Kaki Gunung.TEMPO/Iqbal Lubis

Kini tidak banyak peninggalan kejayaan masa lalu Rhun. Satu-satunya yang tersisa adalah kerangka bangunan Rumah Besi, bekas gedung utama perkebunan pala di puncak bukit. "Pulau ini sempat hancur karena perang Belanda dan Inggris untuk memperebutkannya," ujar Burhan, tokoh masyarakat Pulau Rhun.

Dalam obrolan seusai makan malam di Hotel Maulana, Meutia bercerita bahwa Hatta dan Sjahrir memiliki kebiasaan agak ekstrem selama di Banda. Mereka kerap berenang sekitar 300 meter menyeberang selat Neira dan kemudian langsung mendaki hingga puncak gunung api Banda. "Bapak kerap merenung di sana. Pemandangannya indah," ujarnya.

Penasaran, besoknya saya dan Ayu naik kole-kole, sebutan kapal kayu kecil di Banda, menyeberang selat Neira menuju gunung api Banda dan mendakinya. Gunung ini termasuk unik karena kakinya langsung berada di dasar laut. Ketinggiannya hanya sekitar 600 meter dari atas permukaan laut. Namun jalur pendakian curam dan licin berkerikil. Dibutuhkan waktu sekitar dua jam untuk bisa mencapai puncaknya. Tepat pukul 12 siang, kami sampai di atas.

Tidak ada apa pun di atas sana, selain terik matahari, bebatuan panas, dan cekungan bekas kawah yang masih mengepulkan asap belerang. Namun pemandangan dari sana luar biasa. Lautan Banda berkilauan bagai hamparan cermin raksasa lengkap dengan perahu nelayan dan gugusan pulau-pulau Banda di atasnya. Saya membayangkan Hatta dan Sjahrir dulu duduk di puncak gunung ini, menatap ke bawah ke bentangan negeri yang indah tapi masih terjajah, lantas berdiskusi tentang masa depan Indonesia.

Hasil panen pala di Pulau Rhun, Banda Neira. Rabu (16/10). Dulu pulau ini adalah salah satu pulau terpenting karena menjadi pusat perdagangan pala. TEMPO/Ayu Ambong

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Desa Welora Berpotensi Menjadi Destinasi Wisata Bahari Berkelanjutan

24 hari lalu

Pesona Welora. Dok. Yayasan WWF Indonesia/Muhammad Ramadhany
Desa Welora Berpotensi Menjadi Destinasi Wisata Bahari Berkelanjutan

Desa Welora di Maluku Barat Daya selama ini dikenal sebagai destinasi wisata selam wisatawan dalam negeri maupun mancanegara


Sidang Penghinaan Jokowi, JJ Rizal Sebut Rocky Gerung Jalankan Fungsi Intelektual

51 hari lalu

Sejarawan JJ Rizal mendatangi orang tua siswa dan tim kuasa hukum yang menolak penggusuran SDN Pondok Cina 1 di Jalan Margonda, Kecamatan Beji, Depok, Rabu, 3 Januari 2024. TEMPO/Ricky Juliansyah
Sidang Penghinaan Jokowi, JJ Rizal Sebut Rocky Gerung Jalankan Fungsi Intelektual

Dalam sidang Rocky Gerung, JJ Rizal mengulas sejarah saat Bung Hatta menggunakan kata-kata kasar dalam tulisannya di Koran Daulat Ra'jat


Isi Lengkap Dialog Imajiner Anies Baswedan kepada Bung Hatta yang Viral

58 hari lalu

Anies Baswedan menatap lukisan Mohammad Hatta, 2 November 2023. Instagram/Anies Baswedan
Isi Lengkap Dialog Imajiner Anies Baswedan kepada Bung Hatta yang Viral

Belakangan video Anies Baswedan saat melakukan dialog imajiner dengan Wakil Presiden Pertama RI Mohammad Hatta alias Bung Hatta viral.


Guru Besar dan Sivitas Akademika Ramai Kritik Jokowi, Mengingatkan Pesan Bung Hatta untuk Kaum Intelegensia

9 Februari 2024

Bung Hatta atau Mohammad Hatta. Wikipedia
Guru Besar dan Sivitas Akademika Ramai Kritik Jokowi, Mengingatkan Pesan Bung Hatta untuk Kaum Intelegensia

Guru besar dan sivitas akademika terus kritik Jokowi. Bung Hatta pernah ingatkan kaum intelegensi turut membangun Indonesia yang adil dan makmur.


Sikapi Situasi Pilpres 2024, Masyarakat Antropologi Indonesia Ungkap 10 Poin Keprihatinan

9 Februari 2024

Di Rumah Bung Hatta, Masyarakat Antropologi Indonesia yang tergabung dalam Asosiasi Antropologi Indonesia (AAI), Forum Kajian Antropologi (FKAI), Asosiasi Dapartemen dan Jurusan Antropologi Seluruh Indonesia (ADJASI) dan Jaringan Kekerabatan Antropologi Indonesia (JKAI) menyerukan keprihatinan atas situasi dan kondisi negara Indonesia saat ini. Jumat, 9 Febuari 2024. TEMPO/Yuni Rahmawati
Sikapi Situasi Pilpres 2024, Masyarakat Antropologi Indonesia Ungkap 10 Poin Keprihatinan

Masyarakat Antropologi Indonesia menyerukan 10 poin keprihatinan atas kondisi negara sepanjang masa Pilpres 2024 ini.


Kisah Unik Jam Gadang, Ikon Megah Bukittinggi Era Ratu Belanda Wilhelmina

19 Januari 2024

Wisatawan memadati objek wisata Jam Gadang di Bukittinggi, Sumatera Barat, Ahad, 3 November 2019. Menara ini menjadi destinasi favorit bagi wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara. TEMPO/M Taufan Rengganis
Kisah Unik Jam Gadang, Ikon Megah Bukittinggi Era Ratu Belanda Wilhelmina

Salah satu monumen bersejarah di Indonesia adalah Jam Gadang yang terletak di Bukittinggi, Sumatera Barat. Berikut beberapa kisah uniknya.


Tokoh Peristiwa Malari 1974: Hariman Siregar, Adnan Buyung Nasution, Sjahrir, hingga Rahman Tolleng

15 Januari 2024

Hariman Siregar
Tokoh Peristiwa Malari 1974: Hariman Siregar, Adnan Buyung Nasution, Sjahrir, hingga Rahman Tolleng

Tepat 50 tahun lalu, 15 Januari 1974, Jakarta diamuk massa. Peristiwa ini disebut Malari. Siapa saja tokoh yang terlibat?


Tips Aman Saat Bertemu Ular Laut Ketika Wisata Bahari

7 Januari 2024

Ular laut. Foto: scuba.com
Tips Aman Saat Bertemu Ular Laut Ketika Wisata Bahari

Bermain ke pantai atau wisata bahari seperti snorkeling punya potensi bertemu ular laut. Begini tips aman saat bertemu hewan berbisa itu.


Ziarah ke Makam Bung Hatta, Mahfud Md Kenang Sosok Antikorupsi dan Pelopor Koperasi

2 Januari 2024

Calon wakil presiden nomor urut 3 Mahfud Md menemui awak media usai berziarah ke makam Mohammad Hatta alias Bung Hatta di Taman Makam Pahlawan Tanah Kusir, Jakarta Selatan, pada Selasa sore, 2 Januari 2024. Tempo/ Adil Al Hasan
Ziarah ke Makam Bung Hatta, Mahfud Md Kenang Sosok Antikorupsi dan Pelopor Koperasi

Mahfud Md menyebut Bung Hatta sebagai sosok yang tak akan terlupakan bagi masyarakat Indonesia.


Awal Mula 12 Desember sebagai Hari Bhakti Transmigrasi, Ini Peran Sukarno dan Bung Hatta

12 Desember 2023

Suasana sore Pasar Cendana di Desa Suka Maju, Kecamatan Tambusai, Rokan Hulu, Riau, Selasa 12 April 2022. TEMPO/Kakak Indra Purnama
Awal Mula 12 Desember sebagai Hari Bhakti Transmigrasi, Ini Peran Sukarno dan Bung Hatta

12 Desember sebagai Hari Bhakti Transmigrasi, bagaimana awal mulanya? Berikut 3 dampak program transmigrasi.