TEMPO.CO, Magelang - Promosi wisata tak selalu dilakukan dengan mengadakan festival atau iklan objek wisata di berbagai media. Kepala Biro Komunikasi Publik Kementerian Pariwisata, Guntur Sakti mengatakan perlu paradigma baru untuk menjual wisata berbasis pengalaman dengan cara menggali ceritanya dan menyampaikan kepada turis.
Baca: Tingkatkan Promosi Pariwisata Daerah dengan Fotografi Unik
"Promosi wisata story telling bikin orang penasaran, menyadari, tertarik, dan memutuskan datang ke Magelang," kata Guntur dalam temu media di MesaStila Resort and Spa, Magelang, Rabu, 10 Juli 2019. Dengan menerapkan strategi promosi wisata story telling, maka pemerintah tak perlu boros menjual destinasinya.
Ihwal story telling dalam industry pariwisata ini, menurut Guntur Santi, sudah didengungkan Wakil Presiden Jusuf Kalla pada 2018 lalu di Yogyakarta. Guntur menjelaskan Kementerian Pariwisata telah merintisnya dengan membangun story telling tentang Candi Borobudur. Mengingat sejarah candi tersebut terpahat pada relief-reliefnya.
Story telling yang baik adalah yang mengena pada pesan dan pokok pikirannya, juga membuat penasaran. Caranya, bisa dibuat dalam aneka bentuk diversifikasi produk, termasuk segmentasinya. Semisal, story telling tentang Borobudur untuk anak-anak yang disampaikan dengan cara yang mudah dipahami anak-anak pula. "Dan story telling itu kuat. Apalagi anak-anak punya daya tangkap yang cepat, membawa pengaruh yang hebat bagi keluarga dan teman-temannya," kata Guntur.
Baca juga: Kepulauan Riau Genjot Promosi Wisata untuk Tarik Wisman
Perlu ada eksplorasi khasanah yang menjadi kekayaan Magelang. Apabila berhasil, Guntur menilai, Magelang bisa menjadi satu-satunya pariwisata yang menjual produk sekaligus pengalaman. Mengingat berdasarkan portofolio bisnis pariwisata yang meliputi budaya, alam, dan buatan manusia (man made) bisa didapat di Magelang. "Magelang jadi pabrik story telling," kata Guntur.