# Kancip
Sebuah gunting atau kacip dari abad 18-19 bermotif paksi nagaliman yang biasa dipakai pelengkap makan sirih di masa lampau koleksi Museum History of Java Yogyakarta. TEMPO | Pribadi Wicaksono
Kancip bentuknya menyerupai gunting. Benda berbahan perak dan besi ini dibuat sekitar abad 18-19. Kacip tersebut bermotif paksi nagaliman atau burung berkepala gajah dengan belalai membawa senjata trisula. Di masa lalu, kacip dipakai sebagai pelengkap makan sirih.
# Kepala garuda
Figur kepala garuda dari abad 19 di era kerajaan Cirebon yang biasanya diletakan di bagian depan kapal kerajaan. Figur ini koleksi Museum History of Java Yogyakarta. TEMPO | Pribadi Wicaksono
Ada sebuah figur berbentuk kepala garuda yang diperkirakan dibuat pada abad 19 di era kerajaan Cirebon. Kepala Garuda ini biasanya diletakan di bagian depan kapal kerajaan.
# Pataka
Pataka atau panji militer yang bentuknya masih utuh dari abad 13 masa Kerajaan Majapahit. Ini Pataka ini adalah salah satu koleksi di Museum History of Java Yogyakarta. TEMPO | Pribadi Wicaksono
Di lorong Majapahit di Museum History of Java, ada sebuah pataka atau panji militer yang bentuknya masih utuh dari abad 13 masa Kerajaan Majapahit. Pataka ini berbentuk trisula dengan hiasan kepala naga. Pataka tersebut merupakan peninggalan Kerajaan Singhasari yang kemudian diwariskan ke kerajaan Majapahit.
# Lentera
Lentera ini diperkirakan berasal dari abad 11-13 di masa Kerajaan Kediri atau Kadiri, Jawa Timur. Lentera tersebut memiliki motif ukiran yang bermacam-macam dan penuh makna.
Lentera purba di zaman Kerajaan Kediri atau Kadiri, Jawa Timur yang diperkirakan berasal dari abad 11 - 13. Lentera koleksi Museum History of Java di Yogyakarta, ini memiliki motif Arjuna menunggang kuda bersama Dewi Supraba. Lentera ini menjadi salah satu koleksi di Museum History of Java Yogyakarta. TEMPO | Pribadi Wicaksono
Bagian dasarnya berbentuk mekar bunga, dan seluruh bagiannya terukir delapan titik api yang menggambarkan ajaran Asthabrata tentang delapan syarat menjadi pemimpin yang baik. Lentera yang masih terawat baik itu juga menggambarkan sosok Arjuna menunggang kuda bersama Dewi Supraba, seperti fragmen dalam cerita kakawin Arjuna Wiwaha karya Pu Kanwa.
Selanjutnya: Kapak perunggu, mainan anak-anak, dan Al-Quran