TEMPO.CO, Palembang - Keindahan selalu saja tersembunyi. Barangkali, inilah kalimat paling pas untuk mengambarkan Menara Quran berisi musyaf Al Quran kayu terbesar di dunia yang berada di Kota Palembang.
Baca juga: Palembang Jadi Sport Tourism, Ini 10 Destinasi yang Disiapkan
Di menara itu, di pojok kawasan industri Gandus Kota Palembang, pahatan ayat suci Al-Quran terpajang dan menjulang tinggi. Pahatan itu dibuat dalam lembaran kayu tembesu, dikerjakan mulai 2002 hingga selesai 30 juz Al Quran pada 2009.
Ukiran ayat-ayat suci yang detail pada lembaran kayu diwarnai kuning emas sedangkan lembarannya dengan warna merah marun. Dua warna ini khas Palembang, sebab sudah sering dipakai sejak zaman Kerajaan Sriwijaya, dua warna ini konon bermakna kemewahan dan kemakmuran.
Pada menara yang beralamat di Jalan Mohamad Amin itu, baru dipasangkan pahatan ayat Al Quran sebanyak 15 juz di bangunan 5 lantai, sisanya masih dalam gudang. Setiap lantai memajang 3 juz ayat Al Quran, lembaran ayat kitab suci dari kayu tembesu itu berukuran tinggi 177 centimeter dan lebar 140 centimeter, setiap lembar dipasang berbaris menyamping membentuk lorong labirin. Lorong ini berjarak sedepa orang dewasa. Itulah yang membuat bangunan ini terasa teduh dan membawa udara sejuk.
Menara Qur'an yang berisi Mursyaf Al-Qur'an kayu terbesar di dunia kini semakin ramai pengunjung setelah mendapat Penghargaan Tempat Wisata Halal Populer pada Anugerah Pesona Indonesia 2018. Tempo/ Ahmad Supardi
Tapi seorang pengunjung mengeluhkan menara unik ini ketika di halaman luar. “Tempat ini indah tapi lokasinya tak strategis, lokasinya di ujung kota, jalan bergelombang, rusak, banyak debu, pasir, mobil truk lalu lalang yang tak mau mengalah, dan aroma asam menusuk-nusuk dari pabrik karet,” kata Amanda Lidya sambil menutup mulut dan hidungnya, Senin 18 Februari 2019.
Sebenarnya keluhan Amanda lebih panjang lagi ketika di perjalanan menuju tempat yang sudah meraih Penghargaan Tempat Wisata Halal Terpopuler pada Anugerah Pesona Indonesia 2018 . “Untung bau pabrik tercium hanya di luar saja, setelah masuk menara udara terasa lebih segar, dan mata diberikan pemandangan yang menakjubkan, cukuplah mengubur dongkol dari perjalanan,” kata dia.
Mushaf Al Quran dari lapisan kayu ini memang dioperasikan di wilayah sentral industri Gandus, Palembang sejak 2012. Bangunan ini diinisiasi oleh Syofwatillah Mohzaib, seorang tokoh agama pecinta seni kaligrafi asal Palembang. Karya kaligrafi dan ornamen ukirannya juga terpasang di Masjid Agung Palembang. Bangunan ini diresmikan oleh Presiden RI ke-6, yakni Susilo Bambang Yudhoyono disaksikan 51 perwakilan negara-negara islam yang saat itu ada acara di Palembang.
Menara Quran ini bagi wisatawan terkenal dengan nama Bayt Quran Al-Akbar, Bayt artinya rumah dalam bahasa arab, maka bisa juga disebut Rumah Quran Besar. Tempat ini, setelah diresmikan, konon awalnya untuk tempat pengajian saja, bukan tempat wisata. Barulah kemudian peserta pengajian banyak membagikan foto keindahan ukiran ke sosial media, dan menjadi heboh hingga menjadi tempat favorit wisata religi. Pengunjung tempat ini pun ramai, satu hari bisa mencapai 300 sampai 400 orang. Di akhir pekan mencapai 1000 orang. Untuk masuk tempat ini, cukup bayar 10 ribu.
“Semoga ke depan jalan menuju tempat ini mulus dan rapi, supaya Menara Quran tak tesembunyi dibalik jalan jelek dan bau pabrik,” tutur Amanda.
Baca juga: Disaksikan 100 Ribu Pelancong, Kain Jumputan Bakal Tutup Ampera