TEMPO.CO, Denpasar, Bali - Jika anak muda jaman now terbiasa menulis di selembar kertas atau mengetik di gadget, sebuah festival yang berlangsung di Denpasar, Bali ini menantang mereka untuk melakukan sesuatu yang berbeda. Sekitar 1.000 siswa SMP, SMA, dan mahasiswa di Bali ditantang untuk menulis di daun lontar dalam Festival Nyurat Lontar Massal.
Baca: Festival Jogja Heboh, Sultan: Jangan Seperti Jual Barang Murah
Festival ini merupakan rangkaian agenda kegiatan Pembukaan Bulan Bahasa Bali 2019. "Ada juga lomba mesatua Bali, nyurat aksara Bali, postingan berbahasa Bali dan sebagainya," kata Putu Astawa, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali di acara Pembukaan Bulan Bahasa Bali 2019, di Denpasar, Jumat 1 Februari 2019.
Para siswa, mahasiswa, dan perwakilan penyuluh bahasa Bali yang mengikuti Festival Nyurat Lontar itu menuliskan guratan aksara Bali di atas daun lontar yang sudah disediakan panitia. Untuk menulisnya, tentu bukan dengan pena, melainkan pisau khusus yang disebut dengan pengrupak.
Ilustrasi siswa menulis di daun lontar. Antara
Peserta Festival Nyurat Lontar kompak memakai busana adat Bali. Mereka duduk berjejer rapi di lantai Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya, Denpasar. Astawa menjelaskan, gagasan menulis aksara Bali di daun lontar tercetus karena ingin melestarikan sastra Bali yang sesungguhnya.
Baca juga: Agenda Wisata Juni 2019, Nantikan Festival Paris Van Borneo
"Banyak sekali kearifan lokal yang bisa diperoleh dari lontar. Jangan sampai punah dan generasi muda harus tahu warisan budayanya," kata Putu Astawa. "Kami tidak ingin anak-anak muda sekarang bahasanya `hallo bro, ngapain lu, gue ini`. Ini kan menjauh dari akar budaya sesungguhnya."