TEMPO.CO, Jakarta - Tsunami yang menghempas pantai sepanjang Selat Sunda pada Sabtu, 22 Desember 2018 malam, telah memporak-porandakan berbagai bangunan di Pantai Anyer dan Pantai Tanjung Lesung, Banten, bahkan telah menyebabkan ratusan orang meninggal dunia.
Baca juga: Gelombang 3 Meter, Turis di Pantai Selatan Yogya Diminta Waspada
Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per 31 Desember menyebutkan 437 orang meninggal dunia, 14.059 orang mengalami luka-luka dan 33.721 orang mengungsi ke berbagai tempat yang tersebar, dan Pandeglang merupakan wilayah terparah.
Tsunami yang datang tiba-tiba dan tanpa diketahui penyebabnya, termasuk BMKG yang kecolongan sehingga tidak mengeluarkan peringatan dini, telah melumpuhkan seluruh aktivitas ekonomi di sekitar wilayah bencana.
Kemudian 2.752 rumah rusak, juga 92 penginapan dan warung, 510 perahu dan kapal dan beberapa fasilitas umum lainnya seperti 1 dermaga, dan 1 shelter mengalami kerusakan cukup parah serta 69 kendaraan roda empat, dan 38 kendaraan roda dua.
Alhasil, pantai sepanjang Selat Sunda dalam beberapa minggu ke depan tampaknya belum bisa dijadikan tempat wisata bagi wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.
Kondisi sekitar pantai dan hotel yang kumuh oleh berbagai sampah dan tumpukan kayu, logam dan barang lainnya bekas rumah dan seisinya yang hancur akibat terjangan air, membutuhkan waktu yang lama untuk dibersihkan.
Perahu nelayan terdapar hingga ke darat akibat diterjang tsunami Selat Sunda di kawasan Sumur, Pandeglang, Banten, 26 Desember 2018. Tsunami juga mengakibatkan sejumlah rumah mengalami rusak berat disebabkan tertabrak kapal serta terendam lumpur. TEMPO/M Taufan Rengganis
Sektor pariwisata di sepanjang Selat Sunda itu benar-benar lumpuh. Objek wisata andalan Banten seperti Pantai Anyer, Tanjung Lesung dan Carita untuk sementara tinggal namanya saja, wisatawan sepertinya belum berani berlibur ke pantai yang sudah terkenal di Mancanegara tersebut.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Banten Eneng Nurcahyati mengakui bahwa pariwisata di Kabupaten Serang dan Pandeglang itu saat ini dinyatakan lumpuh, sehingga seluruh kegiatan yang telah diprogramkan ditiadakan.
"Sejumlah kegiatan kepariwisataan untuk sementara dihentikan, termasuk kegiatan promosi, karena pemerintah mendahulukan aspek kemanusiaan, yakni penanganan korban tsunami," katanya.
Dinas Pariwisata Provinsi Banten sebenarnya telah menyiapkan sedikitnya 20 posko siaga wisata di lokasi-lokasi objek wisata pantai yang dianggap rawan, untuk mengamankan wisatawan yang akan mengisi libur panjang natal dan tahun baru.
Namun Allah SWT berkehendak lain. Program dan berbagai kegiatan yang sudah dirancang sedemikian rupa oleh para penyelenggara itu terpaksa dibatalkan karena situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan diselenggarakan.
Pesimistis wisatawan untuk memeriahkan malam tahun baru di kawasan pantai yang sarananya kebanyakan sudah berantakan karena tsunami itu, serta suasana duka yang masih menyelimuti kawasan tersebut, membuat lokasi wisata yang biasanya ramai setiap pergantian tahun itu menjadi suram.
Baca juga: Tsunami Selat Sunda: Kapan Pariwisata Banten Kembali Pulih?