TEMPO.CO, Banyuwangi - Sejumlah pengusaha batik di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, mengaku omzet penjualan naik hingga ratusan persen dengan adanya beragam festival di kota itu. Berbagai perhalatan tersebut memang telah berhasil mengundang wisatawan domestik maupun mancanegara.
Firman Sauqi, pemilik galeri Godho Batik, misalnya, bercerita saat merintis bisnis batik pada 2011dulu terasa cukup seret. Saat itu dalam sebulan dia hanya mampu menjual sekitar 25 lembar kain. Usaha Godho Batik berada di di Kecamatan Giri dan saat ini sudah melibatkan puluhan perajin di desa itu.
Baca Juga:
Lalu pada tahun 2011 itu pula pemerintah memulai penyelenggaraan Banyuwangi Festival. Ajang yang lalu berlangsung saban tahun itu menampilkan puluhan atraksi wisata seni-budaya dan wisata olahraga berbasis alam.Sejumlah batik Banyuwangi siap jual di Sanggar Batik Sayu Wiwit, Banyuwangi (26/4). Motif gajah oling merupakan motif yang paling disukai di Banyuwangi. TEMPO/Aris Novia Hidayat
Dari tahun ke tahun, kata Firman, penjualan Godho Batik jaug terus meningkat dengan adanya fetsival. Dalam dua tahun terakhir, tiap bulan Firman bisa menjual hingga 200 lembar kain. Ini artinya melonjak sekitar 700 persen dibanding saat memulai usaha pada 2011.
Dari sisi keuangan, pada 2011 dalam sebulan hanya mampu mengantongi omzet Rp 5–10 juta. Kini, omzetnya naik menjadi Rp50-250 juta. Adapun harga kain batiknya dipatok antara Rp100.000 sampai Rp1,3 juta per lembar. "Alhamdulillah, festival di Banyuwangi ini menjadi berkah buat kami. Hal ini juga dirasakan perajin batik dan UMKM lainnya.”
Firman mengatakan, saat ada Banyuwangi Batik Festival (BBF), penjualannya bahkan mencapai 500 hingga 700 lembar per bulan. Kondisi itu bertahan terus hingga lima bulan setelah BBF usai. " Kami ikut merasakan berkahnya,” katanya sebagaimana dikutip tertulis Pemerintah Kabupaten Banyuwangi.