TEMPO Interaktif, Jakarta - Raja Ampat, Papua Barat, terpilih menjadi kawasan wisata terfavorit versi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan majalah Swa. Penghargaan Indonesia Tourism Award (ITA 2011) ini diberikan Kamis, 8 Desember 2011 malam, di Grand Studio Metro Televisi.
Raja Ampat adalah satu dari 25 kota dan kabupaten di Indonesia yang mendapat penghargaan serupa. Sebanyak 24 lainnya yang terpilih adalah Belitung, Batam, Badung, Bandung, Bogor, Cirebon, Denpasar, Jakarta, Malang, Makassar, Manado, Padang, Palembang, Pekanbaru, Tanah Toraja, Lombok Barat, Raja Ampat, Sawahlunto, Surakarta, Yogyakarta, Surabaya, Semarang, Tangerang Selatan, Samarinda, dan Medan.
"Penghargaan ini sebagai langkah apresiasi kota atau kabupaten yang jadi tujuan wisata karena telah memberikan pelayanan dan kinerja terbaik kepada wisatawan," kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu di Jakarta, Kamis, 8 Desember 2011. "Pelayanan itu terlihat dari sejak kedatangan sampai kepulangan mereka," ujarnya.
Berlangsung sejak 2008, penghargaan ini diharapkan bisa mendorong para pemimpin daerah (provinsi, kota, dan kabupaten) serta pelaku industri pariwisata agar terus berbenah dan meningkatkan kreativitas dalam memberikan pelayanan terbaik kepada wisatawan domestik (wisnus) dan mancanegara (wisman).
Penghargaan ini juga diberikan terhadap jasa-jasa penunjang, seperti penerbangan, taksi, hotel, restoran, tempat golf, serta spa. "Ini bagian dari pengakuan keandalan kepala daerah dan pelaku industri wisata di Indonesia," ujarnya lagi.
Survei dilakukan terhadap 1.500 wisatawan, terdiri dari 1.300 wisatawan domestik dan 150 wisatawan mancanegara. Di tiap kota, jumlah responden yang disurvei berkisar antara 60 sampai 90 wisatawan. Adapun kategori yang disurvei meliputi kota/kabupaten terbaik dalam layanan wisata, kota tujuan wisata favorit, obyek wisata favorit, serta industri penunjang pariwisata terbaik.
Menurut Mari, pelaku industri wisata di daerah memegang peranan penting dalam melayani wisatawan. "Wisman semakin banyak datang ke Indonesia. Wisatawan harus end to end. Dari mereka datang, jalan-jalan, sampai pulang lagi, dia harus sangat happy. Karena itu, industri penunjang pariwisata penting sekali," ujarnya lagi.
Penghargaan ini didasarkan atas survei terhadap 1.500 wisatawan yang terdiri dari 1.350 wisatawan domestik dan 150 mancanegara. Survei dibuat sesuai dengan kategori dan melibatkan 100 responden dari kalangan profesional dan eksekutif. Di tiap kota, jumlah responden berkisar 60-90 wisatawan.
Kategori survei meliputi kabupaten atau kota terbaik dalam layanan wisata, kota tujuan wisata favorit, obyek wisata favorit, dan industri penunjang pariwisata terbaik. Penunjang pariwisata terbaik ini dibagi 9 sub kategori, yaitu hotel berbintang (3-5), maskapai penerbangan, biro perjalanan wisata, taksi, restoran, golf, spa, dan mal.
"Penentuan kota/kabupaten dilakukan dengan membuat daftar kota/kabupaten dengan PDRB wisata terbesar. Di setiap kota, ada sekitar 60-90 wisatawan yang ditanyakan kota-kota yang paling baik dari segi pelayanan," kata Pemimpin Redaksi SWA, Kemal Gani.
Metodologi survei dilakukan dengan mengombinasikan dua model analisis, yakni analisis kepuasan dan net promoter score (NPS), untuk penentuan peringkat kota atau kabupaten paling memuaskan dan direkomendasikan.
"Harapannya ke depan, Indonesia yang sangat kaya akan obyek-obyek wisata menarik akan bisa mengungguli negara-negara lain, terutama di kawasan ASEAN," ujar Kemal E. Gani.
Mari berharap, dengan adanya ajang penganugerahan seperti ini, dapat mendorong kota destinasi wisata untuk giat melakukan perbaikan sarana dan prasarana pendukung. "Dengan ini, semoga target 7,7 juta wisatawan tahun ini serta target 20 juta wisatawan pada 2025 yang akan datang untuk mengunjungi Indonesia bisa tercapai," katanya.
Selain itu, konsep apresiasi ini, menurutnya, sejalan dengan rencana induk Kementerian Pariwisata untuk mengembangkan perekonomian dan UKM melalui pariwisata. Apalagi Kementerian telah menargetkan peningkatan kontribusi pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja nasional dari 7,70 juta orang pada tahun 2010 menjadi 9,20 juta orang pada tahun 2014, serta kontribusi pariwisata terhadap penerimaan PDB dari 4,80 persen pada 2010 menjadi 5,25 persen pada 2014.
EVIETA FADJAR PUSPORINI