Penjual Bakpia di Yogyakarta Bisa Jual Ribuan Dus Sehari selama Musim Libur Sekolah

Senin, 15 Juli 2024 09:21 WIB

Tumpukan bakpia siap jual usai diproduksi di Yogyakarta. Tempo/Pribadi Wicaksono

TEMPO.CO, Yogyakarta - Liburan sekolah telah usai. Selama kurang lebih dua pekan terakhir, Yogyakarta padat kunjungan wisatawan. Sejumlah ruas jalan di perkotaan tampak penuh sesak kendaraan berpelat nomor luar daerah.

Selama liburan ini, tak hanya destinasi wisata saja yang ramai kunjungan wisatawan. Para produsen bakpia, oleh-oleh khas Yogyakarta, juga kebanjiran pesanan.

Arya Ariyanto, pemilik rumah produksi Bakpia Jogja Kembali atau JogKem yang berada di kawasan Mantrijeron Yogyakarta, mengatakan bahwa selama peak season seperti liburan ini, sehari mereka bisa menjual 5.000 bahkan 10.000 dus bakpia.

Arya menuturkan, rumah produksinya yang berada di salah satu ruas Jalan Parangtritis itu menyasar rombongan wisatawan yang menggunakan bus. Dalam sehari di masa liburan panjang, lebih dari 50 bus wisatawan bisa transit ke rumah produksinya untuk berbelanja.

"Kami membangun jejaring dengan travel agent-travel agent, dan merekomendasikan bakpia dengan kualitas yang bagus, bisa dicicipi dan dilihat langsung produksinya," kata dia, Ahad, 14 Juli 2024.

Modifikasi Resep Bakpia

Advertising
Advertising

Arya mengatakan, tak ada resep khusus untuk membuat bakpianya. Ia hanya memodifikasi agar rasanya tidak terlalu manis. Ternyata wisatawan luar Yogyakarta suka dan produknya pun diserbu.

"Kalau pilihan rasa sebenarnya tidak terlalu beda dengan rumah produksi lain, ada rasa original, kacang hijau, kumbu hitam, coklat, keju, cappuccino, green tea, tiramisu, susu, hingga buah," kata Arya yang menjual per dus bakpianya mulai Rp 35 ribu itu.

Untuk menjaga kualitas bakpianya, Arya mengakui cukup ketat menjaga prosesnya. Agar saat digigit bakpia itu terasa empuk namun tetap padat, olahan kacang hijau setelah direbus tidak langsung digiling melainkan terlebih dulu dikukus.

Open Kitchen

Selain itu, menurutnya yang membuat wisatawan menyukai berbelanja digerainya, karena menerapkan sistem open kitchen. Ini membuat pelanggan bisa melihat langsung dapur proses pembuatan bakpia itu termasuk bahan bahan yang dipakai. Dia mengklaim bakpianya tanpa pewarna dan tanpa pengawet.

"Kami mulai produksi jam 06.00 dan bisa sampai jam 19.00 WIB, wisatawan bisa melihat proses pembuatannya di open kitchen itu," kata Arya yang juga menyebar produknya di titik pusat oleh-oleh seperti jalan Ireda, Gedongkuning, Alun-Alun Kidul serta Mangkuyudan itu.

Bahkan tak hanya melihat proses pembuatannya. Para wisatawan yang berminat bisa turut membuat sendiri bakpia dari tangan mereka, semacam kursus singkat. Bakpia hasil buatan tangan wisatawan itu diperbolehkan dibawa pulang sebagai oleh-oleh.

Arya menuturkan, meski bakpia menjadi oleh-oleh khas Yogyakarta yang sangat digemari, ia berharap ke depan bisa mengembangkan pasar ke mancanegara. Namun untuk ekspor ini masih terdapat kendala.

"Bakpia ini kan tidak bisa bertahan lama karena tanpa pengawet, ekspor hanya bisa terbatas di negara ASEAN seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand," ungkapnya.

Pilihan Editor: 15 Oleh-oleh Khas Yogyakarta, Mulai dari Makanan hingga Kaos

Berita terkait

Wisatawan Padati Prosesi Grebeg Maulud Keraton Yogyakarta

11 jam lalu

Wisatawan Padati Prosesi Grebeg Maulud Keraton Yogyakarta

Ribuan wisatawan memadati jalannya prosesi Garebeg atau Grebeg Maulud yang digelar Keraton Yogyakarta Senin 16 September 2024.

Baca Selengkapnya

Libur Panjang Maulid Nabi, Arus Lalu Lintas ke Destinasi Kota Yogyakarta Dipadati Wisatawan

1 hari lalu

Libur Panjang Maulid Nabi, Arus Lalu Lintas ke Destinasi Kota Yogyakarta Dipadati Wisatawan

Libur panjang akhir pekan Maulid Nabi berhasil mendongkrak kunjungan wisatawan ke Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Long Weekend Maulid Nabi, Okupansi Hotel Baru di Yogyakarta Turut Melonjak

1 hari lalu

Long Weekend Maulid Nabi, Okupansi Hotel Baru di Yogyakarta Turut Melonjak

Para pelaku perhotelan Yogyakarta berharap bisa menaikkan okupansi mereka setelah pada Agustus lalu sempat drop di bawah target.

Baca Selengkapnya

Besok Keraton Yogyakarta Gelar Grebeg Maulud, Begini Prosesi dan Aturannya

1 hari lalu

Besok Keraton Yogyakarta Gelar Grebeg Maulud, Begini Prosesi dan Aturannya

Sebelum Grebeg Maulud ini digelar, Keraton Yogyakarta menggelar prosesi awalan mulai dari Miyos Gangsa, Numplak Wajik, dan Kondur Gangsa.

Baca Selengkapnya

Alasan Gunung Merapi Belum Dibuka untuk Pendakian, Sepekan 3 Kali Awan Panas

2 hari lalu

Alasan Gunung Merapi Belum Dibuka untuk Pendakian, Sepekan 3 Kali Awan Panas

Meski masih aktif meluncurkan awan panas dan lava pijar, cuaca di sekitar Gunung Merapi umumnya cerah pada pagi dan malam hari.

Baca Selengkapnya

Akhir Pekan, Ada Simfoni Gumuk Pasir di Pantai Selatan Bantul

3 hari lalu

Akhir Pekan, Ada Simfoni Gumuk Pasir di Pantai Selatan Bantul

Simfoni Gumuk Pasir bukan hanya sekadar festival musik, tetapi juga perayaan seni, alam dan budaya.

Baca Selengkapnya

Wisatawan Bisa Belanja Cendera Mata Pasar Beringharjo Yogyakarta di Marketplace

3 hari lalu

Wisatawan Bisa Belanja Cendera Mata Pasar Beringharjo Yogyakarta di Marketplace

Pasar Beringharjo yang menjadi surganya wisatawan berburu produk kerajinan di Yogyakarta kini hadir di marketplace.

Baca Selengkapnya

Bakal Dipindahkan ke Lokasi Baru, PKL Malioboro Siap Mengadu ke UNESCO

4 hari lalu

Bakal Dipindahkan ke Lokasi Baru, PKL Malioboro Siap Mengadu ke UNESCO

Kawasan Malioboro tempat PKL berjualan merupakan bagian dari Sumbu Filosofi Yogyakarta, salah satu warisan budaya dunia UNESCO.

Baca Selengkapnya

Di Kafe Ini, Tamu Bisa Menyeruput sembari Belajar tentang Kopi dari A sampai Z

4 hari lalu

Di Kafe Ini, Tamu Bisa Menyeruput sembari Belajar tentang Kopi dari A sampai Z

Kafe di Bantul ini memiliki kelas untuk belajar segala hal tentang kopi dari A sampai Z, dari manajerial sampai rantai pasok.

Baca Selengkapnya

Kembali ke Jalan, PKL Malioboro Desak Pemda Yogya Buka Dialog Atau Diadukan ke UNESCO

4 hari lalu

Kembali ke Jalan, PKL Malioboro Desak Pemda Yogya Buka Dialog Atau Diadukan ke UNESCO

Aksi ini merupakan bentuk protes para PKL Teras Malioboro 2 terhadap rencana relokasi sepihak yang akan dilakukan Pemda DIY pada awal 2025.

Baca Selengkapnya