Mengenal Gerbang Neraka Turkmenistan, Lubang Api yang Menyala Sejak 1971

Reporter

Tempo.co

Editor

Laili Ira

Jumat, 12 Juli 2024 16:36 WIB

Gerbang Neraka Turkmenistan menjadi salah satu fenomena alam yang paling unik di dunia. Berikut ini asal-usul munculnya Gerbang Neraka Turkmenistan. Foto: Canva

TEMPO.CO, Jakarta - Di Turkmenistan, tepatnya di tengah padang pasir Karakum yang gersang terdapat sebuah fenomena alam yang mengundang rasa penasaran dan kekaguman dunia, yaitu Gerbang Neraka.

Lubang api yang terus menyala sejak tahun 1971 ini menjadi salah satu atraksi wisata yang paling menarik sekaligus misterius di dunia.

Meski namanya sedikit mengerikan, tapi pesonanya yang memukau berhasil memikat pengunjung dari berbagai penjuru dunia.

Bahkan, Gerbang Neraka ini tetap menjadi salah satu fenomena alam yang paling unik di dunia. Lantas seperti apa Gerbang Neraka tersebut? Berikut informasinya.

Asal Usul 'Gerbang Neraka’ di Turkmenistan

Melansir Atlas Obscura, Gerbang Neraka atau dikenal juga dengan nama Kawah Darvaza merupakan kawah gas sebesar 230 kaki. Kawah ini terletak di dekat desa Darvaza yang berpenduduk 350 orang.

Advertising
Advertising

Kawah ini telah terbakar selama lebih dari 50 tahun dan cahayanya membara hingga dapat dilihat hingga bermil-mil jauhnya. Oleh karena itu, kawah tersebut dinamakan The Door to Hell alias Gerbang Neraka.

Kawah Davarza pada awalnya merupakan situs pengeboran gas alam Soviet pada tahun 1971. Namun saat para insinyur melakukan pengeboran, tanah di bawah rig pengeboran tersebut runtuh, membentuk sebuah kawah besar dengan diameter sekitar 70 meter dan kedalaman 20 meter.

Setelah menembus kantong gas, asap beracun mulai bocor dengan kecepatan yang ditransmisikan. Lalu kawah ini memuntahkan gas metana berbahaya ke udara, yang bisa menimbulkan risiko kesehatan dan lingkungan.

Keberadaan 'Gerbang Neraka' menjadi daya tarik tersendiri di Turkmenistan. Hebatnya, meskipun nama kawahnya menakutkan dan nyala api selalu ada, orang-orang masih melakukan perjalanan ke gurun untuk menyaksikan situs tersebut.

Pemandangan kawah yang menyala terang, terutama di malam hari, menciptakan kesan yang luar biasa dan hampir mistis.

Wisatawan dari seluruh dunia datang untuk menyaksikan lubang api yang tak kunjung padam ini. Panas yang dihasilkan dari kawah dapat dirasakan dari jarak yang cukup jauh, dan sinar merah yang memancar dari api memberi kesan dramatis terhadap pemandangan gurun yang sepi.

Mengapa Api Gerbang Neraka Tak Pernah Padam?

Melansir Greenly Earth, terlepas dari cerita asal usulnya, pembentukan Gerbang Neraka adalah hasil dari proses alami dan aktivitas manusia.

Kemungkinan besar tanah runtuh tersebut disebabkan oleh hancurnya lapisan garam bawah tanah, yang menyebabkan lapisan atas runtuh dan membentuk kawah seperti yang kita lihat sekarang.

Diketahui, di bawah permukaan bumi terdapat reservoir gas alam yang berisi metana. Entah bagaimana, gas alam yang keluar tersebut terbakar dan terus menyala sejak saat itu.

Api di dalam kawah bisa mencapai celah-celah hingga 10 meter dan tingginya bisa mencapai 15 meter, dengan suhu yang seringkali melebihi 1.000 derajat Celsius.

Metana (CH4) adalah gas rumah kaca (GRK) kedua yang paling umum setelah karbon dioksida (CO2) dan menyumbang 16 persen emisi GRK dunia.

Meskipun karbon dioksida menghasilkan sebagian besar emisi global, metana 28 kali lebih kuat dibandingkan CO2 dalam menangkap panas di atmosfer. Dalam dua dekade terakhir, tingkat metana di atmosfer meningkat lebih dari dua kali lipat, terutama karena aktivitas manusia.

Jadi Penyebab Pemanasan Global

Turkmenistan sendiri dikenal sebagai negara yang kaya akan minyak dan gas. Salah satu gas yang dihasilkan oleh negara bekas republik Soviet ini adalah metana.

Biasanya, simpanan metana seperti ini dimanfaatkan oleh industri perminyakan atau dibiarkan begitu saja ke atmosfer tanpa disadari.

Investigasi yang dilakukan oleh Guardian mengungkapkan bahwa kebocoran metana dari dua ladang fosil utama di negara tersebut mengakibatkan pemanasan global yang lebih besar dibandingkan seluruh emisi karbon di Inggris pada tahun 2022.

Negara ini juga bertanggung jawab atas 184 peristiwa super-emitor pada tahun yang sama, yaitu lokasi yang melepaskan metana dalam jumlah besar ke atmosfer.

Untuk mencegah penyebaran gas beracun, para ahli geologi memutuskan untuk membakar gas tersebut dengan harapan api akan padam dalam beberapa minggu. Bahkan, pada Januari 2022, Presiden Gurbanguly Berdymukhamedov memerintahkan pemerintah Turkmenistan untuk mulai meneliti cara memadamkan api.

Namun, gas yang terkandung di dalam kawah ternyata jauh lebih banyak dari yang mereka perkirakan. Akibatnya, api terus menyala hingga sekarang, lebih dari lima dekade kemudian.

RIZKI DEWI AYU

Pilihan Editor: 10 Negara yang Sulit Dikunjungi karena Aturan Visa yang Berbelit-belit

Berita terkait

Pertamina International Shipping Siap Masuk Pasar LNG

52 hari lalu

Pertamina International Shipping Siap Masuk Pasar LNG

LNG terbukti dapat menjadi sumber energi alternatif dengan emisi yang lebih rendah dari sumber energi lain.

Baca Selengkapnya

10 Negara Penghasil Gas Alam Terbesar di Dunia, Ada Indonesia?

6 Juni 2024

10 Negara Penghasil Gas Alam Terbesar di Dunia, Ada Indonesia?

Berikut ini deretan negara produsen gas bumi terbesar di dunia, di antaranya dipimpin oleh Amerika Serikat dan Rusia.

Baca Selengkapnya

Cerita WNI Terkesima Menonton Aurora Australis dari Australia

12 Mei 2024

Cerita WNI Terkesima Menonton Aurora Australis dari Australia

Seorang WNI, menceritakan pengalamannya bisa menikmati fenomena alam Aurora Australis, di negara bagian Victoria, Australia.

Baca Selengkapnya

5 Sumber Kekayaan Negara Iran, Ada Gas Alam Hingga Saffron

27 April 2024

5 Sumber Kekayaan Negara Iran, Ada Gas Alam Hingga Saffron

Iran dikenal memiliki sumber daya alam dan potensi kekayaan yang tinggi. Termasuk saffron, apakah itu?

Baca Selengkapnya

Proyek Pipa Gas Alam di Kawasan The Nusa Dua ITDC Bali Capai 67 Persen

17 April 2024

Proyek Pipa Gas Alam di Kawasan The Nusa Dua ITDC Bali Capai 67 Persen

Proyek pipa gas alam ITDC di Bali sudah hampir rampung sejak dibangun mulai 1 Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Efek Emosional Menyaksikan Gerhana, Kagum sampai Cemas

28 Maret 2024

Efek Emosional Menyaksikan Gerhana, Kagum sampai Cemas

Menyaksikan gerhana dapat membangkitkan berbagai emosi dan memiliki efek psikologis yang signifikan pada masing-masing orang.

Baca Selengkapnya

Ramai Isu Badai Matahari, Peneliti Antariksa BRIN Jelaskan Dampaknya ke Bumi

15 Maret 2024

Ramai Isu Badai Matahari, Peneliti Antariksa BRIN Jelaskan Dampaknya ke Bumi

Badai matahari merupakan istilah dari aktivitas tata surya terkait bintik matahari yang kemunculannya bisa diamati atau dipantau dari bumi.

Baca Selengkapnya

BMKG: Waspada Gelombang Tinggi hingga 2,5 meter di Perairan Indonesia

22 Februari 2024

BMKG: Waspada Gelombang Tinggi hingga 2,5 meter di Perairan Indonesia

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini ihwal potensi gelombang tinggi air laut.

Baca Selengkapnya

Angin Kencang Mengamuk di Sumedang, Dua Warga Terluka

21 Februari 2024

Angin Kencang Mengamuk di Sumedang, Dua Warga Terluka

Sedikitnya 48 warga di Sumedang terdampak bencana angin kencang dan hujan lebat. 10 rumah rusak disapu angin.

Baca Selengkapnya

10 Negara yang Sulit Dikunjungi karena Aturan Visa yang Berbelit-belit

3 Februari 2024

10 Negara yang Sulit Dikunjungi karena Aturan Visa yang Berbelit-belit

Beberapa negara menetapkan persyaratan visa yang sulit karena alasan keamanan atau politik.

Baca Selengkapnya