Mengenal Tradisi Merti Desa Mbah Bregas di Sleman, Keteledanan dari Sosok Pengikut Sunan Kalijaga
Reporter
Pribadi Wicaksono (Kontributor)
Editor
Mila Novita
Minggu, 5 Mei 2024 22:29 WIB
Prosesi Merti Desa Mbah Bregas
Sebelum prosesi, dilakukan pemberian sesaji di Ngringin (pohon beringin), Sendang Planangan dan Kramat, berupa tumpeng dan jajan pasar. Upacara dilanjutkan ziarah ke makam Mbah Bregas.
Prosesi pengambilan air suci tujuh klenting (kendi) di Tirto Saptomulya Sendang Planangan yang digunakan untuk menyiram pohon beringin dalam upacara itu adalah simbol menghidupkan dan menjaga alam sekitar serta budaya yang hidup. Lalu dilanjutkan dilanjutkan dengan pementasan tradisi cokekan, karawitan, dan macapatan.
Di puncak kegiatan digelar kirab dengan gunungan, lalu prosesi ngalap (mencari) berkah dengan memperebutkan gunungan yang telah dikirab dan didoakan. Akhir dari rangkaian upacara adat ini adalah pengajian dan ditutup dengan pergelaran wayang kulit semalam suntuk.
Pergelaran wayang kulit sendiri sebagai simbol untuk menghormati Sunan Kalijaga, dengan mengambil lakon kepada dakwah Islam yaitu Jimat Kalimasada, Dewaruci, Petruk Jadi Ratu.
"Untuk kirab budaya diikuti perwakilan bregada (seni keprajuritan Mataram) 22 kelompok warga," kata dia. “Mudah-mudahan dengan mensyukuri hasil panen melimpah tahun ini, maka tahun selanjutnya dapat diberkahi dan diberi hasil panen yang lebih melimpah,” Djarwo menambahkan.
Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo yang tampak menghadiri Merti Desa Mbah Bregas dan melakukan prosesi penuangan tujuh kendi air suci di upacara itu menuturkan, tradisi ini hidup salah satunya untuk selalu merekatkan tali persaudaraan antarwarga. "Warga jadi terdorong terus hidup guyub rukun, gotong royong, serta menjaga desa beserta tradisinya,” ujar Kustini.
PRIBADI WICAKSONO
Pilihan Editor: Libur Lebaran Hampir Selesai, Sleman Siapkan Sederet Event untuk Dongkrak Jumlah Wisatawan