Rangkaian Tradisi Hari Raya Nyepi yang Sakral dan Penuh Makna

Reporter

Tempo.co

Editor

Laili Ira

Senin, 11 Maret 2024 16:32 WIB

Umat Hindu membasuh kaki sembari memanggul sesajen untuk persembahan pada ritual Melasti di Pura Melasti Pantai Dupa, Palu, Sulawesi Tengah, Minggu, 10 Maret 2024. Upacara Melasti yang digelar sehari menjelang Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1945 itu untuk meningkatkan Sradha dan Bhakti kepada para Dewata manifestasi Tuhan Yang Maha Esa, untuk menghanyutkan penderitaan masyarakat, menghilangkan papa klesa, dan mencegah kerusakan alam. ANTARA FOTO/Basri Marzuki

TEMPO.CO, Jakarta - Perayaan Hari Raya Nyepi memiliki makna mendalam bagi umat Hindu dan merupakan momen sakral. Nyepi bukan hanya menjadi momen perayaan keagamaan, tetapi juga simbol kebangkitan, pembaharuan, persatuan, toleransi, hingga kedamaian. Lalu, apa saja rangkaian acara dari tradisi Hari Raya Nyepi?

Dalam perayaan Nyepi, terdapat beberapa rangkaian tradisi yang dilakukan umat Hindu, seperti upacara, pawai festival, kunjungan ke keluarga, dan lainnya.

Nah, artikel berikut ini akan membahas mengenai rangkaian tradisi yang diselenggarakan saat Hari Raya Nyepi. Simak informasinya berikut ini.

Tradisi Hari Raya Nyepi

Selama perayaan Hari Nyepi, terdapat beberapa rangkaian acara yang diselenggarakan dan dilakukan oleh Umat Hindu, diantaranya:

1. Upacara Melasti

Upacara awal yang mengawali perayaan Hari Raya Nyepi di Bali dikenal sebagai ritual Melasti, yakni sebuah upacara yang dimaksudkan untuk membersihkan diri secara spiritual sebelum memasuki masa Nyepi.

Advertising
Advertising

Tradisi ini sering dilakukan di pura-pura yang terletak di tepi laut, tempat di mana umat Hindu melakukan pembersihan ritual melalui proses penyucian dengan air laut.

Pelaksanaan Melasti ini biasanya dilakukan beberapa hari sebelum Nyepi, seringkali dalam rentang waktu 3-4 hari sebelum ritual Nyepi dilaksanakan. Prosesi ini menjadi bagian penting dalam persiapan spiritual dan mental umat Hindu Bali menjelang Hari Raya Nyepi.

2. Tawur Kesanga atau Mecaru

Setelah melalui prosesi Melasti, perayaan Hari Raya Nyepi di Bali berlanjut dengan Tawur Kesanga atau Mecaru, yakni sebuah tradisi yang umumnya diadakan sehari sebelum Nyepi.

Tradisi ini merupakan bagian dari rangkaian upacara ritual yang dilakukan untuk membersihkan alam semesta dari kekuatan negatif dan mempersiapkan diri untuk menyambut Tahun Baru Saka, yang merupakan awal dari tahun baru Hindu.

Dalam penutupan perayaan Tawur Kesanga, ogoh-ogoh kemudian akan dibakar yang melambangkan pembersihan dari semua sifat negatif dan jahat yang dimiliki manusia sebagai persiapan menuju ritual Nyepi yang penuh kesucian.

3. Upacara Pengerupukan

Upacara Pengerupukan juga menjadi bagian penting dari persiapan menuju Hari Raya Nyepi. Upacara ini bertujuan untuk mengusir Bhuta Kala atau kejahatan terutama pada saat Sandhyakala atau sore hari yang dilakukan setelah ritual Mecaru di tingkat rumah sehari sebelum Nyepi.

Tradisi ini dilakukan dengan cara di mana Umat Hindu mengelilingi rumah seraya membawa obor dan menaburkan nasi tawur.

Di tingkat desa dan banjar, Umat Hindu melakukan prosesi mengelilingi wilayah mereka tiga kali sambil membawa obor dan alat musik.

Khusus di Bali, perayaan pengerupukan umumnya diwarnai dengan parade ogoh-ogoh yang mewakili sosok Bhuta Kala, yang kemudian diarak sebelum akhirnya dibakar. Tujuannya tetap sama, yakni untuk mengusir keberadaan Bhuta Kala dari lingkungan sekitar.

4. Hari Raya Nyepi

Ketika merayakan Hari Raya Nyepi, Umat Hindu di Bali mempraktikkan disiplin diri dengan mengikuti serangkaian aturan yang dikenal sebagai Catur Brata Penyepian.

Aturan ini meliputi larangan untuk bepergian, beraktivitas atau bekerja, makan dan minum, serta melakukan aktivitas yang mengotori badan.

Pengendalian diri ini dilakukan untuk memberikan pelajaran penting bagi umat Hindu tentang kepatuhan dan pengorbanan.

Catur Brata Penyepian berlangsung selama 24 jam. Selama periode ini, Umat Hindu diharapkan untuk mematuhi aturan-aturan yang telah ditetapkan.

5. Ngembak Geni

Setelah prosesi Nyepi berakhir, rangkaian acara masih berlanjut dengan ritual Ngembak Geni. Acara ini dilakukan dengan kegiatan saling berkunjung ke keluarga dan kerabat atau melaksanakan Dharma Shanti.

Ritual ini dianggap sebagai penutup dari serangkaian perayaan Nyepi yang menandakan permulaan baru dengan pikiran yang suci dan bersih.

Di samping itu, kaum muda sering kali mengikuti tradisi omed-omedan setelah Ngembak Geni, yakni sebuah festival di mana mereka saling mencium untuk mempererat hubungan sosial dan kebersamaan di antara umat Hindu.

GHEA CANTIKA NOORSYARIFA

Pilihan Editor: Arti Rahajeng Rahina Nyepi dan Maknanya yang Mendalam

Berita terkait

Mengenal Tradisi Merti Desa Mbah Bregas di Sleman, Keteledanan dari Sosok Pengikut Sunan Kalijaga

2 hari lalu

Mengenal Tradisi Merti Desa Mbah Bregas di Sleman, Keteledanan dari Sosok Pengikut Sunan Kalijaga

Pelaksanaan upacara adat Merti Desa Mbah Bregas di Sleman hanya dilangsungkan satu tahun sekali, tepatnya Jumat kliwon pada Mei.

Baca Selengkapnya

Jadi Tuan Rumah Agenda World Water Forum, Bali akan Gelar Upacara Segara Kerthi

5 hari lalu

Jadi Tuan Rumah Agenda World Water Forum, Bali akan Gelar Upacara Segara Kerthi

Segara Kerthi merupakan kearifan lokal memuliakan air di Bali, akan ditunjukkan kepada dunia, khususnya kepada delegasi WWF.

Baca Selengkapnya

Delegasi World Water Forum Akan Ditunjukkan Ritual Cara Bali Memuliakan Air

5 hari lalu

Delegasi World Water Forum Akan Ditunjukkan Ritual Cara Bali Memuliakan Air

Pemerintah Provinsi Bali akan mengenalkan kearifan lokal Segara Kerthi dan Tumpek Uye kepada delegasi World Water Forum ke-10

Baca Selengkapnya

Waka BIN Apresiasi Generasi Muda Hindu dalam Acara Dharma Santi Nasional

12 hari lalu

Waka BIN Apresiasi Generasi Muda Hindu dalam Acara Dharma Santi Nasional

Wakil Ketua Badan Itelijen Negara (BIN) I Nyoman Cantiasa mengapresiasi acara puncak Dharma Santi Nasional Hari Suci Nyepi Saka 1946.

Baca Selengkapnya

Melihat Alek Bakajang, Tradisi yang Mempererat Persaudaraan di Kabupaten Lima Puluh Kota

17 hari lalu

Melihat Alek Bakajang, Tradisi yang Mempererat Persaudaraan di Kabupaten Lima Puluh Kota

Alek Bakajang diyakini masyarakat sudah dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu, biasanya dilaksanakan tiga hari setelah Idulfitri.

Baca Selengkapnya

Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

19 hari lalu

Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

Tradisi Lomban setiap bulan Syawal di jepara telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Digelar Tujuh Hari, Tradisi Seblang Olehsari di Banyuwangi Dipadati Pengunjung

20 hari lalu

Digelar Tujuh Hari, Tradisi Seblang Olehsari di Banyuwangi Dipadati Pengunjung

Seblang merupakan salah satu tradisi adat suku Osing di Banyuwangi dalam mengejawantahkan rasa syukurnya.

Baca Selengkapnya

Mengintip Bakdo Sapi di Boyolali, Tradisi Nenek Moyang yang Digelar setiap Akhir Lebaran

20 hari lalu

Mengintip Bakdo Sapi di Boyolali, Tradisi Nenek Moyang yang Digelar setiap Akhir Lebaran

Tradisi Bakdo Sapi digelar di akhir perayaan Lebaran, bertepatan dengan kupatan atau syawalan

Baca Selengkapnya

Lebaran Topat Lombok Barat Akan Diadakan di Pantai Tanjung Bias

25 hari lalu

Lebaran Topat Lombok Barat Akan Diadakan di Pantai Tanjung Bias

Lebaran Topat tahun ini akan digelar pada hari Rabu, 17 April 2024

Baca Selengkapnya

Sejarah dan Filosofi Ketupat, Makanan yang Identik dengan Lebaran

28 hari lalu

Sejarah dan Filosofi Ketupat, Makanan yang Identik dengan Lebaran

Ketupat memiliki sejarah yang panjang selain identik dengan hari raya Idul Fitri atau Lebaran.

Baca Selengkapnya