Kaghati Kolope, Kisah Layang-Layang Tertua dari Suku Muna Ribuan Tahun Usianya

Selasa, 16 Januari 2024 15:55 WIB

Layang-layang Kaghati Kolope. shutterstock.com

TEMPO.CO, Jakarta - Kaghati merupakan layang-layang tradisional masyarakat Suku Bangsa Muna, Sulawesi Tenggara. Masyarakat setempat mengenal layang-layang ini dengan sebutan kaghati kolope. Layang-layang ini dibuat dari daun ubi yang dikeringkan, lalu dianyam dengan serat nanas.

Kisah layang-layang ini bermula sekitar 4.000 tahun silam pada masa purba, ada suami-istri bernama La Pasinda dan Wa Mbose serta anaknya di Gua Sugi Patani, Desa Liang Kabori, Pulau Muna. Saat itu, mereka dilanda kelaparan lantaran kekurangan bahan makanan. Lalu suatu malam, La Pasinda bermimpi diberitahu ada yang bisa tumbuh dari dalam tanah. Namun, terdapat syarat yang harus La Pasinda lakukan, yaitu menyembelih satu anaknya, seperti dilansir dgip.go.id.

La Pasinda pun terpaksa menyembelih anaknya tanpa diketahui oleh sang istri dan membagi tubuhnya menjadi empat. Kemudian, tumbuhan yang dikenal dengan nama kolope atau ubi hutan tumbuh. Setelah itu, La Pasinda mengambil daun kolope yang gugur dan mencoba menerbangkannya. Daun tersebut ternyata dapat melayang-layang di udara. Akibatnya, La Pasinda berinisiatif membuat kaghati kolope dari daun kolope.

Menurut bahasa Muna, kaghati berarti jepitan, roo berarti daun, dan kolope berarti buah dari ubi gadun. Dari kata tersebut, kaghati roo kolope berarti layang-layang tradisional yang terbuat dari daun ubi hutan dan daunnya dijepit. Layang-layang tradisional dari Pulau Muna ini terbuat dari lembaran daun kolope yang telah kering kemudian dipotong ujung-ujungnya.

Mengacu kemdikbud.go.id, sejarah kaghati kolope berdasarkan kisah La Pasinda didapatkan dari penelitian Wolfgang Bick pada 1997 di Muna. pada penelitian tersebut, Bick menemukan tulisan tangan manusia yang menggambarkan layang-layang dalam Gua Sugi, Desa Liang Kobori. Pada gua tersebut, ada gambaran yang menunjukkan seseorang sedang bermain layang-layang di dinding batu.

Advertising
Advertising

Penemuan lukisan dalam Gua Sugi tersebut telah mematahkan klaim yang menyatakan, layangan pertama berasal dari Cina pada 2.400 tahun lalu. Layangan yang ditemukan di Cina menggunakan kain parasut dan batang aluminium. Sementara itu, layangan dari Pulau Muna terbuat dari bahan alam.

Ada pendapat lain yang mengungkapkan bahwa latar belakang layang-layang kaghati merupakan manifestasi Suku Muna yang menyembah api. Masyarakat meyakini bahwa sumber api adalah matahari. Akibatnya, cara mereka mencapai Tuhan dengan menerbangkan layang-layang kaghati selama 7 hari. Lalu, pada hari ke-7, tali layang-layang diputus agar bisa terbang menuju langit tempat Tuhan (matahari) berada. Layang-layang yang lepas diyakini akan memberi perlindungan kepada masyarakat Suku Muna dari siksa api neraka setelah meninggal.

Saat ini, layang-layang menjadi sarana hiburan bagi masyarakat yang diterbangkan sejak sore sampai pagi hari selama 7 hari 7 malam. Jika layangan tidak lagi dapat diturunkan, maka dibuat upacara untuk memutuskan tali layangan. Layangan juga digantungkan sesajen berupa ketupat dan makanan lain. Selain itu, ada masyarakat yang memanfaatkan penerbangan layangan untuk menjaga sawah dari serangan burung dan babi hutan.

Layang-layang tersebut kerap diikutsertakan dalam perlombaan tingkat nasional dan internasional untuk menjaga kelestariannya. Bahkan, pada 1996 dan 1997 kaghati kolope mendapat penghargaan dari pecinta layang-layang sebagai layang-layang paling alami.

Pilihan Editor: 14 Januari Dirayakan Hari Layang-layang Internasional, Inilah Cikal Bakalnya

Berita terkait

Membawa Kuliner Sichuan ke Jakarta

1 jam lalu

Membawa Kuliner Sichuan ke Jakarta

Menikmati kuliner hotpot dan bbq dari Sichuan, Cina

Baca Selengkapnya

Cina Minta Israel Berhenti Menyerang Rafah

9 jam lalu

Cina Minta Israel Berhenti Menyerang Rafah

Beijing menyerukan kepada Israel untuk mendengarkan seruan besar masyarakat internasional, dengan berhenti menyerang Rafah

Baca Selengkapnya

Cina Perpanjang Kebijakan Bebas Visa ke 12 Negara Usai Xi Jinping Lawatan ke Prancis

10 jam lalu

Cina Perpanjang Kebijakan Bebas Visa ke 12 Negara Usai Xi Jinping Lawatan ke Prancis

Cina memperpanjang kebijakan bebas visa untuk 12 negara di Eropa dan Asia setelah kunjungan kerja Presiden Xi Jinping ke Prancis

Baca Selengkapnya

Jangan Coba Kasih Tip ke Staf Hotel atau Restoran di Dua Negara Ini, Bisa Dianggap Tak Sopan

16 jam lalu

Jangan Coba Kasih Tip ke Staf Hotel atau Restoran di Dua Negara Ini, Bisa Dianggap Tak Sopan

Layanan kepada pelanggan di restoran dipandang sebagai bagian dari makanan yang telah dibayar, jadi tak mengharapkan tip.

Baca Selengkapnya

Jerman Minta Cina Bantu Negara-Negara Miskin yang Terjebak Utang

19 jam lalu

Jerman Minta Cina Bantu Negara-Negara Miskin yang Terjebak Utang

Kanselir Jerman Olaf Scholz meminta Cina memainkan peran lebih besar dalam membantu negara-negara miskin yang terjebak utang.

Baca Selengkapnya

Jokowi Sebut Impor Produk Elektronik Bikin Defisit hingga Rp 30 Triliun Lebih

1 hari lalu

Jokowi Sebut Impor Produk Elektronik Bikin Defisit hingga Rp 30 Triliun Lebih

Jokowi menyayangkan perangkat teknologi dan alat komunikasi yang digunakan di Tanah Air saat ini masih didominasi oleh barang-barang impor.

Baca Selengkapnya

Xiaomi 15 Diperkirakan Rilis Oktober Seperti Halnya Xiaomi 14 Tahun Lalu

2 hari lalu

Xiaomi 15 Diperkirakan Rilis Oktober Seperti Halnya Xiaomi 14 Tahun Lalu

Analis teknologi memperkirakan Xiaomi 15 bakal menyerupai generasi sebelumnya ihwal jadwal rilis dan tenggat distribusi.

Baca Selengkapnya

Faisal Basri Sebut Industri Nikel Merugikan Indonesia, Perkirakan 90 Persen Keuntungan Dinikmati Cina

2 hari lalu

Faisal Basri Sebut Industri Nikel Merugikan Indonesia, Perkirakan 90 Persen Keuntungan Dinikmati Cina

Faisal Basri menyebut industrialisasi nikel lebih memberikan keuntungan kepada investor asing tanpa memerhatikan kerugian bagi Indonesia

Baca Selengkapnya

Turun di Partai Ketiga Final Piala Thomas 2024, Jonatan Christie Tak Mau Jadi Penentu Kekalahan Indonesia Lawan Cina

3 hari lalu

Turun di Partai Ketiga Final Piala Thomas 2024, Jonatan Christie Tak Mau Jadi Penentu Kekalahan Indonesia Lawan Cina

Jonatan Christie menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang memetik poin saat kalah lawan Cina 1-3 di final Piala Thomas 2024.

Baca Selengkapnya

Hasil Final Piala Thomas 2024: Fikri / Bagas Kalah, Indonesia Gagal Juara

3 hari lalu

Hasil Final Piala Thomas 2024: Fikri / Bagas Kalah, Indonesia Gagal Juara

Indonesia harus mengakui keunggulan Cina dengan agregat skor 1-3 dalam partai final Piala Thomas 2024.

Baca Selengkapnya