Tradisi Grebeg Suro, Sejak Kapan Dirayakan?

Rabu, 19 Juli 2023 17:28 WIB

Masyarakat bersiap merebut tumpeng dan gunungan hasil bumi di Srono, Banyuwangi, Jawa Timur, 13 Oktober 2015. Menyambut 1 Suro (1 Muharam 1437 hijriah) masyarakat melakukan tradisi tahunan Grebeg Tumpeng Suro yang bertujuan untuk mengucap rasa syukur atas rejeki yang berlimpah. ANTARA FOTO

TEMPO.CO, Jakarta - Setiap tahun, masyarakat Indonesia merayakan berbagai perayaan tradisional yang kaya akan sejarah dan budaya. Salah satu perayaan yang paling dikenal adalah Grebeg Suro, sebuah peristiwa yang menggabungkan elemen keagamaan, kebudayaan, dan sosial masyarakat Jawa.

Tradisi ini merupakan salah satu warisan leluhur yang diwariskan dari generasi ke generasi, menggambarkan pentingnya nilai-nilai kebersamaan, toleransi, dan penghormatan terhadap budaya. Perayaan ini menjadi bukti nyata bagaimana bangsa Indonesia tetap memelihara akar budayanya sambil merangkul modernitas.

Grebeg Suro, yang juga dikenal sebagai Suroan, adalah perayaan tahunan yang diperingati oleh masyarakat Jawa, terutama di daerah Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Tradisi ini bertepatan dengan perayaan tahun baru Islam pada bulan Muharram, pada bulan pertama dalam penanggalan Hijriyah.

Perayaan Grebeg Suro dimulai dengan shalat dan doa bersama di masjid atau surau setempat, dihadiri oleh seluruh warga komunitas. Setelah rangkaian ibadah, perayaan dilanjutkan dengan prosesi unik yang menjadi inti dari Grebeg Suro, yaitu pengangkatan "Beksan" atau "Warak Ngendog".

Beksan adalah sosok boneka besar yang diisi dengan jerami dan dipercayai mengandung roh leluhur. Prosesi ini dipandu oleh pemangku adat dan tokoh-tokoh masyarakat yang dipilih secara khusus untuk melaksanakan tugas ini.

Advertising
Advertising

Sejarah Grebeg Suro dapat ditelusuri kembali ke abad ke-8 Masehi, ketika Kerajaan Mataram Islam berdiri di tanah Jawa. Perayaan ini awalnya merupakan bagian dari upacara agama Hindu-Buddha yang disesuaikan dengan nilai-nilai Islam setelah agama tersebut masuk ke Nusantara.

Sejak saat itu, Grebeg Suro terus bertransformasi dan mengalami penggabungan dengan elemen-elemen budaya lokal, sehingga mencerminkan semangat toleransi dan harmoni antaragama di Indonesia.

Perayaan Grebeg Suro diwarnai dengan berbagai kegiatan yang melibatkan seluruh warga, tanpa memandang perbedaan latar belakang atau status sosial. Hal ini menjadi contoh nyata bagaimana masyarakat Indonesia merayakan keragaman dan memelihara persatuan dalam perbedaan. Selain itu, Gerebeg Suro juga menjadi momen penting bagi para generasi muda untuk belajar dan mengenal nilai-nilai budaya serta menjalin ikatan kebersamaan dengan generasi sebelumnya.

Meskipun Grebeg Suro telah ada selama berabad-abad, perayaan ini tetap hidup dan relevan dalam kehidupan masyarakat Indonesia hingga saat ini. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, seperti gotong royong, saling menghormati, dan semangat persatuan, adalah aspek penting dalam membangun bangsa yang kuat dan berdaya saing di kancah global.

Namun, meskipun Grebeg Suro telah banyak dipelihara, perayaan ini juga dihadapkan pada berbagai tantangan, terutama dalam era modern ini. Dalam upaya untuk melestarikan budaya ini, banyak kelompok masyarakat dan lembaga pemerintah berkolaborasi untuk mempromosikan Grebeg Suro sebagai warisan budaya tak benda Indonesia.

Dalam semangat kebersamaan dan toleransi, perayaan Grebeg Suro telah menjadi simbol penting dalam menyatukan masyarakat Indonesia dari berbagai latar belakang dan keyakinan. Melalui warisan budaya ini, bangsa Indonesia akan terus menghargai sejarahnya dan mengambil inspirasi dalam menghadapi masa depan yang penuh harapan.

Dengan berlangsungnya Grebeg Suro setiap tahun, diharapkan perayaan ini dapat terus dilestarikan dan diwariskan kepada generasi yang akan datang.

Melalui perayaan ini, masyarakat dapat terus menghormati dan mengapresiasi sejarah serta budaya mereka sendiri, sambil mempererat ikatan sosial antara satu sama lain. Grebeg Suro adalah sebuah peristiwa yang terus hidup dan menjadi bukti kekayaan budaya Indonesia yang tak ternilai harganya.

Pilihan Editor: Keraton Surakarta Gelar Kirab Pusaka 1 Suro Malam Ini, Beda Hari dengan Pura Mangkunegaran

Berita terkait

Daftar Aset TPPU Eks Kepala Bea Cukai Yogyakarta Eko Darmanto: Rumah, BMW, Apartemen, Motor Harley Davidson, hingga Tas Hermes

1 hari lalu

Daftar Aset TPPU Eks Kepala Bea Cukai Yogyakarta Eko Darmanto: Rumah, BMW, Apartemen, Motor Harley Davidson, hingga Tas Hermes

Ini daftar aset eks Kepala Bea Cukai Yogyakarta Eko Darmanto yang masuk dalam radar dakwaan KPK.

Baca Selengkapnya

Waspadai Ubur-ubur yang Muncul Lebih Awal di Pantai Selatan Yogyakarta

1 hari lalu

Waspadai Ubur-ubur yang Muncul Lebih Awal di Pantai Selatan Yogyakarta

Kemunculan ubur-ubur biasanya terjadi saat puncak kemarau atau saat udara laut dingin pada Juli hingga September.

Baca Selengkapnya

Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik Warga, Begini Kritik dari Walhi

1 hari lalu

Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik Warga, Begini Kritik dari Walhi

Walhi menyoroti kebijakan layanan persampahan dari Pemerintah Kabupaten Sleman yang tak lagi melakukan layanan angkut sampah organik untuk masyarakat.

Baca Selengkapnya

Pura Pakualaman Yogyakarta Berusia 212 Tahun, Ada 21 Event Dipersiapkan

1 hari lalu

Pura Pakualaman Yogyakarta Berusia 212 Tahun, Ada 21 Event Dipersiapkan

Peringatan ulang tahun Pura Pakualaman dikemas dalam tema besar Karti Widyastuti Sampurnaning Bekti, ads 21 acara dari 13 Mei hingga 23 Juni.

Baca Selengkapnya

Tragedi SMK Lingga Kencana, Pemkot Yogyakarta Ungkap Syarat Ketat Study Tour

2 hari lalu

Tragedi SMK Lingga Kencana, Pemkot Yogyakarta Ungkap Syarat Ketat Study Tour

Salah satu syarat study tour adalah pemilihan bus atau kendaraan, usianya tak boleh lebih dari enam tahun dan harus lolos uji KIR.

Baca Selengkapnya

Menengok Pameran Karya Seniman Difabel di Taman Budaya Yogyakarta

2 hari lalu

Menengok Pameran Karya Seniman Difabel di Taman Budaya Yogyakarta

Suluh Sumurup Art Festival 2024 dengan tema Jumangkah ini wujud ruang inklusi bagi difabel untuk bergerak melalui seni rupa.

Baca Selengkapnya

Usai Libur Panjang, Yogyakarta Diwarnai Sejumlah Aksi Ricuh Konvoi Lulusan Sekolah

2 hari lalu

Usai Libur Panjang, Yogyakarta Diwarnai Sejumlah Aksi Ricuh Konvoi Lulusan Sekolah

Aksi ricuh pelajar yang masih berseragam sekolah itu membuat lalu lintas di sejumlah Kota Yogyakarta tersendat.

Baca Selengkapnya

Pertengahan 2024, Kebun Binatang Gembira Loka Datangkan Tiga Singa Afrika

2 hari lalu

Pertengahan 2024, Kebun Binatang Gembira Loka Datangkan Tiga Singa Afrika

Setelah mendatangkan dua pasang Hyena Tutul dari Afrika pada Februari 2024 lalu, pada bulan depan atau Juni, Gembira Loka mendatangkan singa Afrika.

Baca Selengkapnya

Masuk Musim Kemarau, Ini Daerah di Yogyakarta yang Diprediksi Masih Tetap Diguyur Hujan

2 hari lalu

Masuk Musim Kemarau, Ini Daerah di Yogyakarta yang Diprediksi Masih Tetap Diguyur Hujan

BMKG Yogyakarta memperkirakan cuaca di sebagian wilayah DIY periode 12 - 14 Mei 2024 akan diguyur hujan, meski Mei ini masuk musim kemarau.

Baca Selengkapnya

Sedang Asyik Jalan-jalan di Yogyakarta, Wisatawan Dihadang Debt Collector di Jalanan

3 hari lalu

Sedang Asyik Jalan-jalan di Yogyakarta, Wisatawan Dihadang Debt Collector di Jalanan

Para penagih pun telah meminta maaf kepada wisatawan Yogyakarta itu karena salah sasaran, melalui sambungan aplikasi video.

Baca Selengkapnya