31 Tahun Destinasi Wisata Indonesia Masuk Daftar Warisan Budaya Dunia UNESCO, Mana Lagi Selain Borobudur?

Senin, 12 Desember 2022 09:07 WIB

Delegasi 3rd Sherpa Meeting G20 Indonesia mengunjungi Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah, Kamis 29 September 2022. Kunjungan wisata peserta 3rd Sherpa Meeting G20 tersebut untuk memperkenalkan destinasi wisata di Indonesia. ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko/Pool

TEMPO.CO, Jakarta - UNESCO melangsungkan Konvensi tentang Perlindungan Warisan Budaya dan Alam Dunia yang ke-15 di Carthage, Tunisia, pada 12 Desember 1991. Pada konvensi tersebut, Profesor Mongi Bousnina dari ALESCO menjelaskan bahwa sektor-sektor budaya dan alam yang terpisah dapat bekerja sama secara sinergis dalam melindungi kekayaan alam dan budaya manusia yang tak ternilai harganya.

Mengutip whc.unesco.org, Bousnina juga menunjukkan bahwa perlindungan warisan budaya dunia sebagai bagian dari tugas melestarikan identitas nasional dalam konteks dunia. Selain itu, perlindungan warisan alam juga dianggap sebagai prioritas utama dan tanggung jawab utama pemerintah. Tunisia yang kala itu menjadi tuan rumah konvensi juga telah mengambil serangkaian tindakan untuk meningkatkan perlindungan situs warisan budaya dan alam. Sama seperti Tunisia, Indonesia dengan keragaman budaya dan alam pun demikian.

Melansir Forbes, Indonesia berada di urutan teratas sebagai tempat terindah di dunia dengan skor keindahan alam 7,77 dari 10. Indonesia menjadi rumah bagi lebih dari 17.000 pulau yang terbentang sangat luas.

Baca: 49 Tahun Pemugaran Candi Borobudur 26 Negara Terlibat sebagai Donatur

Komite dalam Konvensi 12 Desember 1991 memasukkan empat destinasi wisata Indonesia dalam daftar Warisan Dunia.

Advertising
Advertising

1. Candi Borobudur

Candi Borobudur yang dibangun pada abad 824 Masehi ketika masa pemerintahan Wangsa Syailendra menjadi salah satu monumen Buddha terbesar di dunia. Candi yang berlokasi di berlokasi di Jalan Badrawati, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah ini dibangun untuk memuliakan agama Budha Mahayana. Bentuk bangunan candi ini berupa punden berundak-undak dengan 10 tingkat yang setiap tingkatannya diyakini sebagai lambang tahapan kehidupan manusia. Selain itu, pembagian vertikal Candi Borobudur menjadi tiga, yaitu dasar, tubuh, dan suprastruktur sesuai dengan konsep alam semesta dalam kosmologi Buddha yang saling tumpang tindih.

2. Taman Nasional Komodo

Mengutip p2k.unkris.ac.id, Taman Nasional Komodo terletak di antara Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Tempat ini diidentifikasi sebagai kawasan prioritas konservasi global yang terdiri dari ekosistem darat dan laut serta mencakup area seluas 219.322 hektare. Populasi komodo di Pulau Rinca yang merupakan bagian dari Taman Nasional Komodo sebanyak 2.800 ekor. Selain itu, iklim kering di tempat ini pun memicu adaptasi evolusioner spesifik pada flora, seperti padang rumput, padang rumput sabana, hutan gugur tropis, dan hutan awan kuasi. Taman nasional ini juga dikelilingi oleh lereng-lereng bukit yang terjal dan vegetasi keringnya sehingga sangat kontras dengan pantai berpasir dan perairan birunya yang kaya akan karang.

3. Candi Prambanan

Candi Prambanan terletak di Jalan Raya Solo-Yogyakarta Nomor 16, Kranggan, Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi ini menjadi candi Hindu terbesar di Indonesia yang dibangun pada masa pemerintahan Raja Pakai Pikatan. Lokasi candi ini hanya berjarak sekitar 19 kilometer dari Candi Borobudur sehingga beberapa sejarawan menafsirkan latar belakang didirikannya Prambanan sebagai respons artistik, politik, dan agama terhadap pembangunan Borobudur.

Candi Prambanan dipersembahkan untuk tiga dewa utama Hindu (Trimurti), yaitu Brahma (dewa pencipta), Wisnu (dewa pemelihara), dan Siwa (dewa pemusnah). Candi ini dinobatkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO pada 1991 bersama dengan Candi Borobudur.

4. Taman Nasional Ujung Kulon

Wisata Indonesia yang juga ditetapkan sebagai Warisan Dunia UNESCO adalah Taman Nasional Ujung Kulon di Kecamatan Sumur dan Cimanggu, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Melansir dispar.bantenprov.go.id, taman nasional seluas 122.956 hektare ini menjadi rumah bagi Badak Jawa yang sudah terancam punah. Selain itu, alam di tempat ini masih terjaga sehingga membuat pengunjung bisa menikmati keindahan vegetasi yang tumbuh bebas dan juga dapat melihat satwa-satwa liar hidup bebas.

RACHEL FARAHDIBA R

Baca juga: Kemendikbud Upayakan Warisan Budaya Tak benda Indonesia Lolos ICH Unesco

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

7 Tradisi Umat Buddha Rayakan Waisak, Mengenakan Pakaian Putih Hingga Mandi Sang Buddha

2 jam lalu

7 Tradisi Umat Buddha Rayakan Waisak, Mengenakan Pakaian Putih Hingga Mandi Sang Buddha

Pada Hari Raya Waisak, umat Buddha akan mengunjungi kuil-kuil lokal maupun kuil besar untuk melakukan doa. Umat Buddha juga umumnya melakukan perenungan akan diri dan kehidupan secara tenang.

Baca Selengkapnya

Asal-usul Api Abadi Mrapen yang Akan Menyala di Rakernas PDIP ke-V di Ancol

20 jam lalu

Asal-usul Api Abadi Mrapen yang Akan Menyala di Rakernas PDIP ke-V di Ancol

DPP PDIP melepas pelari pembawa obor perjuangan yang bersumber dari api abadi Mrapen, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah untuk Rakernas PDIP.

Baca Selengkapnya

5 Candi Buddha Tertua di Indonesia

1 hari lalu

5 Candi Buddha Tertua di Indonesia

Berikut candi-candi Buddha tertua di Indonesia merupakan bukti pengaruh kuat agama ini pada masa lampau.

Baca Selengkapnya

Makna Ritual Thudong, Perjalanan Panjang Para Biksu Sejak Zaman Buddha

1 hari lalu

Makna Ritual Thudong, Perjalanan Panjang Para Biksu Sejak Zaman Buddha

Ritual Thudong diyakini telah dilakukan sejak zaman Buddha. Dalam setahun, bhante akan berjalan selama empat bulan untuk melaksanakan tradisi ini.

Baca Selengkapnya

Di Balik Hari Buku Nasional, Ini Alasan Penetapannya dan Siapa Penggagasnya?

1 hari lalu

Di Balik Hari Buku Nasional, Ini Alasan Penetapannya dan Siapa Penggagasnya?

Pemerintah pada 17 Mei 1980 menetapkan sebagai Hari Buku Nasional. Apa alasan penetapannya?

Baca Selengkapnya

Perjalanan Biksu Ritual Thudong, Pelepasan di TMII hingga Perayaan Waisak Candi Borobudur

1 hari lalu

Perjalanan Biksu Ritual Thudong, Pelepasan di TMII hingga Perayaan Waisak Candi Borobudur

Menjelang perayaan Waisak 2568 BE pada 23 Mei 2024, sebanyak 40 bhikkhu (biksu) melaksanakan ritual thudong menuju ke Candi Borobudur

Baca Selengkapnya

8 Destinasi Wisata Ikonik yang Bergulat dengan Dampak Buruk Overtourism

1 hari lalu

8 Destinasi Wisata Ikonik yang Bergulat dengan Dampak Buruk Overtourism

Destinasi wisata populer di dunia mengalami overtourism dalam beberapa tahun terakhir.

Baca Selengkapnya

Manuskrip Tuanku Imam Bonjol yang Ditulis Putranya Naali Sutan Chaniago Jadi Memory of the World UNESCO, Ini Isinya

1 hari lalu

Manuskrip Tuanku Imam Bonjol yang Ditulis Putranya Naali Sutan Chaniago Jadi Memory of the World UNESCO, Ini Isinya

UNESCO tetapkan naskah Tambo Tuanku Imam Bonjol sebagai Memory of the World. Manuskrip ini ditulis Naali Sutan Chaniago, putranya.

Baca Selengkapnya

Mengenal Thudong, Ritual Jalan Kaki Para Biksu Menuju Candi Borobudur Jelang Waisak

2 hari lalu

Mengenal Thudong, Ritual Jalan Kaki Para Biksu Menuju Candi Borobudur Jelang Waisak

Puluhan biksu melakulan ritual thudong berjalan kaki dari Semarang ke Borobudur untuk merayakan Waisak.

Baca Selengkapnya

Inilah Alasan Setiap 16 Mei Diperingati Sebagai Hari Cahaya Internasional

2 hari lalu

Inilah Alasan Setiap 16 Mei Diperingati Sebagai Hari Cahaya Internasional

Hari Cahaya Internasional diperingati setiap tanggal 16 Mei. Hal ini sebagai peringatan untuk momen penting penemuan cahaya laser.

Baca Selengkapnya