Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta Diwacanakan Diperluas ke Daerah Pecinan Lain

Selasa, 15 November 2022 21:09 WIB

Masyarakat menyaksikan wayang potehi saat pembukaan Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta ke 15 di Kampung Ketandan, Yogyakarta, Minggu (2/2). TEMPO/Pribadi Wicaksono

TEMPO.CO, Yogyakarta - Salah satu acara yang masuk kalender event Yogyakarta, yaitu Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) selalu dipadati masyarakat dan wisatawan berbagai daerah dan latar budaya dalam pelaksanannya. PBTY ke XVII yang dihelat 30 Januari hingga 5 Februari 2023 di Kampung Ketandan, Kota Yogyakarta nanti, bisa kembali dihadiri masyarakat dan wisatawan secara langsung setelah pada 2020 dan 2021 hanya digelar secara daring.

Event yang digelar selama sepekan untuk merayakan Tahun Baru Imlek di Yogyakarta itu sejak dihelat pertama 16 tahun silam itu senantiasa dipusatkan di kampung pecinan Ketandan. Ketandan merupakan salah satu ruas di Jalan Malioboro Yogyakarta.

Dengan besarnya antusiasme masarakat pada event itu, Pemerintah DI Yogyakarta pun mengusulkan pelaksanaannya ke depan bisa coba diperluas ke titik pecinan lain di Yogyakarta. “PBTY ini ke depan hendaknya bisa terus dikembangkan ke tempat lain, seperti misalnya di Kampung Kranggan,” kata Wakil Gubernur DI Yogyakarta KGPAA Paku Alam X dalam keterangannya saat bertemu Panitia PBTY ke XVIII di Yogyakarta, Selasa, 15 November 2022.

Kampung Kranggan yang berada di barat Tugu Jogja itu selama ini juga dikenal sebagai salah satu kawasan pecinan di Yogyakarta. Di Kranggan pun terdapat Klenteng Poncowinatan sebagaimana kampung pecinan Ketandan yang berdekatan dengan Klenteng Gondomanan yang sama-sama bersejarah di Kota Yogyakarta.

Menurut Paku Alam, apabila event PBTY bisa diperluas titiknya di dua lokasi pecinan tersebut, maka baik Ketandan dan Kranggan akan sama-sama semakin semarak dikunjungi wisatawan. Dengan sudah terorganisirnya event PBTY selama ini secara rapi dan lancar, panitia tetap seksama dan matang setiap kali mempersiapkan gelaran itu.

Advertising
Advertising

“Apalagi setelah pandemi Covid-19 selama dua tahun lebih, masyarakat kini haus akan hiburan, panitia berkoordinasi sebaik-baiknya dengan pihak terkait menyesuaikan lokasi penyelenggaraan,” kata Paku Alam. “Terlebih pada PBTY 2023 nanti penyelenggaraannya di Kampung Ketandan yang dikenal dengan kepadatan pengunjungnya."

Menurut Paku Alam, dalam event yang berlangsung lebih sehari seperti PBTY itu, bisa dibuat mekanisme lebih praktis bagi pengunjung. Misalnya dalam hal tarif parkir dengan tiket masuk event.

Paku Alam mengusulkan tiket parkir kendaraan dan tiket masuk bisa digabungkan. “Pengunjung dapat menunjukkan tiket masuk event untuk pembayaran tarif parkir, sehingga pengunjung tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk membayar tarif parkir,” kata dia. Panitia penyelenggara, tukang parkir, dengan para pedagang bekerjasama sehingga tidak terlalu membebani pengunjung dengan tarif parkir yang mahal.

Ketua Pelaksana PBTY Sugiarto menuturkan perhelatan itu diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya setelah dua tahun diterpa pandemi Covid-19. “Selain itu, diharapkan terjadi akulturasi budaya, meningkatkan keakraban serta meningkatkan toleransi sesama warga,” kata dia.

Sugiarto menjelaskan event PBTY sendiri diinisiasi Jogja Chinese Art and Culture Centre (JCACC) yang merupakan wadah gabungan dari 14 Paguyuban Tionghoa yang ada di Yogyakarta. Untuk pengampu PBTY XVII Tahun 2023 adalah Paguyuban Hakka Yogyakarta yang mengambil tema Bangkit Jogjaku, Untuk Indonesia.

“Untuk peringatan Tahun Baru Imlek 2574, gabungan dari paguyuban juga akan menggelar berbagai kegiatan dalam PBTY selama sepekan,” kata Sugiarto.

Pagelaran itu meliputi seni dan budaya, bazar dan pameran dengan melibatkan kurang lebih 200 stand oleh usaha mikro kecil dan menengah di lingkungan DI Yogyakarta serta panggung pentas seni selama tujuh hari berturut-turut. “Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta ini terbuka bagi masyarakat umum karena bertujuan meningkatkan rasa persaudaraan sesama, menjaga dan membangun kebersamaan, juga meningkatkan toleransi,” kata Sugiarto.

Baca juga: Ragam Potensi Wisata di Kota Kelahiran Para Pahlawan Nasional

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Pilkada 2024, Golkar DIY Jaring 39 Bakal Calon Kepala Daerah

16 jam lalu

Pilkada 2024, Golkar DIY Jaring 39 Bakal Calon Kepala Daerah

Partai Golkar DIY telah merampungkan penjaringan bakal calon kepala daerah untuk Pilkada 2024 di lima kabupaten/kota

Baca Selengkapnya

Jajal Dua Jenis Paket Wisata Naik Kano Susuri Hutan Mangrove Bantul Yogyakarta

2 hari lalu

Jajal Dua Jenis Paket Wisata Naik Kano Susuri Hutan Mangrove Bantul Yogyakarta

Wisatawan diajak menjelajahi ekosistem sepanjang Sungai Winongo hingga muara Pantai Baros Samas Bantul yang kaya keanekaragaman hayati.

Baca Selengkapnya

Cari Lobster di Pantai Gunungkidul, Warga Asal Lampung Jatuh ke Jurang dan Tewas

2 hari lalu

Cari Lobster di Pantai Gunungkidul, Warga Asal Lampung Jatuh ke Jurang dan Tewas

Masyarakat dan wisatawan diimbau berhati-hati ketika beraktivitas di sekitar tebing pantai Gunungkidul yang memiliki tebing curam.

Baca Selengkapnya

Jogja Art Books Festival 2024 Dipusatkan di Kampoeng Mataraman Yogyakarta

2 hari lalu

Jogja Art Books Festival 2024 Dipusatkan di Kampoeng Mataraman Yogyakarta

JAB Fest tahun ini kami mengusung delapan program untuk mempertemukan seni dengan literasi, digelar di Kampoeng Mataraman Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Mengenang Penyair Joko Pinurbo dan Karya-karyanya

3 hari lalu

Mengenang Penyair Joko Pinurbo dan Karya-karyanya

Penyair Joko Pinurboatau Jokpin identik dengan sajak yang berbalut humor dan satir, kumpulan sajak yang identik dengan dirinya berjudul Celana.

Baca Selengkapnya

Tutup Sampai Juni 2024, Benteng Vredeburg Yogya Direvitalisasi dan Bakal Ada Wisata Malam

4 hari lalu

Tutup Sampai Juni 2024, Benteng Vredeburg Yogya Direvitalisasi dan Bakal Ada Wisata Malam

Museum Benteng Vredeburg tak hanya dikenal sebagai pusat kajian sejarah perjuangan Indonesia tetapi juga destinasi ikonik di kota Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

8 Hotel Murah Dekat Stasiun Lempuyangan, Harga Mulai 100 Ribuan

6 hari lalu

8 Hotel Murah Dekat Stasiun Lempuyangan, Harga Mulai 100 Ribuan

Jika Anda melancong di Yogyakarta, Anda bisa memilih menginap di hotel dekat Stasiun Lempuyangan yang murah. Ini rekomendasinya.

Baca Selengkapnya

Alasan Sumpah Jabatan Presiden Indonesia Pertama Dilakukan di Keraton Yogyakarta

7 hari lalu

Alasan Sumpah Jabatan Presiden Indonesia Pertama Dilakukan di Keraton Yogyakarta

Di Indonesia sumpah jabatan presiden pertama kali dilaksanakan pada tahun 1949. Yogyakarta dipilih karena Jakarta tidak aman.

Baca Selengkapnya

Depo Sampah Tutup, Warga Yogyakarta Berebut Buang Sampah ke Bak Truk yang Melintas

7 hari lalu

Depo Sampah Tutup, Warga Yogyakarta Berebut Buang Sampah ke Bak Truk yang Melintas

Pascalibur Lebaran, sejumlah depo sampah di Kota Yogyakarta memang belum dibuka. Tumpukan sampah masih tampak menggunung.

Baca Selengkapnya

Massa Geruduk KPU Yogyakarta, Serukan Gerakan Oposisi Rakyat

7 hari lalu

Massa Geruduk KPU Yogyakarta, Serukan Gerakan Oposisi Rakyat

Massa menggelar aksi di depan kantor KPU Yogyakarta hari ini. Usman Hamid yang hadir di aksi itu menyinggung tentang nepotisme.

Baca Selengkapnya