Simak Dulu Asal Usul Kota Madiun Sebelum Berwisata Ke Kota Pecel

Minggu, 18 September 2022 12:35 WIB

Menko PMK Muhadjir Effendy didampingi Wali Kota Madiun H. Maidi juga meninjau tempat isolasi mandiri bagi mereka yang nekat mudik ke Kota Madiun, yaitu di bekas Rumah Tahanan Militer (RTM) Madiun yang terletak di Jalan A. Yani, Kota Madiun. Foto/Kemenko PMK

TEMPO.CO, Jakarta - Kota Madiun memiliki destinasi wisata alam yang dapat memanjakan pikiran bagi siapa saja yang mengunjunginya. Selain itu, dunia kuliner yang disajikan oleh Madiun juga tidak kalah beragam dan menarik untuk dicicipi satu per satu. Namun, selain wisata dan kuliner, Madiun juga memiliki cerita historisitas tersendiri yang berkesan bagi masyarakat asli Madiun.

Lahirnya pemerintahan Kota Madiun dapat dipelajari dan ditelusuri dari sisa-sisa peninggalan sejarah, yaitu lembaga, adat istiadat, ataupun barang-barang. Kota Madiun memiliki dua kelurahan kala itu pada masa pemerintahan Kesultanan Mataram, kedua kelurahan tersebut memiliki status sebagai tanah perdikan (kebebasan). Tanah perdikan ini adalah tanah yang bebas membayar pajak ke kerajaan dan bebas mengurus rumah tangganya sendiri.

Berdirinya Madiun

Melansir dari madiunkota.go.id, jauh sebelum Kesultanan Mataram menduduki kelurahan Madiun, pada masa akhir pemerintah Majapahit di wilayah Madiun selatan sudah terdapat kerajaan atau pemerintahan Gagelang. Pemerintahan ini didirikan oleh Adipati Gugur Putra Brawijaya terakhir.

Selanjutnya dengan pertimbangan berdasarkan aspek geografi dan ekonomi, pusat pemerintahan bergeser ke bagian utara di pinggir bengawan Madiun yang dinamakan Kutho Miring, tepatnya di wilayah kelurahan Demangan dan kemudian pindah kembali ke kawasan Rumah Dinas Bupati Madiun sekarang ini.

Letak Madiun yang sangat strategis tersebut, tepatnya di tengah-tengah perbatasan Kerajaan Kadiri (Daha) membuat para pemberontak Kerajaan Mataram membangun markas di Madiun. Pemberontakan ini terjadi pada masa pemerintahan Kutho Miring. Saat itu, masyarakat Madiun pun sangat waspada, jika terkena imbas dari pemberontakan.

Advertising
Advertising

Namun, ketika itu Madiun yang dipimpin oleh Bupati Mancanegara Timur bernama Ki Panembahan Ronggo Jumeno atau Ki Ageng Ronggo (gelar: Ronggo) yang wilayah kerjanya juga meliputi daerah Sawo Ponorogo ditugaskan untuk mendamaikan pemberontakan tersebut. Alhasil, kecemasan masyarakat Madiun pun teredam. Dengan begitu, tindakan yang dilakukan oleh Ki Ageng Ronggo ini memberikan kesan tersendiri bagi masyarakat Madiun. Dengan ini, Ki Ageng Ronggo dinobatkan sebagai perintis Madiun.

Mengutip dari p2k.unkris.ac.id, asal nama Madiun berasal dari kata medi (hantu) dan ayun-ayun (berayunan). Ki Ageng Ronggo mengartikan bahwa dua kata ini merepresentasikan dirinya ketika memperagakan Babat Tanah Madiun banyak hantu yang berkeliaran. Terdapat penjelasan lainnya yang menyatakan karena adanya kesamaan dengan nama keris milik Ki Ageng Ronggo, yaitu Keris Tundhung Medhiun. Namun, awalnya nama daerah ini bukanlah Madiun, melainkan Wonoasri.

Lalu, pada masa kepemimpinan Ronggo II yang bergelar Ronggo Prawirodirdjo, lahirlah seorang pahlawan nasional putra asal Madiun yang memiliki tugas sebagai Senopati Perang Pangeran Diponegoro yang bernama Ali Basah Sentot Prawirodirdjo.

Sebelum meletus Perang Diponegoro, Madiun belum pernah dikunjungi oleh orang-orang Belanda atau Eropa lainnya. Dengan berakhirnya Perang Diponegoro, Belanda mengetahui potensi daerah Madiun dan terhitung mulai 1 Januari 1832 Madiun secara resmi dikuasai oleh Pemerintahan Hindia Belanda dan dibentuklah suatu tatanan Pemerintahan yang berstatus karesidenan dengan ibu kota di Desa Kartoharjo (tempat istana Patih Kartoharjo).

Semua orang Belanda dan Eropa yang bermukim di Kota Madiun merasa memiliki kekuasaan superior sehingga berusaha untuk melaksanakan segregasi (pemisahan) sosial. Namun, berdasarkan perundang-undangan Inland-sche Gementee Ordonantie oleh departemen Binnen-landsch dibentuk Staads Gementee Madiun atau Kota Praja Madiun sesuai dengan peraturan Pemerintahan Hindia Belanda pada 20 Juni 1918 dengan Staatsblaad (1918) nomor 326.

RACHEL FARAHDIBA R

Baca: Ada Bjorka di Madiun? Yang Jelas Ada Hutan Pinus Nongko Ijo dan Monumen Kresek

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

6 Artefak Peninggalan Majapahit dan Maknanya

6 hari lalu

6 Artefak Peninggalan Majapahit dan Maknanya

Replika Istana Majapahit baru diresmikan pada 7 Mei 2024 kemarin untuk melestarikan sejarah. Ini sejumlah artefak peninggalannya

Baca Selengkapnya

PPDB 2024, Persyaratan KK untuk Jalur Zonasi Diperketat

10 hari lalu

PPDB 2024, Persyaratan KK untuk Jalur Zonasi Diperketat

Dinas Pendidikan Kota Madiun akan perketat aturan PPDB 2024, terutama untuk jalur zonasi.

Baca Selengkapnya

AS Kembalikan Barang Antik dan Artefak ke Indonesia, Berikut Pengertian Artefak

18 hari lalu

AS Kembalikan Barang Antik dan Artefak ke Indonesia, Berikut Pengertian Artefak

Artefak dan barang antik yang dicuri oleh beberapa orang dan dibawa ke Amerika Serikat telah dikembalikan ke Indonesia. Apa itu artefak?

Baca Selengkapnya

AS Kembalikan Barang Antik Curian ke RI, Ada Peninggalan Majapahit

20 hari lalu

AS Kembalikan Barang Antik Curian ke RI, Ada Peninggalan Majapahit

Jaksa New York mengembalikan barang antik yang dicuri dari Kamboja dan Indonesia. Dari Indonesia, ada peninggalan Kerajaan Majapahit.

Baca Selengkapnya

Profil 3 Pemimpin Perempuan di Kerajaan Majapahit

23 hari lalu

Profil 3 Pemimpin Perempuan di Kerajaan Majapahit

Tak hanya dipimpin raja, Majapahit pernah dipimpin perempuan. Siapa saja mereka?

Baca Selengkapnya

194 Tahun Lalu Pangeran Diponegoro Ditangkap Belanda, Ini Kilas Peristiwanya

51 hari lalu

194 Tahun Lalu Pangeran Diponegoro Ditangkap Belanda, Ini Kilas Peristiwanya

Pangeran Diponegoro ketika itu bersedia menyerahkan diri dengan syarat sisa anggota laskarnya yang tersisa dibebaskan.

Baca Selengkapnya

Enik Waldkonig, Bos SHB Tersangka Dugaan TPPO Magang Jerman Asal Madiun, Diduga Tukang Atur Mahasiswa

52 hari lalu

Enik Waldkonig, Bos SHB Tersangka Dugaan TPPO Magang Jerman Asal Madiun, Diduga Tukang Atur Mahasiswa

Tersangka kasus TPPO berkedok program magang di Jerman Enik Waldkonig bernama lahir Enik Rutita merupakan perempuan kelahiran Madiun, Jawa Timur.

Baca Selengkapnya

Banjir di Semarang, Dua Perjalanan Kereta Api ke Madiun Terlambat

14 Maret 2024

Banjir di Semarang, Dua Perjalanan Kereta Api ke Madiun Terlambat

Banjir di Semarang menyebabkan dua perjalanan kereta api ke Madiun terlambat.

Baca Selengkapnya

Polisi Tangkap Komplotan Perampok Mobil Boks Berisi Ratusan Karton Rokok Senilai Rp 3,1 Miliar

3 Maret 2024

Polisi Tangkap Komplotan Perampok Mobil Boks Berisi Ratusan Karton Rokok Senilai Rp 3,1 Miliar

Polisi tangkap tiga dari sembilan anggota komplotan perampok yang merampas ratusan karton rokok dalam sebuah mobil boks,

Baca Selengkapnya

Kebakaran Istana Pagaruyung 17 Tahun Lalu, Ini Keistimewaan Istana di Kota Batusangkar Sumbar

28 Februari 2024

Kebakaran Istana Pagaruyung 17 Tahun Lalu, Ini Keistimewaan Istana di Kota Batusangkar Sumbar

Istana Pagaruyung pernah alami kebakaran pada 17 tahun lalu. Berikut sejarah dan keistimewaan istana di Kota Batusangkar, Sumbar.

Baca Selengkapnya