Sampah dan Aktivitas Pariwisata, Sampah di Destinasi Wisata Tak Kenal Covid-19

Reporter

Tempo.co

Editor

Rini Kustiani

Sabtu, 5 Februari 2022 10:46 WIB

Ilustrasi membersihkan pantai. Dok. Agoda

TEMPO.CO, Jakarta - Survei Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bersama komunitas mahasiswa pecinta alam pada 2016 menunjukkan terdapat 453 ton sampah di delapan destinasi wisata taman nasional. Sampah itu dihasilkan oleh oleh 150.688 pengunjung setiap tahun. Dari jumlah sampah tadi, sebanyak 53 persen tergolong sampah plastik yang sulit terurai.

Pada 2018, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LIPI mencatat banyaknya sampah laut di 18 lokasi di seluruh Indonesia. Jumlahnya 0,27 sampai 0,59 juta ton per tahun. "Survei dan data itu menggambarkan masalah sampah perlu ditangani bersama untuk mempertahankan keberlangsungan destinasi wisata," kata Senior Campaign Executive Waste4Change Tantin Yasmine dalam keterangan tertulis. "Pariwisata merupakan sektor prioritas pendorong kemajuan ekonomi nasional yang siap bangkit pasca-pandemi Covid-19."

Koordinator Pengembangan Kawasan Pariwisata, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, M. Tidar Hetsaputra mengatakan, sampah akan tetap ada di suatu tempat atau destinasi wisata tak peduli pandemi Covid-19 atau tidak. Dia mencontohkan kawasan pantai Kuta, Bali, yang merupakan destinasi wisata populer menjadi sepi selama pagebluk. Namun demikian, sampah di pantai itu tetap ada.

"Sampahnya bisa berton-ton di pantai. Sampah itu bukan dibawa oleh wisatawan, tetapi karena siklus angin barat," katanya. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, menurut dia, telah mengeluarkan kebijakan sebagai pedoman pengembangan pariwisata berkelanjutan, termasuk inisiasi pengelolaan sampah plastik di destinasi wisata bahari.

Founder Bumi Journey Jessica Novia mengatakan, popularitas destinasi wisata berbanding lurus dengan produksi sampah. Banyaknya sampah ini, menurut dia, menimbulkan dampak jangka panjang lainnya yang harus diwaspadai, yaitu emisi karbon. "Industri pariwisata berkontribusi sebanyak 8 persen pada emisi global," ujarnya. Belum termasuk sampah yang dihasilkan dari berbagai produk, makanan dan minuman, serta agrikultural di kawasan wisata.

Advertising
Advertising

Porsi terbesar emisi berasal dari transportasi di area wisata sebanyak 49 persen. Jessica mengingatkan, tingginya emisi karbon dari industri wisata berdampak pada pemanasan global dan dapat menghancurkan industri pariwisata itu sendiri. Contohnya fenomena coral bleaching akibat suhu dan naiknya kadar keasaman air laut. "Saat coral atau terumbu karang mati, potensi pariwisata menurun dan jumlah wisatawan yang datang akan berkurang," katanya.

Baca juga:
Pelaku Wisata di Lombok Barat Dilatih Kelola Sampah Destinasi

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.

Berita terkait

Terkini: Penjelasan Wamendag Aturan Impor Tiga Kali Direvisi, Derita Warga Sekitar Smelter Nikel PT KFI

2 jam lalu

Terkini: Penjelasan Wamendag Aturan Impor Tiga Kali Direvisi, Derita Warga Sekitar Smelter Nikel PT KFI

Pemerintah telah merevisi kebijakan impor menjadi Peraturan Menteri Perdagangan atau Permendag Nomor 8 Tahun 2024. Wamendag sebut alasannya.

Baca Selengkapnya

OJK Ungkap Potensi Kredit Bermasalah Perbankan usai Relaksasi Restrukturisasi Pandemi Dihentikan

5 jam lalu

OJK Ungkap Potensi Kredit Bermasalah Perbankan usai Relaksasi Restrukturisasi Pandemi Dihentikan

OJK mengungkap prediksi kredit bermasalah perbankan.

Baca Selengkapnya

Asal-usul Api Abadi Mrapen yang Akan Menyala di Rakernas PDIP ke-V di Ancol

8 jam lalu

Asal-usul Api Abadi Mrapen yang Akan Menyala di Rakernas PDIP ke-V di Ancol

DPP PDIP melepas pelari pembawa obor perjuangan yang bersumber dari api abadi Mrapen, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah untuk Rakernas PDIP.

Baca Selengkapnya

Doomscrolling Pertama Kali Muncul Pada Awal Pandemi Covid-19, Berdampak bagi Kesehatan Mental

9 jam lalu

Doomscrolling Pertama Kali Muncul Pada Awal Pandemi Covid-19, Berdampak bagi Kesehatan Mental

Doomscrolling mengacu pada kebiasaan terus-menerus menelusuri berita buruk atau negatif di media sosial atau internet, sering untuk waktu yang lama.

Baca Selengkapnya

Menilik Pemandangan Danau Superior dengan Kereta Api Duluth Zephyr

12 jam lalu

Menilik Pemandangan Danau Superior dengan Kereta Api Duluth Zephyr

Selama perjalanan kereta api 75 menit wisatawan akan dimanjakan pemandangan kota dan Danau Superior

Baca Selengkapnya

Soal Sampah Tak Kunjung Selesai, Kota Yogya dan Bantul Teken Kerjasama Disaksikan Sultan

15 jam lalu

Soal Sampah Tak Kunjung Selesai, Kota Yogya dan Bantul Teken Kerjasama Disaksikan Sultan

Persoalan sampah di Yogyakarta seolah tak kunjung usai penutupan permanen Tempat Pengelolaan Akhir (TPA) Piyungan awal Mei 2024 lalu.

Baca Selengkapnya

VoA 7 Hari Tak Kunjung Ditetapkan Kemenkeu, Target Kunjungan Wisman ke Kepri akan Diturunkan

1 hari lalu

VoA 7 Hari Tak Kunjung Ditetapkan Kemenkeu, Target Kunjungan Wisman ke Kepri akan Diturunkan

Visa on Arrival 7 hari ini sangat penting untuk mengejar target kunjungan turis ke Kepri

Baca Selengkapnya

ASITA Gelar Munas di Batam, Diharapkan Berikan Inovasi Baru Pariwisata

1 hari lalu

ASITA Gelar Munas di Batam, Diharapkan Berikan Inovasi Baru Pariwisata

Munas ASITA yang ke-13 ini dapat melahirkan terobosan-terobosan baru dalam memajukan industri pariwisata di Indonesia

Baca Selengkapnya

8 Destinasi Wisata Ikonik yang Bergulat dengan Dampak Buruk Overtourism

1 hari lalu

8 Destinasi Wisata Ikonik yang Bergulat dengan Dampak Buruk Overtourism

Destinasi wisata populer di dunia mengalami overtourism dalam beberapa tahun terakhir.

Baca Selengkapnya

3 Destinasi Terbaik di Eropa untuk Berburu Aurora Borealis

1 hari lalu

3 Destinasi Terbaik di Eropa untuk Berburu Aurora Borealis

Sepanjang tahun 2024, peluang melihat aurora borealis akan semakin meningkat di beberapa destinasi tertentu

Baca Selengkapnya