TEMPO.CO, Mataram - Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Barat menggelar pelatihan untuk 45 orang anggota pengurus destinasi wisata mengenai pengelolaan sampah. Pelatihan pada 10-12 September itu diberikan untuk menambah nilai ekonomi sampah sekaligus menunjang sektor ekonomi kreatif.
Kepala Dinas Pariwisata Lombok Barat Saepul Akhkam mengatakan pelatihan ini diharapkan bisa mengedukasi masyarakat, terutama yang berada di kawasan destinasi untuk lebih peduli terhadap lingkungan. “Saya ingin mendorong sekarang, bagaimana proses membuat sampah menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis,'' ujarnya, Senin, 13 September 2021.
Baca Juga:
Menurut Saepul, pelatihan itu juga dilatarbelakangi oleh produksi sampah warga di Kabupaten Lombok Barat yang mencapai 0,4 kilogram per jiwa setiap harinya. Setahun jumlahnya bisa mencapai 103.894 kilogram.
Namun, dari keseluruhan sampah itu, hanya 12-50 persen saja yang dikelola. Artinya ada sekitar 30 persen dibuang ke TPA atau tempat pembuangan akhir dan sekitar 50-60 persen berceceran.
Dengan pengelolaan yang baik, kata Saepul, sampah bisa memiliki nilai ekonomis dan mampu menunjang ekonomi kreatif yang menjadi bagian dari bidang pariwisata yang ada di Lombok Barat. Misalnya lewat pemanfaatan sampah plastik untuk ecobrick, yaitu sampah plastik yang dimasukkan ke dalam botol kemudian botol-botol itu dirakit menjadi kursi, meja, bahkan menjadi tas, topi hingga kerajinan tangan lainnya.
Dalam pelatihan itu, Dinas Pariwisata Lombok Barat mengundang THINQ Konsultan Indonesia dan Bank Sampah Mandiri. Para narasumber memberikan materi manajemen pengelolaan sampah dan praktik pengolahan sampah organik dan nonorganik bernilai ekonomis.
Para peserta juga diajak mengunjungi Dusun Pondok Buaq yang berada Desa Wisata Batu Kumbung Kecamatan Lingsar untuk mengikuti praktik pemilihan sampah yang benar. Desa ini dipilih sebagai tempat praktik karena menjadi salah satu desa yang memiliki manajemen pengelolaan sampah yang baik dan menjadikan sampah bernilai ekonomis.
Di desa wisata Lombok Barat itu, sampah organik diolah menjadi pupuk cair hingga pakan ikan berupa magot (ulat sampah). Sedangkan sampah nonorganik disalurkan ke bank-bank sampah dan dijual kepada pengepul sampah sehingga volume sampah yang dibuang ke TPS jumlahnya sedikit.
Baca juga: Desa Wisata Sesaot Lombok Barat Bersolek, Bangun Akses Jalan dan Atraksi Baru