Dusun Kemusuk Tempat Kelahiran Soeharto Seabad Lalu Punya 3 Destinasi Wisata

Reporter

Tempo.co

Selasa, 8 Juni 2021 16:05 WIB

Anggota Legiun Veteran Republik Indonesia mengamati foto-foto dokumentasi Soeharto di ruangan museum saat peresmian Rumah Sejarah Soeharto di dusun Kemusuk, desa Argomulyo, kecamatan Sedayu, kabupaten Bantul, Yogyakarta, Jumat (1/3). TEMPO/Suryo Wibowo.

TEMPO.CO, Jakarta - Seabad lalu, 8 Juni 1921, Soeharto dilahirkan di Kemusuk, sebuah dusun yang terdapat di Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Sebelum 1946, Kecamatan Sedayu merupakan bagian dari Kawedanan Godean, Kawedanan sendiri merupakan wilayah setara kabupaten. Sehingga sering kali dalam biografi Soeharto disebut Dusun Kemusuk berada di Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Daerah Kemusuk di Yogyakarta sebagai tempat lahir dan kampung halaman Soeharto, sempat beberapa kali menjadi saksi sejarah. Yakni saat Belanda memburu Soeharto dan keluarganya ke Desa Kemusuk pada 7 Januari 1949 saat Agresi Militer Belanda II, tentara Belanda yang marah karena tidak menemukan Soeharto kemudian menembaki setiap laki-laki yang mereka temui di Kemukus, akibat kekejaman Belanda tersebut 23 orang tewas tertembak. Salah seorang kepala keamanan, Joyo Wigeno ditangkap dan dipaksa menunjukkan tempat persembunyian keluarga Soeharto.

Setelah itu Belanda juga menyerbu Kemukus dan menembaki penduduk sipil dan tentara Indonesia, akibat serangan tersebut setidaknya 202 orang tewas, termasuk 62 orang anggota Brimob yang saat itu tengah berhenti di Kemusuk. Peristiwa tersebut turut menewaskan ayah tiri Soeharto, R. Atmoprawiro, ia tewas dengan luka tembak di kepala. R. Atmoprawiro dikabarkan ditembak tentara Belanda saat lari di pematang sawah.

Tragedi tersebut meninggalkan duka mendalam bagi warga Kemusuk, untuk itu mereka membangun sebuah monumen Setu Legi dan makam Somenggalan, yang kemudian diresmikan oleh Wakil Presiden Sudharmono pada 1 Maret 1991. Selain Monumen Setu Legi, beberapa bangunan yang berhubungan dengan Soeharto juga jika berkunjung ke Kemusuk.

1. Monumen Setu Legi

Advertising
Advertising

Monumen Setu Legi dibangun untuk mengenang perjuangan warga Desa Argomulyo, khususnya warga Kemusuk, saat terjadi Agresi Militer Belanda II di Yogyakarta. Tragedi tersebut terjadi pada Jumat, 7 Januari 1949, Belanda menyerang Dusun Kemusuk sebagai tempat persembunyian keluarga Soeharto dari sebelah utara.

Dilansir dari jurnal Kecamatan Sedayu, Monumen Setu Legi dibangun di depan balai desa Argomulyo, Sedayu, Bantul, Yogyakarta, dengan arsitektur Dulhari. Dibangun setinggi dua meter dan panjang 1.5 meter. Korban yang gugur dalam peristiwa Agresi Militer Belanda II berjumlah 45 orang, sedangkan yang tercatat dalam sejarah peristiwa tersebut hanya 23 orang saja, karena jumlah 23 orang tersebut gugur pada hari yang sama yaitu hari Jumat Kliwon. Sedangkan 22 orang lainya gugur pada hari selanjutnya yaitu pada hari Sabtunya, dikarenakan sudah sore dalam penghitungan hari Jawa maka sudah termasuk hari Minggu Pahing.

Di dinding sebelah timur monumen ini ditulis nama-nama korban gugur akibat serbuan Belanda tersebut, di antaranya yaitu Atmoprawiro, Joyowigeno, Mangunsahar, Imandiharjo, Atmopawiro, Kartodimejo, Sastrowiharjo, Salamun, Kusnidibyodumarto, Mulslamet, Joyodiharjo, Boiman, Sorejo,, Karsotaruno, Ronopaijo, Kartodiryo, Paing, Wongsosetiko, Josetomo, Kriyodi Kromo, Wiryosalimin, Rejoinangun, Jotaruno Solet, Martorejo, dan Samijo.

2. Memorial HM Soeharto

Memorial HM Soeharto dibangun sebagai penanda dan pengingat serta wahana edukasi tentang salah satu tokoh besar dalam sejarah bangsa Indonesia yakni Jenderal Besar Haji Muhammad Soeharto. Pembangunan memorial tersebut dilakukan oleh keluarga besar HM Soeharto di bawah prakarsa Probosutedjo, salah satu adik Soeharto, dan diresmikan pada 8 Juni 2013.

Memorial ini dibangun di tanah kelahiran Soeharto dan menempati lahan dengan luas 3.620 meter persegi, lahan tersebut didirikan sejumlah bangunan, di antaranya rumah joglo, Rumah Notosudiro, Rumah Atmosudiro, serta petilasan tempat Soeharto dilahirkan. Sebuah patung perunggu Soeharto diletakkan di gerbang Memorial HM Soeharto, patung ini dikerjakan oleh pematung ternama Suhartono.

3. Makam Somenggalan

Makam Somenggalan merupakan pengabadian nama-nama tokoh masyarakat yang bernama Wongsomanggolo. Makam Somenggalan mulai popular semenjak di dalam lingkungan tanah makam lama yang dikenal dengan nama makam Gedong, dibuat tanah makam baru yang dikenal dengan Makam Korban Perang yang penempatannya di sebelah selatan makam lama si Gedong. Makam Somenggalan lahir dari gagasan Probosutedjo.

Saudara Soeharto, pengusaha Probosutedjo pernah mengingatkan agar anak cucu mengetahui betapa banyak korban akibat perang melawan Belanda ketika pada 1 Maret 1949, yang terjadi selama enam jam di Yogyakarta, sebagai Ibu Kota RI yang dapat direbut kembali dari penjajahan Belanda. Dengan peristiwa tersebut suara Belanda yang menyatakan Indonesia kembali ke tangan penjajahan menjadi tidak didengar lagi. Korban perang yang dimakamkan di Somenggalan berasal dari Kecamatan Gamping, Sedayu, Godean, Moyudan. Nama Makam Somenggalan diresmikan tahun 1991 oleh Wakil Presiden Sudarmono.

HENDRIK KHOIRUL MUHID

Baca: Hari ini Seabad Kelahiran Soeharto, Serangkaian Kontroversi Anak Kemusuk

Berita terkait

Jajal Dua Jenis Paket Wisata Naik Kano Susuri Hutan Mangrove Bantul Yogyakarta

6 jam lalu

Jajal Dua Jenis Paket Wisata Naik Kano Susuri Hutan Mangrove Bantul Yogyakarta

Wisatawan diajak menjelajahi ekosistem sepanjang Sungai Winongo hingga muara Pantai Baros Samas Bantul yang kaya keanekaragaman hayati.

Baca Selengkapnya

Cari Lobster di Pantai Gunungkidul, Warga Asal Lampung Jatuh ke Jurang dan Tewas

14 jam lalu

Cari Lobster di Pantai Gunungkidul, Warga Asal Lampung Jatuh ke Jurang dan Tewas

Masyarakat dan wisatawan diimbau berhati-hati ketika beraktivitas di sekitar tebing pantai Gunungkidul yang memiliki tebing curam.

Baca Selengkapnya

Jogja Art Books Festival 2024 Dipusatkan di Kampoeng Mataraman Yogyakarta

16 jam lalu

Jogja Art Books Festival 2024 Dipusatkan di Kampoeng Mataraman Yogyakarta

JAB Fest tahun ini kami mengusung delapan program untuk mempertemukan seni dengan literasi, digelar di Kampoeng Mataraman Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Asal Usul 29 April Ditetapkan sebagai Hari Posyandu Nasional

16 jam lalu

Asal Usul 29 April Ditetapkan sebagai Hari Posyandu Nasional

Presiden Soeharto menetapkan 29 April 1985 sebagai Hari Posyandu Nasional.

Baca Selengkapnya

Sejarah Hari Ini, Kilas Balik Kematian Ibu Tien Soeharto 28 Tahun Lalu

1 hari lalu

Sejarah Hari Ini, Kilas Balik Kematian Ibu Tien Soeharto 28 Tahun Lalu

Walaupun telah meninggal, mendiang Ibu Tien Soeharto tetap dikenang dalam perjalanan sejarah bangsa.

Baca Selengkapnya

Mengenang Penyair Joko Pinurbo dan Karya-karyanya

1 hari lalu

Mengenang Penyair Joko Pinurbo dan Karya-karyanya

Penyair Joko Pinurboatau Jokpin identik dengan sajak yang berbalut humor dan satir, kumpulan sajak yang identik dengan dirinya berjudul Celana.

Baca Selengkapnya

Tutup Sampai Juni 2024, Benteng Vredeburg Yogya Direvitalisasi dan Bakal Ada Wisata Malam

2 hari lalu

Tutup Sampai Juni 2024, Benteng Vredeburg Yogya Direvitalisasi dan Bakal Ada Wisata Malam

Museum Benteng Vredeburg tak hanya dikenal sebagai pusat kajian sejarah perjuangan Indonesia tetapi juga destinasi ikonik di kota Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

AHY Gambarkan Nasib Jakarta setelah IKN Beroperasi

4 hari lalu

AHY Gambarkan Nasib Jakarta setelah IKN Beroperasi

Menteri Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyampaikan gambaran kondisi Jakarta setelah IKN beroperasi sebagai ibu kota negara.

Baca Selengkapnya

8 Hotel Murah Dekat Stasiun Lempuyangan, Harga Mulai 100 Ribuan

4 hari lalu

8 Hotel Murah Dekat Stasiun Lempuyangan, Harga Mulai 100 Ribuan

Jika Anda melancong di Yogyakarta, Anda bisa memilih menginap di hotel dekat Stasiun Lempuyangan yang murah. Ini rekomendasinya.

Baca Selengkapnya

Alasan Sumpah Jabatan Presiden Indonesia Pertama Dilakukan di Keraton Yogyakarta

5 hari lalu

Alasan Sumpah Jabatan Presiden Indonesia Pertama Dilakukan di Keraton Yogyakarta

Di Indonesia sumpah jabatan presiden pertama kali dilaksanakan pada tahun 1949. Yogyakarta dipilih karena Jakarta tidak aman.

Baca Selengkapnya