Misteri Keindahan yang Tersembunyi di Raja Ampat, Mulai Dikuak Para Ahli
Reporter
Pribadi Wicaksono (Kontributor)
Editor
Ludhy Cahyana
Kamis, 13 Agustus 2020 08:00 WIB
Sedangkan teori ketiga, ujar Pindi, bisa juga tak terkait alat bantu yang membuat nenek moyang bisa menggambar di ketinggian itu. Misalnya gambar cadas di Kepulauan Kei, ia menduga bisa saja penggambar menggapai objeknya dari atas, bukan dari bawah. Karena jaraknya lebih dekat dengan puncak tebing daripada dari bawah yang dinilai lebih berbahaya dan curam.
“Menggambarnya pun mungkin di masa itu dalam posisi tak enak, bisa juga ada teknologi atau alat yang membantunya,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, pembicara lain, Dosen Program Studi Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Indonesia, Cecep Eka Permana, menuturkan kemunculan gambar cadas di wilayah Papua dan Maluku tidak bisa dipisahkan karena ini bagian dari wilayah yang secara budaya relatif sama.
Walaupun dari sisi motif, gambar-gambar yang muncul di Papua dan Maluku tampak sangat berbeda dengan wilayah lain seperti Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatra. Motif khas yang muncul di Papua adalah motif khas Pasifik, yang didominasi figur-figur simbolik religius.
“Kesulitan kita dalam memahami gambar gambar cadas itu, apakah sekedar figuratif atau simbolik, karena belum banyak referensi bagaimana hubungannya bentuk-bentuk yang muncul di masa lalu itu dengan bentuk-bentuk yang masih dikenali masyarakat sekarang,” ujar Cecep.
Jika ada bentuk dari gambar itu yang masih dikenali masyarakat sekarang, gambar cadas yang muncul di masa prasejarah itu bisa diketahui lebih mudah maksudnya.
Adapun Peneliti Balai Arkeologi Papua Zubair Mas’ud dalam kesempatan itu menuturkan kesulitan dalam merekonstruksi gambar-gambar cadas di Papua, terutama soal lokasinya yang sulit dicapai.
“Hampir situs situs gambar cadas itu semua ada di tebing tinggi dan sangat sulit untuk mendapat pijakan ketika ingin menjangkaunya,” ujarnya.
PRIBADI WICAKSONO