Taj Mahal Dibuka, Meskipun Covid-19 Belum Reda di India

Reporter

Antara

Editor

Ludhy Cahyana

Minggu, 5 Juli 2020 18:39 WIB

Pengunjung melihat monumen cinta India yang terkenal dengan nama Taj Mahal, di Agra, India, 22 Maret 2018. Monumen pada abad ke-17 ini menjadi daya tarik wisata terbesar di India, dengan sekitar 3 juta orang berkunjung setiap tahun. (AP Photo/R.S. Iyer)

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah India mulai membuka secara bertahap objek wisata. Salah satunya Taj Mahal, yang akan dibuka pada Senin, 6 Juli 2020. Bangunan peninggalan Kesultanan Mugal tersebut ditutup selama sejak Maret, akibat pandemi Covid-19.

Dinukil dari ANTARA, pihak pengelola hanya membolehkan 5.000 orang wisatawan mengunjungi kawasan wisata di bagian utara Agra itu dalam sehari. Pengunjung juga dibagi dalam dua kelompok. Jumlah ini jauh dari tahun-tahun sebelumnya, yang mencapai 80.000 turis sehari.

"Semua monumen dan situs yang dilindungi akan terikat protokol seperti sanitasi, jarak sosial serta protokol kesehatan lainnya," kata pihak Kementerian Pariwisata India. Diberitakan First Post, pengunjung Taj Mahal harus mengenakan masker. Mereka juga dilarang menyentuh permukaan marmer.

Baca: 3 Destinasi Wisata Sejarah Paling Memikat di India

Pada hari Minggu, Kementerian Kesehatan melaporkan rekor satu hari lonjakan 24.850 kasus baru dan lebih dari 600 kematian. Namun pemerintah India mencabut lockdown, terhadap 1,3 miliar penduduknya. Kecuali pada wilayah yang masih masuk zona merah, pemerintah hanya mengizinkan pergerakan layanan barang dan jasa.

Advertising
Advertising

Namun penerbangan internasional tetap ditangguhkan. Tapi perjalanan domestik telah dibuka, dan pemerintah berharap wisatawan domestik mulai pelesiran kembali.

Pihak berwenang juga akan membuka kembali monumen lainnya, seperti Red Fort atau Benteng Merah bersejarah New Delhi.

Dinukil dari The Print, kabar dibukanya Taj Mahal merupakan kabar bagus bagi warga Agra. Pasalnya, sejak Maret, penutupan Taj Mahal menghancurkan penghasilan harian mereka.

Pasalnya, warga Agra di sekitar situs bersejarah itu, umumnya menjadi pemandu wisata, fotografer, pemilik hotel, pengemudi, dan banyak pekerjaan yang berkaitan dengan pariwisata.

“Tidak pernah terpikir bahwa monumen cinta ini akan menyebabkan begitu banyak kesulitan dalam hidup kami. Penutupan membuat kami kembali ke titik nol,” kata Rafiq Khan, pramuwisata berusia 45 tahun.

Ia tingga di sekitar Gerbang Selatan Taj Mahal. Di wilayah itu terdapat banyak hotel melati, restoran, dan toko penukaran uang di mana wisatawan biasanya berjalan-jalan. Saat lockdwon, wilayah itu seperti kota mati.

Situs bersejarah Taj Mahal, Agra Uttar Pradesh , India (19/3). Taj Mahal dibangun oleh raja Mughal, Shah Jahan untuk istrinya ke 14 Mumtaz Mahal yang meninggal karena melahirkan. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo

Seperti pemandu lokal lainnya, Khan telah kehilangan pekerjaan karena lockdown. Ia adalah pemandu wisata generasi ketiga, yang mengikuti jejak ayah dan kakeknya. Dia bergabung dengan para pramuwisata Taj Mahal ketika dia berusia 25 tahun.

Menurutnya, saat Taj Mahal ditutup selama lebih dari 100 hari, Khan selamat karena memiliki tabungan. Kini tabungannya mulai menipis, padahal saat dibuka ia bisa mendapat 15.000 sampai 20.000 Rupee (Rp2,9 juta-Rp3,8 juta) setiap bulan.

ANTARA | FIRST POST | THE PRINT

Berita terkait

Turis India ke Maladewa Turun 42 Persen gegara Aksi Boikot

2 jam lalu

Turis India ke Maladewa Turun 42 Persen gegara Aksi Boikot

India adalah pangsa pasar pariwisata terbesar Maladewa pada 2023, dengan lebih dari 11 persen dari 1,8 juta kunjungan wisatawan

Baca Selengkapnya

Pentingnya Mendukung Perempuan Mengejar Kesempatan di Berbagai Bidang

21 jam lalu

Pentingnya Mendukung Perempuan Mengejar Kesempatan di Berbagai Bidang

Masyarakat perlu mendukung perempuan dalam mengejar kesempatan dan kesuksesan di berbagai bidang, termasuk di menjadi pemandu wisata perempuan.

Baca Selengkapnya

4 Heboh Pernyataan Xenophobia Joe Biden ke Cina, Jepang, dan India

1 hari lalu

4 Heboh Pernyataan Xenophobia Joe Biden ke Cina, Jepang, dan India

Joe Biden menyebut xenophobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di tiga negara ekonomi terbesar di Asia tersebut.

Baca Selengkapnya

India Sangkal Pernyataan Xenophobia Joe Biden, Ini Sebabnya

1 hari lalu

India Sangkal Pernyataan Xenophobia Joe Biden, Ini Sebabnya

Joe Biden mengatakan xenophobia di Cina, Jepang dan India menghambat pertumbuhan di masing-masing negara, sementara migrasi berefek baik bagi ekonomi.

Baca Selengkapnya

10 Negara dengan Jumah Penduduk Terbanyak di Dunia

1 hari lalu

10 Negara dengan Jumah Penduduk Terbanyak di Dunia

Dilansir dari World Population by Country, ada 10 negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Indonesia termasuk ke dalam 5 besar.

Baca Selengkapnya

6 Tips Solo Traveling ke India, Keselamatan jadi Prioritas

2 hari lalu

6 Tips Solo Traveling ke India, Keselamatan jadi Prioritas

Pemberitaan tentang tingkat kriminalitas di India membuat banyak pelancong yang berpikir ulang untuk melakukan solo traveling ke sana.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

3 hari lalu

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 4 Mei 2024 diawali penolakan India soal tudingan xenofobia oleh Presiden AS Joe Biden

Baca Selengkapnya

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

3 hari lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

3 hari lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

3 hari lalu

Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

Polisi Kanada pada Jumat menangkap dan mendakwa tiga pria India atas pembunuhan pemimpin separatis Sikh Hardeep Singh Nijjar tahun lalu.

Baca Selengkapnya