Ini Dia Motif di Balik Politisasi Pariwisata Cina-Australia

Reporter

Terjemahan

Editor

Ludhy Cahyana

Minggu, 7 Juni 2020 21:35 WIB

Sejumlah warga keturunan Cina di Australia mengaku mengalami gangguan bernuansa rasis terkait wabah virus Corona. News

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Australia dan Cina terjebak dalam saling serang, terkait travel warning. Pemerintah Cina memperingatkan warganya agar tak melakukan perjalanan yang tak penting atau pariwisata ke Australia.

Dinukil dari ABC, pada hari Sabtu, 6 Juni 2020, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata China mengeluarkan peringatan perjalanan (trave warning) ke Australia. Kementerian tersebut menyebut "peningkatan signifikan" dalam serangan rasis terhadap "orang-orang Cina dan Asia" di Australia.

Hal tersebut berkaitan dengan perlakuan segelintir warga Australia terhadap diaspora Cina, yang dituding sebagai penyebar wabah. Peristiwa tersebut tercatat tiga kali dalam sepekan pada April lalu. Dan kasus tertinggi berupa vandalisme terhadap rumah keluarga China-Australia.

Namun, data resmi dari badan-badan yang berhubungan dengan pemerintah Australia tak menemukan kasus yang bersifat anekdotal atau sindiran satir tersebut -- ABC menyebut tak menemukan atau enggan melaporkan.

Hal yang patut jadi perhatian, beberapa anggota diaspora Cina-Australia telah mengatakan kepada ABC, bahwa travel warning dari pemerintah Cina lebih banyak negatif dari sisi positifnya.

Advertising
Advertising

Seorang operator pariwisata Cina-Australia, yang berbicara secara aonim kepada ABC karena takut akan pembalasan dari Beijing, menggemakan sentimen tersebut, "Saya rasa ini bukan pendekatan yang sangat masuk akal," katanya.

Politisasi Pariwisata

Data dari Tourism Australia menunjukkan bahwa pada tahun 2019, warga negara Cina merupakan pasar terbesar di negara itu untuk kunjungan turis, pengeluaran total, dan menginap semalam - sebuah fakta yang mencerminkan ketergantungan tinggi ekonomi Australia terhadap Cina.

Wisatawan menyaksikan ikan paus beremigrasi di perairan Pantai Broome. Foto: @julia_rau_photography

Lebih dari 1,2 juta turis Cina mengunjungi Australia tahun lalu, menghabiskan total US$12,4 miliar - dengan rata-rata pengeluaran US$9.336 per perjalanan atau US$215 per malam. Dari kelompok ini, 57 persen adalah pengunjung repeater.

Data dari Biro Statistik Australia (ABS), pada 2019, turis Cina merupakan pengunjung jangka pendek terbesar (kunjungan kurang dari satu tahun) ke Australia, dengan jumah sekitar 1,4 juta, "Saya sama sekali tidak merasa situasinya seserius [peringatan perjalanan]," kata operator pariwisata tersebut.

Australia disukai warga Cina karena menjadi tempat yang aman dan ramah untuk dikunjungi. Songshan Huan, seorang profesor pariwisata dari Universitas Edith Cowan di Perth, mengatakan masa depan terlihat sangat buruk bagi pariwisata Australia, bila Beijing mengeluarkan travel warning.

Huan yang sebelumnya bekerja pada Administrasi Pariwisata Nasional Cina selama beberapa tahun, memperingatkan bahwa turis Cina menghargai persepsi pemerintah tentang hubungan antar negara, yang mungkin memiliki konsekuensi yang merugikan bagi industri Australia. "Beberapa kedudukan politik resmi di tingkat nasional akan memengaruhi persepsi dan sikap warga Cina," kata Profesor Huan.

Merespons travel warning dari Beijing, Menteri Pariwisata Australia Simon Birmingham mengatakan penasehat Pemerintah Cina "tidak memiliki dasar melarang warganya ke benua kanguru". Dia juga mengklaim Australia adalah "masyarakat multikultural dan memiliki migran paling sukses di dunia".

Tetapi terlepas dari apa yang dikatakan Beijing atau Canberra, perjalanan global akan tetap terhenti untuk sementara waktu karena pandemi virus corona.

Karena konteks ini, Jie Chen, seorang pakar China di University of Western Australia, mengatakan keputusan Beijing sebenarnya dirancang, hanya merusak hubungan diplomatik, "Saya akan mengatakan ini benar-benar merupakan kelanjutan dari upaya sebelumnya, untuk menghukum Australia, seperti tarif tinggi yang dikenakan pada jelai dan melarang empat toko penjagalan," kata Chen.

Dia juga menyebut, travel warning dari Cina memanfaatkan protes nasional di Australia terhadap kematian penduduk asli dalam tahanan, dan solidaritas dengan gerakan Black Lives Matter di AS, untuk menghidupkan ketakutan atas keselamatan.

Bukit Uluru, situs suci Suku Abrigin yang jadi ikon wisata alam Australia. Mark Kolbe/Getty Images AsiaPac/Getty Images

Tetapi Chen mencatat bahwa banyak orang Tionghoa-Australia juga menjadi peserta protes. Ia melihat keputusan Beijing lebih terlihat seperti propaganda, "Saya akan mengatakan mayoritas wisatawan Cina akan tetap datang ke Australia," kata Chen.

Berita terkait

Jangan Coba Kasih Tip ke Staf Hotel atau Restoran di Dua Negara Ini, Bisa Dianggap Tak Sopan

2 jam lalu

Jangan Coba Kasih Tip ke Staf Hotel atau Restoran di Dua Negara Ini, Bisa Dianggap Tak Sopan

Layanan kepada pelanggan di restoran dipandang sebagai bagian dari makanan yang telah dibayar, jadi tak mengharapkan tip.

Baca Selengkapnya

Jerman Minta Cina Bantu Negara-Negara Miskin yang Terjebak Utang

6 jam lalu

Jerman Minta Cina Bantu Negara-Negara Miskin yang Terjebak Utang

Kanselir Jerman Olaf Scholz meminta Cina memainkan peran lebih besar dalam membantu negara-negara miskin yang terjebak utang.

Baca Selengkapnya

Jokowi Sebut Impor Produk Elektronik Bikin Defisit hingga Rp 30 Triliun Lebih

1 hari lalu

Jokowi Sebut Impor Produk Elektronik Bikin Defisit hingga Rp 30 Triliun Lebih

Jokowi menyayangkan perangkat teknologi dan alat komunikasi yang digunakan di Tanah Air saat ini masih didominasi oleh barang-barang impor.

Baca Selengkapnya

Pentingnya Mendukung Perempuan Mengejar Kesempatan di Berbagai Bidang

1 hari lalu

Pentingnya Mendukung Perempuan Mengejar Kesempatan di Berbagai Bidang

Masyarakat perlu mendukung perempuan dalam mengejar kesempatan dan kesuksesan di berbagai bidang, termasuk di menjadi pemandu wisata perempuan.

Baca Selengkapnya

Luhut Buka Kemungkinan Kewarganegaraan Ganda di Indonesia, Ini 5 Negara yang Sudah Menerapkannya

1 hari lalu

Luhut Buka Kemungkinan Kewarganegaraan Ganda di Indonesia, Ini 5 Negara yang Sudah Menerapkannya

Luhut bicara soal kemungkinan diaspora memperoleh kewarganegaraan ganda. Negara mana saja yang sudah menerapkannya?

Baca Selengkapnya

5 Daftar Negara Tersantai di Dunia, Indonesia Peringkat 1

1 hari lalu

5 Daftar Negara Tersantai di Dunia, Indonesia Peringkat 1

Beberapa negara ini dijuluki negara tersantai di dunia. Hal ini dinilai berdasarkan tingkat kenyamanan hingga suhu udara. Ini daftarnya.

Baca Selengkapnya

Xiaomi 15 Diperkirakan Rilis Oktober Seperti Halnya Xiaomi 14 Tahun Lalu

2 hari lalu

Xiaomi 15 Diperkirakan Rilis Oktober Seperti Halnya Xiaomi 14 Tahun Lalu

Analis teknologi memperkirakan Xiaomi 15 bakal menyerupai generasi sebelumnya ihwal jadwal rilis dan tenggat distribusi.

Baca Selengkapnya

Faisal Basri Sebut Industri Nikel Merugikan Indonesia, Perkirakan 90 Persen Keuntungan Dinikmati Cina

2 hari lalu

Faisal Basri Sebut Industri Nikel Merugikan Indonesia, Perkirakan 90 Persen Keuntungan Dinikmati Cina

Faisal Basri menyebut industrialisasi nikel lebih memberikan keuntungan kepada investor asing tanpa memerhatikan kerugian bagi Indonesia

Baca Selengkapnya

Gerakan Mahasiswa Pro-Palestina Meluas ke Australia dan Prancis

2 hari lalu

Gerakan Mahasiswa Pro-Palestina Meluas ke Australia dan Prancis

Gejolak demo mahasiswa Pro-Palestina merembet ke Australia dan Prancis, apa yang terjadi?

Baca Selengkapnya

Turun di Partai Ketiga Final Piala Thomas 2024, Jonatan Christie Tak Mau Jadi Penentu Kekalahan Indonesia Lawan Cina

2 hari lalu

Turun di Partai Ketiga Final Piala Thomas 2024, Jonatan Christie Tak Mau Jadi Penentu Kekalahan Indonesia Lawan Cina

Jonatan Christie menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang memetik poin saat kalah lawan Cina 1-3 di final Piala Thomas 2024.

Baca Selengkapnya