Di Tasmania, Ada Karantina Rasa Pelesiran Sejak 200 Tahun Lalu

Reporter

Terjemahan

Editor

Ludhy Cahyana

Jumat, 8 Mei 2020 16:00 WIB

Stasiun Karantina Pulau Bruny dibangun pada pertengahan 1800-an. Lokasi karantina diperlukan Australia, untuk mencegah penyebaran penyakit menular seperti tipus dan cacar. Foto: @thecolonialgastronomer

TEMPO.CO, Jakarta - Karantina menjadi kata yang populer saat wabah virus corona. Metode memisahkan yang sakit dengan yang sehat sudah dilakukan sejak abad pertengahan. Karantina memang tak selalu nyaman, pasalnya, si pasien disendirikan di sebuah ruang yang jauh dari kehidupan sosial. Hal itu dilakukan di Dubrovnik, Kroasia, yang dijadikan tempat karantina para pelaut sebelum masuk ke Venesia, Italia. Tapi di Tasmania beda.

Australia punya pula karantina di Pulau Bruny, Tasmania. Menurut situs Australian War Memorial Pada saat Perang Dunia I pecah, Australia yang memiliki ikatan kuat dengan sekutunya di Eropa, pada tahun 1914 menangkap kapal dagang Jerman SS Oberhausen.

Penangkapan itu dilakukan oleh 11 tentara cadangan Australia, yang dipimpin Kapten Johann Meir dan para pelautnya. Saat ditangkap kapal SS Oberhausen berada di Port Huon, Tasmania, untuk mengisi bahan bakar.

Rupanya, terjalin percakapan instens antara orang-orang Jerman dengan serdadu Australia. Orang-orang Jerman itu lalu menawarkan tong-tong minuman keras. Walhasil, satu grup tentara Australia dan awak kapal SS Oberhausen mabuk. Bahkan sampai mereka berlabuh di Hobart, ibu kota Tasmania, semuanya masih teler.

Menurut BBC, para awak kapal SS Oberhousen lalu dikirim ke kamp interniran di Stasiun Karantina Pulau Bruny. Kondisi di kamp cukup baik, bahkan Kapten Meirr menyebut Pulau Bruny tempat terbaik untuk menghabiskan waktu dalam masa perang.

Advertising
Advertising

Pulau mungil yang terletak di lepas pantai tenggara Tasmania itu, memainkan peran penting dalam sejarah Australia. Keterasingannya, membuat Pulau Bruny sempurna untuk karantina. Mereka yang dikarantina bisa menghabiskan waktu 40 hari, untuk bekerja maupun bersantai.

Penerapan karantina 40 hari – dalam bahasa Italia disebut quaranta giorni – merupakan prosedur lazim yang harus dijalani para awak kapal yang berlayar lintas samudera. Mereka membuang sauh di lepas pantai selama 40 hari, sebelum berlabuh untuk mencegah penyebaran penyakit seperti tipus.

Ruangan bangunan karantina di Pulau Bruny yang kini dijadikan museum. Foto: @thecolonialgastronomer

Nah, prosedur ini juga dilakukan Tasmania mulai 1884. Para penumpang kapal dan awaknya, harus bebas penyakit sebelum diizinkan bersua masyarakat umum. Tapi, alih-alih dikurung di sebuah kapal, mereka menjalani masa isolasi dan menjalani pemeriksaan kesehatan di darat di Stasiun Karantina Pulau Bruny – yang bangunannya masih ada di pulau itu sampai sekarang.

Penghuni Awal Pulau Bruny

Pulau Bruny sebelumnya merupakan milik Suku Aborigin Nuenonne, yang tinggal di kawasan Tasmania dan sekitarnya sejak 6.000 tahun lalu. Sampai sekarang, pulau itu adalah tempat yang indah tertutup hutan perawan dan dikelilingi oleh perairan yang dipenuhi ikan.

Penduduk asli itu bersua dengan orang-orang Eropa pada 1777. Kapal-kapal penjelajah Eropa kerap menggunakan Adventure Bay di Pulau Bruny sebagai tempat berlabuh yang aman. Mereka mengisi kembali persediaan seperti air dan kayu. Orang-orang Eropa memang sekadar singgah sampai 1856, hingga suatu ketika datanglah keluarga Cox.

Anthony Cox diangkut dari Inggris ke Hobart sebagai narapidana pada tahun 1833 karena mencuri. Ia diberikan grasi bersyarat pada Mei 1849 dan menikah dengan terpidana Jane Daly. Prilaku yang baik dan suka terhadap industri, membuat Cox dihadiahi sebidang tanah seluas 19 acre dari pemerintah Austrlia di lokasi yang akan menjadi Stasiun Karantina Pulau Bruny.

Cox dan keluarganya meskipun memiliki tanah luas di Pulau Bruny, mereka mengawali semuanya dari nol. Mereka berhasil membangun rumah yang dinamai, Shellwood Cottage. Rumah itu dipagari dengan rapi dan dikelilingi oleh bunga-bunga. Dibandingkan kehidupan pada masa menjadi narapidana, kebebasan dan ketenangan Pulau Bruny mirip dengan surga.

Anna Woods sukarelawan tenaga medis yang berada di Pulau Bruny pada awal 2020, mengatakan ia bisa membayang kehidupan keluarga Cox, “Terkucil di lingkungan seperti itu sambil menumpuk kayu, memberi Anda waktu untuk menyerap seperti apa kehidupan yang seharusnya bagi para pemukim awal,” ujar Woods kepada BBC.

Tanah itu akhirnya dijual oleh keluarga Cox, dan Stasiun Karantina Pulau Bruny dibangun pada pertengahan 1800-an. Lokasi karantina diperlukan Australia, untuk mencegah penyebaran penyakit menular seperti tipus dan cacar yang lazim pada saat itu. Karantina juga diperlukan, karena pembukaan Terusan Suez pada tahun 1869 meningkatkan jumlah perjalanan internasional, dan ribuan imigran berdatangan ke Australia. Mereka memulai kehidupan baru di koloni Inggris itu, dan dikarantina di Pulau Bruny.

Pulau Bruny kini menjadi destinasi wisata, untuk berkemah, memancing, dan berbagai kegiatan wisata bahari. Di beberapa bagian memiliki resor yang nyaman. Foto: @brunyislandaustralia

Beberapa tinggal di Tasmania, tetapi banyak yang pergi ke daratan Australia begitu mereka dinyatakan bebas dari penyakit. Setibanya di Stasiun Karantina, penumpang kelas satu yang kaya ditempatkan di gedung yang terpisah dari penumpang biasa.

Tiga dari bangunan asli pada masa karantina masih bisa dilihat hingga kini. Ruang pembersihan menyediakan akses pejalan kaki ke blok isolasi dan dikelilingi oleh pagar setinggi 3 meter, yang juga mengelilingi asrama petugas kesehatan, rumah sakit, bangsal observasi, binatu dan kamar mayat.

Untungnya, tak banyak yang meninggal di Pulau Bruny, yang membuat kamar mayat jarang dipakai. Di pulau itu hanya ada dua nisa di pemakaman kecil, satu untuk Charles Loaney dan yang lainnya untuk John Johanson. Keduanya adalah awak di kapal penumpang SS Oonah, yang meninggal karena influenza pada tahun 1919.

Karantina Rasa Pelesiran

Ketika Kapten Johann Meir dan para pelautnya tiba di Stasiun Karantina pada Januari 1915, tempat itu didirikan sebagai kamp interniran Jerman. Ada sekitar 70 tawanan dan hanya 15 penjaga untuk berpatroli hampir sepanjang 2 km dari garis pantai dan pagar panjang. Tak perlu penjagaan ketat, karena para tawanan juga malas melarikan diri.

Menurut Kathy Duncombe, peneliti dan anggota komite dari Stasiun Karantina Pulau Friends Bruny, salah satu tantangan terbesar mereka adalah rasa bosan. “Mereka menghabiskan waktu menebang pohon, yang dijual, tetapi juga karena memberi mereka sesuatu untuk dilakukan. Beberapa dari mereka membuat kapal dalam botol untuk menghabiskan waktu.” Dua karya mereka dipamerkan di pusat interpretasi Stasiun Karantina Pulau Bruny, yang dibuka pada 2015.

Wisatawan menikmati ketenangan dan keasrian alam di Pulau Bruny. Foto: @brunyislandau

Setelah tawanan Jerman dipindahkan ke Holsworthy Internment Camp di Sydney pada tahun 1915, kamp karantina itu hanya sepi sesaat. Akhir Perang Dunia Satu bertepatan dengan awal pandemi influenza Spanyol. Prajurit Tasmania-Australia yang pulang dari front Eropa, sebelum kembali kepada keluarga diinapkan di pulau itu bersama ratusan pria lainnya.

"Di sini kami berada di rumah lagi pada akhirnya atau lebih tepatnya hampir di rumah," tulis Prajurit Edward Reynardson Wilson kepada ibunya. “Orang pertama yang saya temui di sini adalah Chris (saudaranya). Saya tidak pernah berharap untuk melihatnya pulang begitu cepat. Kamu bisa menebak betapa senangnya aku melihatnya. ”

Bersantai di pulau memang tepat, setelah berbulan-bulan mengalami kengerian perang di Eropa. Mereka berenang, memancing, sepak bola, menonton film dan bermain tinju, yang membantu tentara melepaskan kemarahan dan frustrasi. Mereka bisa bersantai dengan kiriman paket perawatan dari Palang Merah yang berisi barang-barang mewah seperti rokok, buku, dan buah.

Setelah bahaya pandemi influenza telah berlalu, Stasiun Karantina sebagian besar menganggur sampai tahun 1950-an. Lalu, fungsi karantina diubah, dari karantina manusia menjadi karantina tanaman.

Pepohonan buah dari tanah asing yang akan ditaman di Australia, ditanam terlebih dahulu di Pulau Bruny, seperti raspberry, apel, dan hop. Selama periode ini bahwa banyak bangunan asli di situs Stasiun Karantina tersebut dijual kepada petani.

“Pada 1960-an, para pekerja tahu bangunan mana yang mereka gunakan dan yang tidak mereka miliki. Rumah sakit ini masih digunakan sebagai rumah di Pulau Bruny dan banyak barak dari tahun 1919 dijual dan diubah menjadi rumah susun,” kata Duncombe.

Pada tahun 1986, karantina tumbuhan dipindahkan ke Kingston di daratan Tasmania dan situs tersebut tetap tidak aktif. Hingga Pemerintah Tasmania mendeklarasikannya sebagai Cagar Negara pada tahun 2003.

Pada 1950-an, Pulau Bruny sempat menjadi pusat karantina untuk tanaman sebelum ditanam secara luas di daratan Australia. Foto: @GlenShackcloth

Taman Tasmania dan Layanan Margasatwa (PWS) kini menjadi pengelola situs tersebut. Mereka dibantu lembaga swadaya Friends of Bruny Island Quarantine Station (FOBIQS). Para sukarelawan kini menempati asrama, yang dulunya merupakan tempat tinggal para tenaga medis.

Menurut Duncombe, Pulau Bruny terbuka bagi wisatawan yang menggemari sejarah ataupun petualangan. Selain kicau burung dan angin yang menggoyang pepohonan eucalyptus, satu-satunya suara yang kemungkinan terdengar di Stasiun Karantina adalah suara kaki yang menyaruk kerikil di seputar Stasiun Karantina.

AUSTRALIAN WAR MEMORIAL | BBC

Berita terkait

5 Daftar Negara Tersantai di Dunia, Indonesia Peringkat 1

5 jam lalu

5 Daftar Negara Tersantai di Dunia, Indonesia Peringkat 1

Beberapa negara ini dijuluki negara tersantai di dunia. Hal ini dinilai berdasarkan tingkat kenyamanan hingga suhu udara. Ini daftarnya.

Baca Selengkapnya

Gerakan Mahasiswa Pro-Palestina Meluas ke Australia dan Prancis

1 hari lalu

Gerakan Mahasiswa Pro-Palestina Meluas ke Australia dan Prancis

Gejolak demo mahasiswa Pro-Palestina merembet ke Australia dan Prancis, apa yang terjadi?

Baca Selengkapnya

Kepolisian Australia Menembak Mati Remaja Laki-laki karena Penikaman

1 hari lalu

Kepolisian Australia Menembak Mati Remaja Laki-laki karena Penikaman

Kepolisian Australia mengkonfirmasi telah menembak mati seorang remaja laki-laki, 16 tahun, karena penikaman dan tindakan bisa dikategorikan terorisme

Baca Selengkapnya

Menyusuri Kota Perth Australia pada Malam Hari, Singgah ke His Majesty's Theatre yang Ikonik

2 hari lalu

Menyusuri Kota Perth Australia pada Malam Hari, Singgah ke His Majesty's Theatre yang Ikonik

Banyak bar dan pub di Kota Perth buka sampai tengah malam, ramai dikunjungi wisatawan dan warga lokal tapi tertib dan bebas asap rokok.

Baca Selengkapnya

Mengenal Tanaman Herbal Suku Aborigin Bersama Dale Tilbrook di Perkebunan Anggur Tertua Australia Barat

2 hari lalu

Mengenal Tanaman Herbal Suku Aborigin Bersama Dale Tilbrook di Perkebunan Anggur Tertua Australia Barat

Salah satu warisan budaya Aborigin adalah pengetahuan tentang tanaman herbal dan penggunaannya dalam pengobatan tradisional.

Baca Selengkapnya

Ikuti Gerakan di AS, Mahasiswa Pro-Palestina Berkemah di Kampus-Kampus Australia

2 hari lalu

Ikuti Gerakan di AS, Mahasiswa Pro-Palestina Berkemah di Kampus-Kampus Australia

Gelombang protes pro-Palestina di kampus-kampus Amerika Serikat telah menyebar ke berbagai universitas di Australia.

Baca Selengkapnya

Berkunjung ke Optus Stadium Perth Australia yang Megah

3 hari lalu

Berkunjung ke Optus Stadium Perth Australia yang Megah

Optus Stadium Perth bukan hanya tempat untuk acara olahraga, tetapi juga tuan rumah berbagai konser musik, pertunjukan, dan acara khusus lainnya

Baca Selengkapnya

Ahli Soroti Transisi Energi di Indonesia dan Australia

4 hari lalu

Ahli Soroti Transisi Energi di Indonesia dan Australia

Indonesia dan Australia menghadapi beberapa tantangan yang sama sebagai negara yang secara historis bergantung terhadap batu bara di sektor energi

Baca Selengkapnya

Aktivitas Seru dan Unik di Pulau Rottnest Perth Australia, Selfie dengan Quokka hingga Melihat Singa Laut Berjemur

4 hari lalu

Aktivitas Seru dan Unik di Pulau Rottnest Perth Australia, Selfie dengan Quokka hingga Melihat Singa Laut Berjemur

Pulau Rottnest di sebelah barat Perth, Australia, menawarkan berbagai aktivitas yang seru dan unik.

Baca Selengkapnya

Serunya Menyusuri Jantung Kota Perth Australia dengan Becak

5 hari lalu

Serunya Menyusuri Jantung Kota Perth Australia dengan Becak

Ikuti perjalanan Tempo menyusuri ikon-ikon kota Perth, Australia, dengan peddle

Baca Selengkapnya