3 Cara Untuk Mengurangi Emisi Saat Perjalanan Wisata

Reporter

Terjemahan

Editor

Ludhy Cahyana

Kamis, 9 April 2020 13:49 WIB

Sejumlah penumpang turun dari pesawat di Bandara APT Pranoto, Samarinda, Kalimantan Timur, Kamis, 20 Desember 2018. PT Angkasa Pura II memperkirakan terjadi lonjakan penumpang pesawat pada periode libur Natal dan Tahun Baru 2019 mencapai 7,6 juta penumpang, atau naik 10,5 persen. ANTARA

TEMPO.CO, Jakarta - Bayangkan saja, saat menuju bandara lalu boarding, dan saat lepas landas hingga mendarat, berapa besar emisi karbon yang dihasilkan? Lantas bagaimana perjalanan wisata melalui udara merugikan lingkungan?

Mengutip ABC, perjalanan dari Melbourne ke London, dengan persinggahan di Singapura menempuh perjalanan sekitar 34.000 kilometer, dan sekitar 120 g emisi dihasilkan oleh setiap penumpang dalam setiap kilometer.

Jadi, 120 gram emisi yang dihasilkan, dikalikan jarak tempuh, diperoleh sekitar 4 ton emisi karbon per orang. Bila angka 4 ton itu dikaitkan dengan target yang ditetapkan oleh Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) untuk tahun 2030, bisa dipastikan melebihi quota tahunan setiap orang di planet ini.

"Saat ini, kami mengeluarkan emisi 52 gigaton per tahun di seluruh dunia. Pada 2030, IPCC mengharuskan berada di bawah 26 gigaton," kata Manfred Lenzen, profesor penelitian keberlanjutan di University of Sydney. Menurut Lenzen, jika membagi 26 gigaton dengan 7,5 miliar penduduk dunia, hasilnya sekitar 3,5 ton per kapita, “Itu adalah titik referensi yang sangat bagus," imbuh Lenzen

Lantas apa yang harus dilakukan wisatawan untuk menekan emisi karbon mereka? Berikut petunjuk prilaku wisatawan yang bisa untuk menekan emisi karbon, sebagaimana dinukil dari ABC.

Advertising
Advertising

Maskapai penerbangan ramai-ramai menawarkan tarif diskon untuk menggairahkan pariwisata dan bisnis penerbangan. Foto: @taoyuanairport

Selektif menggunakan pesawat

Susanne Becken seorang profesor pariwisata berkelanjutan di Griffith University, dan ia rutin pelesiran sebagai bagian dari pekerjaannya. Dia memiliki aturan sederhana: jika tidak memiliki tiga alasan bagus untuk naik pesawat, dia akan tinggal di rumah.

"Jika Anda berpikir tentang jejak karbon sebagai biaya, sama seperti yang Anda lakukan dengan biaya perjalanan. Jadi pikirkan bagaimana Anda bisa mendapatkan yang terbaik dari itu," kata Becken.

"Mungkin Anda bisa tinggal lebih lama, atau Anda dapat menambahkan liburan atau kunjungan keluarga saat perjalanan bisnis, "Jika ini liburan sekali seumur hidup, atau pernikahan atau itu benar-benar penting, aku akan pergi. Tapi aku secara pribadi mencoba untuk menyatukan beberapa hal untuk membuatnya benar-benar berharga."

Hindari perjalanan kerja yang tidak perlu saat Anda bisa

Apa yang Anda mungkin tidak tahu adalah bahwa, pada basis per kilometer perjalanan udara domestik, menciptakan lebih banyak emisi daripada terbang ke luar negeri. Itu karena bahan bakar yang dipakai pada saat tinggal landas dan mendarat, adalah komponen utama dari emisi. Sementara penerbangan jarak pendek menghabiskan lebih sedikit waktu di udara, namun lebih banyak tinggal landas dan mendarat.

Menparekraf Wishnutama berkoordinasi dengan para stakeholder pariwisata dan industri kreatif melalui telekonferensi. Dok. Kemenparekraf

Untungnya, era digital memungkinkan manusia tak banyak bepergian karena ada internet dan telekomunikasi modern. Berarti lebih mudah untuk bekerja dari jarak jauh dan berkomunikasi dengan orang-orang di lokasi yang berbeda.

"Satu peluang adalah memikirkan berbagai cara untuk berpartisipasi dalam pertemuan dan lokakarya," kata Profesor Lenzen, "Sekarang teknologi konferensi video sudah sangat maju sehingga kamu hampir merasa bahwa kamu ada di dalam ruangan."

Jika perjalanan tidak dapat dihindari, pertimbangkan naik bus atau kereta api dibanding terbang.

Ikuti perjalanan bersama teman atau keluarga

Walaupun mobil tidak sebagus naik kereta atau bus, mereka lebih baik daripada naik pesawat. Semakin banyak orang di dalam mobil, semakin efisien. Itulah yang menyebabkan perjalanan darat menjadi pilihan yang baik jika Anda bepergian, kata Profesor Lenzen.

Seorang penumpang mengambil berswafoto dengan G5711, kereta cepat pertama dari Shenzhen ke Hong Kong, di Stasiun Kereta Api Utara Shenzhen di Kota Shenzhen, Provinsi Guangdong, Cina selatan, 23 September 2018. (Xinhua / Mao Siqian via Global Times)

“Rata-rata kendaraan penumpang menggunakan bahan bakar sekitar 10,8 liter per 100 kilometer. Untuk muatan empat orang dan menghasilkan 62,5 g emisi per kilometer,” kata Profesor Lenzen. Ini lebih baik daripada terbang, tetapi itu tidak berarti harus berkendara kemana-mana. Sekali lagi, bus atau kereta api akan menjadi pilihan yang lebih baik.

Berita terkait

Hutan Mangrove Lebih Efektif Menyerap Emisi Karbon, Ini Penjelasannya

1 hari lalu

Hutan Mangrove Lebih Efektif Menyerap Emisi Karbon, Ini Penjelasannya

Hutan mangrove memiliki segudang manfaat terutama efektif menyerap emisi karbon. Begini penjelasannya .

Baca Selengkapnya

9 Museum Penerbangan Internasional yang Menarik untuk Dikunjungi

1 hari lalu

9 Museum Penerbangan Internasional yang Menarik untuk Dikunjungi

Terdapat sembilan museum penerbangan internasional yang menawarkan pengalaman yang unik dan menarik bagi pengunjung dari seluruh dunia.

Baca Selengkapnya

Garuda Indonesia Kirim Kloter Pertama Jemaah Haji, 4.232 Orang Akan Diterbangkan ke Tanah Suci

2 hari lalu

Garuda Indonesia Kirim Kloter Pertama Jemaah Haji, 4.232 Orang Akan Diterbangkan ke Tanah Suci

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. memberangkatkan para calon jemaah haji ke Tanah Suci pada hari ini, Ahad, 12 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Pendapatan Indonesia AirAsia Melonjak jadi Rp 6,62 Triliun, Apa Saja Komponen Pendorongnya?

2 hari lalu

Pendapatan Indonesia AirAsia Melonjak jadi Rp 6,62 Triliun, Apa Saja Komponen Pendorongnya?

Direktur Utama Indonesia AirAsia Veranita Yosephine membeberkan komponen pendorong lonjakan pendapatan perusahaan pada tahun 2023.

Baca Selengkapnya

Indonesia AirAsia Bukukan Pendapatan Rp 6,62 Triliun Sepanjang 2023, Meningkat 75,24 Persen

3 hari lalu

Indonesia AirAsia Bukukan Pendapatan Rp 6,62 Triliun Sepanjang 2023, Meningkat 75,24 Persen

Manajemen Indonesia AirAsia sedang aktif dalam memperoleh sumber pendanaan melalui beberapa skema potensial.

Baca Selengkapnya

Posisi Kursi Pesawat Terbaik Agar Bisa Tidur Selama Penerbangan Jarak Jauh

4 hari lalu

Posisi Kursi Pesawat Terbaik Agar Bisa Tidur Selama Penerbangan Jarak Jauh

Pakar tidur membagikan beberapa tips agar bisa tidur di pesawat selama penerbangan jarak jauh

Baca Selengkapnya

Libur Panjang, AP II Prediksi Penumpang Pesawat Tembus 1 Juta

4 hari lalu

Libur Panjang, AP II Prediksi Penumpang Pesawat Tembus 1 Juta

AP II memperkirakan penumpang pesawat di 20 bandara yang dikelolanya mencapai 1 juta orang selama libur panajang 9-12 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Mengenali Pesawat C-130J Super Hercules yang akan Tiba di Indonesia 17 Mei 2024

6 hari lalu

Mengenali Pesawat C-130J Super Hercules yang akan Tiba di Indonesia 17 Mei 2024

Pesawat C-130 J Super Hercules buatan Lockheed Martin pesanan Indonesia

Baca Selengkapnya

Saksi Akui Diminta Sewa Pesawat Rp 1,4 Miliar untuk Kunjungan Kerja Syahrul Yasin Limpo ke Maluku dan Anggarkan Beli 12 Sapi Kurban

6 hari lalu

Saksi Akui Diminta Sewa Pesawat Rp 1,4 Miliar untuk Kunjungan Kerja Syahrul Yasin Limpo ke Maluku dan Anggarkan Beli 12 Sapi Kurban

Hermanto diminta untuk menyediakan uang di luar anggaran Kementerian Pertanian untuk membeli sapi kurban buat Syahrul Yasin Limpo.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Kemenperin akan Panggil Manajemen Sepatu Bata, Zulhas Sebut Pelaku Usaha Jastip Wajib Ikut Aturan

7 hari lalu

Terpopuler: Kemenperin akan Panggil Manajemen Sepatu Bata, Zulhas Sebut Pelaku Usaha Jastip Wajib Ikut Aturan

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) akan memanggil manajemen PT Sepatu Bata Tbk., imbas penutupan pabrik alas kaki itu di Purwakarta, Jawa Barat.

Baca Selengkapnya