Bersepeda Sembari Menyingkap Misteri Candi di Sleman
Reporter
Pribadi Wicaksono (Kontributor)
Editor
Ludhy Cahyana
Minggu, 16 Februari 2020 09:00 WIB
TEMPO.CO, Yogyakarta - Candi-candi di Sleman menyimpan berbagi misteri sejarah. Nah, ada cara unik untuk menggali kisah sejarah di dalamnya. Salah satunya bersepeda sembari menyambangi candi-candi unik di sekitar Yogyakarta.
Tak kurang 640 goweser atau pecinta kegiatan bersepeda dari berbagai daerah bakal menjelajahi kawasan Sleman, Yogyakarta, Minggu 16 Februari 2020. Mereka bakal menyaksikan sekaligus mendengar cerita mengenai candi-candi di Sleman itu.
Tak sekadar bersepeda. Dalam ajang bertajuk Technoride Epic Endurance Cycling 2020 itu para goweser membawa misi napak tilas sejumlah candi kuno, yang diperkirakan saat pembuatannya sudah menerapkan teknologi tinggi di masa itu. Candi-candi di Sleman itu, menurut mereka sekaligus memberi gambaran teknologi masa depan.
"Akan ada dua rute pilihan untuk peserta, 40 dan 74 kilometer," ujar ketua panitia kegiatan itu, Tri Budi Utama, Sabtu 15 Februari 2020.
Rute-rute yang dilewati akan mengajak peserta untuk berhenti guna mengeksplorasi sejumlah titik napak tilas yang dilewati. Rute yang dilewati antara lain: Candi Sewu yang berada di Kecamatan Prambanan dan Candi Kedulan yang berada di Kalasan, Kabupaten Sleman.
Tri mengungkap Candi Kedulan dan Candi Sewu dipilih karena dinilai memilili aspek pembeda. Candi Kedulan di Kalasan yang ditemukan para penambang pasir di kedalaman tujuh meter tahun 1993 silam, misalnya.
Candi Hindu yang dibangun sekitar abad ke-8 dan ke-9 atau saat zaman Kerajaan Mataram Kuno itu diketahui memiliki arsitektur rumit. Oleh sebagian kalangan, saat pembangunannya candi tersebut sudah membaca gambaran teknologi masa depan.
Salah satunya ditunjukkan dengan temuan peripih atau sejenis kotak di Candi Kedulan, yang jika dibuka berisi logam yang bentuknya menyerupai kartu chip. Fungsi chip itu di masa lampau dipercaya membantu menghubungkan bumi (manusia) dengan Tuhannya pada saat itu.
Jika selama ini wisatawan lebih mengenal Candi Sambisari di wilayah Kalasan itu karena keberadaannya 'tenggelam' atau di bawah permukaan tanah, begitu halnya Candi Kedulan. Candi Kedulan ini yang jaraknya hanya empat kilometer dari Candi Sambisari.
"Yang menarik, jika Candi Sambi Sari arahnya (menghadap) ke barat maka Candi Kedulan arahnya ke timur, jadi paralel," ujarnya.
Pengamat pariwisata yang juga mantan Kepala Dinas Kebudayaan DIY serta salah satu panitia gowes itu, Condroyono mengungkap penemuan Candi Kedulan diyakini mengggurkan sebuah teori, mengenai perpindah peradaban dari Jawa Tengah ke Jawa Timur.
Konon kabarnya ada letusan besar Gunung Merapi tahun 1006 masehi, yang diduga menjadi penyebab perpidahan peradaban itu, "Ditemukannya Kedulan, ada fakta pengurukan candi (hingga terpendam di bawah tanah) itu tidak terjadi sekaligus. Tapi layer (lapis) demi layer karena ada satu lapis sempat ditumbuhi pohon," ujar Condro.
Keunikan dan kerumitan Candi Kedulan itulah yang akan digali lebih dalam bersama goweser yang berasal dari Jawa Barat, Jakarta, Jawa Timur dan Yogya dalam kegiatan itu.
Sementara Candi Sewu juga dipilih untuk eksplorasi karena candi itu merupakan candi Budha eksotis yang usianya lebih tua dari Borobudur. Di Candi Sewu, goweser diajak melihat dari dekat perpaduan peradaban antara Hindu dan Budha, ada perkawinan antara Dinasti Sanjaya dan Syailendra.
"Sangat menarik berkeliling di kompleks candi itu, dan kami ajak para goweser untuk mengeksplorasi, karena mungkin belum banyak yang tahu detail ceritanya,” ujar Condro.
Tak hanya jelajah candi sambil gowes, para peserta juga akan diajak menjelajah rute menarik di sisi utara Yogyakarta mulai Pusat Pendidikan dan Pelatihan Paramedika di Pakem juga Museum Gunung Merapi.
Start gowes kegiatan yang diinisiasi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) itu dimulai dari Candi Sewu dan finish di Graha Saba Pramana UGM. Kegiatan gowes ini juga didedikasikan untuk memperingati Hari Pendidikan Teknik ke-74.
PRIBADI WICAKSONO