Begini yang Terjadi Pada Otak Setelah 14 Hari di Kutub Selatan

Reporter

Terjemahan

Editor

Ludhy Cahyana

Kamis, 19 Desember 2019 22:43 WIB

Kolam Don Juan di Antartika. (myantarcticaresearchtrip.blogspot.com)

TEMPO.CO, Jakarta - Tak seperti koleganya Arktik di Kutub Utara, Antartika di Kutub Selatan benar-benar tak berpenghuni. Hanya sekitar 5.000 orang diperkirakan di sana, untuk tinggal sementara. Antartika sudah dijelajahi para petualang sejak abad ke-18, namun benua salju itu sudah dipetakan oleh pelaut Turki Ottoman, Laksamana Piri Reis pada abad ke-16.

Pada tahun 1905, Geografer Swedia, Otto Nordenskjöld menulis, ia tak menyukai musim dingin di Antartika: dingin, gelap, sepi, namun pemandangannya indah. Nordenskjöld menjumpai salju dan es "yang tidak biasa," kadang-kadang bahkan "sangat megah," ia dan rekan-rekan ekspedisinya menulis dalam buku 1905, Antartika dan Dua Tahun Di Antara Es Kutub Selatan.

Meskipun sejauh mata memandang hanya salju, namun Nordenskjöld menemukan keindahan yang tak biasa dibanding salju di Eropa. Ia melihat hamparan putih kosong yang diselingi potongan-potongan biru aneh dan cokelat berlumpur.

Namun perasaan sepilah yang paling menggigit. Anggota tim ekspedisi Otto Nordenskjöld, menghabiskan waktu dengan bermain kartu atau merayakan ulang tahun dengan meriah. Namun tetap merasa kesepian.

Tulisan-tulisan Otto Nordenskjöld muncul pula dalam New England Journal of Medicine, 115 tahun kemudian. Para peniliti sedang menganalisis efek dari “bertapa” di Antartika. Mereka menemukan bahwa kondisi Antartika yang sangat tidak ramah tampaknya menyusutkan otak manusia.

Advertising
Advertising

Mengutip Atlas Obscura, penelitian mengenai otak itu berlanjut. Agar manusia di masa depan yang berkeliaran atau berwisata di Antartika, mengetahui risiko sekaligus solusinya.

Stasiun yang dioperasikan oleh Alfred Wegener Institute di Jerman, ditopang dengan 16 tiang, dan terlihat seperti kapal Star Wars. Foto: Blickwinkel/Alamy Stock Photo

Coauthor Alexander Stahn, asisten profesor ilmu kedokteran di University of Pennsylvania, bersama dengan kolaborator dari Charité-Universitätsmedizin Berlin, Institut Alfred Wegener, Institut Max Planck untuk Pembangunan Manusia di Berlin, dan lebih banyak mempelajari otak sembilan orang yang menghabiskan 14 bulan menetap di Stasiun Neumayer III di Ekström Ice Shelf yang terisolasi, sebuah wilayah seukuran Puerto Rico, sekitar 5.000 mil di selatan Afrika Barat.

Stasiun yang tampak futuristik, yang dioperasikan oleh Alfred Wegener Institute di Jerman, ditopang dengan 16 tiang, dan terlihat seperti kapal Star Wars. Pemandangan dari jendelanya hanya menawarkan salju dan es tanpa akhir — selimut putih yang rata, menyebar ke segala arah.

Stahn terutama mempelajari efek dari lingkungan ekstrem, seperti ruang, pada tubuh manusia, dan pemikiran manusia terhadap Antartika sebagai analog yang menarik, untuk mempelajari bagaimana lingkungan yang monoton dan interaksi sosial yang terbatas dapat mempengaruhi otak.

Stahn mengatakan mereka yang diteliti adalah tim yang terdiri dari dua insinyur, operator radio, dua ahli geofisika, ahli kimia udara, ahli meteorologi, juru masak, dan seorang dokter. Kegiatan mereka sangat rutin dan konsisten, tanpa melakukan hal-hal lain seperti memcah es. Hari demi hari, rutinitasnya sama.

Sebelum kru berangkat untuk ekspedisi, mereka diperiksa ke dalam mesin MRI dan melihat volume materi abu-abu dan wilayah hippocampus yang dikenal sebagai dentate gyrus. Bagian otak ini berfungsi untuk membentuk ingatan dan menghasilkan neuron baru. Sebagai perbandingan, mereka juga memindai otak sembilan relawan yang tidak akan pergi ke ujung selatan Bumi – sebagai perbandingan.

Cyprien Verseux yang bekerja di pangkalan ilmiah paling terpencil di dunia, Concordia Station, Antartika, mencoba memasak di luar ruangan. Hasilnya, semua bahan makanan yang ia coba masak justru membeku, semisal, dua wajan berisi telur yang pecah dan membeku seperti menggantung di udara. Twitter.com/cyprienverseux.

Seperti banyak orang yang bekerja di lingkungan ekstrem, para peneliti di Neumayer III hidup di dunia kecil. Seluruh fasilitas — termasuk area mekanis, tempat tinggal, laboratorium, ruang rekreasi, penyimpanan, dan lainnya — mencakup sekitar 6.096 meter persegi, sedikit lebih besar dari ukuran apotek. Dan tidak ada tempat lain untuk pergi; di luar terdapat angin bersalju yang berhembus kencang, suhu yang menggigit (serendah -50 derajat Celcius di dekat stasiun ini), dan, hampir sepanjang tahun, kegelapan yang pekat. Ini tidak persis seperti berada di ruang angkasa, tapi itu pasti ekstrem.

Seperti spacefarers, kru Antartika harus menavigasi ruang terbatas dan menumbuhkan kebersamaan, "Masalah besar adalah bahwa itu benar-benar sebuah kelompok kecil, dan sudah saling berbagi cerita mengenai segalanya," kata Stahn.

Beberapa simulasi yang dilakukan mirip dengan anggota kru dari Stasiun Luar Angkasa Internasional, yang beristirahat untuk merawat tanaman atau menonton banyak televisi. Bedanya, para peneliti yang ditempatkan di Antartika memiliki cara mereka sendiri untuk bersantai atau mengeluarkan uap.

Selain Stasiun Neumayer III di Ekström Ice Shelf yang dikomandani Stahn, “tetangga” mereka memiliki beragam untuk menghibur para krunya. Divisi Antartika Australia, misalnya, menyediakan banyak buku, internet, minuman, atau bermain snooker atau panah. Di antara mereka juga ramai-ramai mandi sauna, yang mereka sebut sebagai Klub 200 atau Klub 300.

“Beberapa hub, seperti McMurdo Station National Science Foundation di Pulau Ross, sangat besar dan penuh dengan fasilitas sehingga bisa disebut seperti kota kecil," kata Stahn. Stasiun Davis memiliki perpustakaan, ditambah area untuk bola voli, bulu tangkis, kriket, sepak bola, dan golf, dan area salju di dekat mereka, bisa digunakan untuk snowboarding atau ski.

Tim Stahn mengumpulkan pengukuran Brain Derived Neurotrophic Factor (BDNF) – kemampuan otak untuk berpikir -- selama dan setelah misi. Mereka juga diperiksa dengan mesin MRI setelah tugas Antartika 14 bulan itu selesai. Hasilnya, beberapa bagian otak mereka menyusut sekitar empat hingga 10 persen. Konsentrasi BDNF turun sebanyak seperempat atau 25 persen.

Dua kapal bersandar di pantai Bahia Almirantazgo, kebanyakan pengunjung datang ke wilayah artik melalui Argentina dan Chile. Namun terdapat rute lain yaitu melalui, laut Ross yang dapat ditempuh melalui berlayar selama 10 hari, dari Selandia Baru atau Australia. Antartika, 27 Februari 2015. AP/Natacha Pisarenko

Penurunan kemampuan otak ini ini berkorelasi dengan menurunnya perhatian dan pemrosesan spasial. Tim Stahn akhirnya menemukan, terus bergerak adalah cara untuk menjaga otak tetap normal. Mempelajari bahasa baru atau mencoba panjat tebing — yang membutuhkan ketangkasan mental dan fisik — semuanya bisa membantu, kata Stahn.

Hasil penelitian Stahn memungkinkan pengunjung atau wisatawan di Antartika mengingat, agar selalu beraktivitas baik pikiran maupun tenaga. Meskipun hamparan salju putih, yang sunyi, dan kadang gelap memicu manusia untuk bermalas-malasan.

Berita terkait

Ilmuwan Muda Indonesia Ikut Ekspedisi Jelajahi Antartika

57 hari lalu

Ilmuwan Muda Indonesia Ikut Ekspedisi Jelajahi Antartika

Gerry Utama dari Indonesia ikut ekspedisi ke kutub selatan untuk menjelajahi Antartika.

Baca Selengkapnya

Peneliti Cina Meriset Antarktika, Mengebor Danau Subglasial Kedalaman 3.600 Meter

3 Maret 2024

Peneliti Cina Meriset Antarktika, Mengebor Danau Subglasial Kedalaman 3.600 Meter

Kelompok peneliti dari Cina akan mengebor danau subglasial besar di bawah kedalaman es Antarktika

Baca Selengkapnya

Impian Berlayar ke Antartika Buyar, Kapal Pesiar Diam-diam Ubah Rute Perjalanan

14 Februari 2024

Impian Berlayar ke Antartika Buyar, Kapal Pesiar Diam-diam Ubah Rute Perjalanan

Penumpang kapal pesiar ini sudah membayar mahal, sampai Rp203 juta per orang untuk ikut ke Antartika.

Baca Selengkapnya

Ilmuwan Berusaha Ungkap Teka-teki Es Laut Antartika

22 Januari 2024

Ilmuwan Berusaha Ungkap Teka-teki Es Laut Antartika

Ilmuwan meneliti penyebab berkurangnya lapisan es di Antartika. Bisa membantu pemerintah merencanakan cara merespons kenaikan air laut.

Baca Selengkapnya

Mikroplastik di Antartika Dianalisis Gunakan Ilmu Nuklir, Kaji Kotoran Penguin

9 Januari 2024

Mikroplastik di Antartika Dianalisis Gunakan Ilmu Nuklir, Kaji Kotoran Penguin

Mikroplastik di Antartika dikaji pada kotoran penguin dan air.

Baca Selengkapnya

Alexei Navalny Ditahan di Penjara Arktik 'Serigala Kutub'

27 Desember 2023

Alexei Navalny Ditahan di Penjara Arktik 'Serigala Kutub'

Politisi oposisi Rusia Alexei Navalny membenarkan keberadaannya di penjara bersalju di atas Lingkaran Arktik.

Baca Selengkapnya

5 Keunikan Islandia, Tidak Ada Nyamuk hingga Negara Demokrasi Tertua

9 Desember 2023

5 Keunikan Islandia, Tidak Ada Nyamuk hingga Negara Demokrasi Tertua

Mengapa tak ada nyamuk di Islandia? Berikut beberapa fakta unik tentang negara Pulau Es ini. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Imuwan Temukan Antartika Pernah Jadi Rumah Bagi Sungai & Hutan Penuh Kehidupan

27 Oktober 2023

Imuwan Temukan Antartika Pernah Jadi Rumah Bagi Sungai & Hutan Penuh Kehidupan

Lanskap kuno yang terbentuk oleh sungai terungkap jauh di bawah es Antartika.

Baca Selengkapnya

Pemanasan Global Parah, NASA Catat Es Laut Antartika Kian Tipis

26 September 2023

Pemanasan Global Parah, NASA Catat Es Laut Antartika Kian Tipis

Es laut di benua Antartika dan samudra Arktik sedang mengalami tren penurunan es laut.

Baca Selengkapnya

Moskow Tembakkan Rudal Jelajah dalam Latihan Laut antara Rusia dan Alaska

18 September 2023

Moskow Tembakkan Rudal Jelajah dalam Latihan Laut antara Rusia dan Alaska

Rudal jelajah Vulcan, Granit dan Onyx ditembakkan dalam jarak ratusan kilometer untuk menyerang sasaran kapal musuh tiruan di Laut Bering.

Baca Selengkapnya