Berebut Berkah pada Garebeg Besar Keraton Yogyakarta

Senin, 12 Agustus 2019 16:51 WIB

Abdi Dalem Keraton Yogyakarta membawa gunungan keluar dari keraton saat Grebeg Besar 1440 H di Keraton Yogyakarta, Senin 12 Agustus 2019. Pada acara guna memeriahkan Idul Adha 1440 H tersebut, keraton Yogyakarta mengeluarkan tujuh gunungan yang dibagikan di Masjid Gede Kauman, Pakualaman dan Kepatihan. ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko

TEMPO.CO, Yogyakarta - Keraton Yogyakarta menggelar Hajad Dalem Garebeg Besar. Perhelatan akbar ini bertujuan untuk memperingati Hari Raya Idul Adha 1440 H dan masih menjadi perhelatan yang dinanti-nanti masyarakat.

Sejak pagi, masyarakat telah berjubel di sekitar keraton pada Senin (12/8). Warga berkumpul di kompleks Keraton, Alun Alun Utara hingga Masjid Gedhe Kauman.

Mereka bersiap memperebutkan hasil bumi dari gunungan, yang diarak para bergada atau prajurit keraton. Warga percaya hasil bumi yang direbut itu bisa mendatangkan berkah dan ketenangan batin bagi mereka.

Benar saja, tak sampai hitungan menit, sejumlah gunungan yang diarak itu sudah ludes tak bersisa saat mulai diperebutkan. Dalam upacara ini, pihak Keraton Yogya menyiapkan sebanyak tujuh gunungan atau hasil bumi yang disusun menyerupai gunung yang akan dibagikan di tiga tempat berbeda.

Lima gunungan yakni Gunungan Kakung, Gunungan Estri, Gunungan Darat, dan Gunungan Pawuhan, yang dibagikan di halaman Kagungan Dalem Masjid Gedhe Kaumana.

Advertising
Advertising

Gunungan Gepak akan dibagikan di Pendhopo Kawedanan Pengulon di utara Masjid Gedhe. Sementara itu, dua Gunungan Kakung masing-masing akan dibagikan di Puro Pakualaman dan Kepatihan.

"Sudah menunggu sejak jam 09.00 di masjid ini (Gedhe Kauman) untuk bisa ikut ngrayah (berebut) gunungan," ujar Mursinem, 50 warga Bantul yang datang seorang diri ke perhelatan itu.

Mursinem yang mendapatkan beberapa item hasil bumi seperti kacang panjang itu berencana memasaknya. Sedangkan hiasan kayu yang berhasil direbutnya akan disimpan di lemari rumah.

"Tahun lalu tradisinya digelar pas liburan, banyak sekali yang datang sampai saya nggak dapat. Mungkin sekarang pas bukan liburan jadi bisa dapat pas rebutan," ujar perempuan yang berkendara dari rumahnya ke acara itu menggunakan sepeda motor.

Berbeda dengan Arini, 56, warga Umbulharjo, Kota Yogyakarta yang mendapatkan ketan. Ia berencana akan menyimpan saja ketan itu di rumah dengan harapan bisa mendapatkan berkah ketentraman di masa datang.

Penghageng Kawedanan Pengulon, Kanjeng Raden Tumenggung Akhmad Mukhsin Kamaludin Ningrat selaku panitia menuturkan tradisi grebeg digelar sebagai ungkapan syukur pihak Keraton Yogya yang diwujudkan dengan bentuk sedekah melalui hasil bumi pertanian.

Masyarakat mulai mencabuti hasil bumi pada gunungan untuk mengambil berkah. TEMPO/Pribadi Wicaksono

"Sebenanya inti tradisi ini ungkapan syukur atas berkah yang sudah diberikan Allah, bukan pada momen berebut gunungannya. Namun karena gunungan itu sudah didoakan, ya semoga bisa memberi berkah bagi yang mendapatkannya," ujarnya.

PRIBADI WICAKSONO

Berita terkait

Trah Hamengku Buwono se-Jabodetabek Gelar Syawalan, Hadirkan Budaya Yogyakarta

18 jam lalu

Trah Hamengku Buwono se-Jabodetabek Gelar Syawalan, Hadirkan Budaya Yogyakarta

Trah Hamengku Buwono se-Jabodetabek menggelar syawalan, hadirkan Budaya Yogyakarta antara lain sendratari dan prajurit keraton Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

21 hari lalu

Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

Tahun ini, tradisi Grebeg Syawal tidak lagi diperebutkan tapi dibagikan oleh pihak Keraton Yogyakarta. Bagaimana sejarah Grebeg Syawal?

Baca Selengkapnya

Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

23 hari lalu

Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

Keraton Yogyakarta kembali menggelar tradisi Grebeg Syawal dalam memperingati Idul Fitri 2024 ini, Kamis 11 April 2024.

Baca Selengkapnya

78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

32 hari lalu

78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

Hari ini kelahirannya, Sri Sultan Hamengkubuwono X tidak hanya sebagai figur penting dalam sejarah Yogyakarta, tetapi juga sebagai tokoh nasional yang dihormati.

Baca Selengkapnya

269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

52 hari lalu

269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

Perjanjian Giyanti berkaitan dengan hari jadi Yogyakarta pada 13 Maret, tahun ini ke-269.

Baca Selengkapnya

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

53 hari lalu

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755

Baca Selengkapnya

Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

53 hari lalu

Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

Keraton Yogyakarta selama ini masih intens menggelar upacara adat untuk mempertahankan tradisi kebudayaan Jawa.

Baca Selengkapnya

Mengenal Tradisi Ngapem Ruwahan di Yogyakarta untuk Sambut Ramadan

27 Februari 2024

Mengenal Tradisi Ngapem Ruwahan di Yogyakarta untuk Sambut Ramadan

Tradisi Ngapem Ruwahan di Yogyakarta mengajak saling memaafkan dan persiapan mental sebelum ibadah puasa Ramadan.

Baca Selengkapnya

Yogyakarta Gelar Tradisi Labuhan Gunung Merapi dan Pantai Parangkusumo

12 Februari 2024

Yogyakarta Gelar Tradisi Labuhan Gunung Merapi dan Pantai Parangkusumo

Upacara adat yang digelar Keraton Yogyakarta ini merupakan tradisi ungkapan rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan alam

Baca Selengkapnya

Menelusuri Lokasi Serbuan Tentara Inggris ke Keraton Yogyakarta, Ini Jadwal dan Tiketnya

11 Februari 2024

Menelusuri Lokasi Serbuan Tentara Inggris ke Keraton Yogyakarta, Ini Jadwal dan Tiketnya

Dua abad lalu, Keraton Yogyakarta pernah dijarah tentara Inggris, tapi keraton tidak hancur dan mash bertahan sampai saat ini.

Baca Selengkapnya