Suku Truku, Pemenggal Kepala dari Taiwan

Reporter

Nur Alfiyah

Editor

Ludhy Cahyana

Senin, 22 Juli 2019 09:00 WIB

Mengayau atau memenggal kepala musuh dalam tradisi Dayak, ternyata sama dengan Suku Truku di Taiwan. Tapi budaya itu sudah pupus, Permukiman Suku Truku menjadi destinasi wisata. TEMPO/ Nur Alfiyah
Konflik besar lain terjadi pada 1906, dikenal dengan sebutan Insiden Weili. Sebanyak 36 orang Jepang meninggal karena serangan orang Truku. Pertikaian terjadi lantaran orang Truku tak terima Jepang memonopoli perdagangan.

Gubernur jenderal dari Jepang yang bertugas di Taiwan kala itu, Sakuma Samata, yang ingin menguasai daerah pegunungan Hualien untuk mengeksploitasi sumber daya alam seperti mineral dan kayu, gemas akan perlawanan suku Truku. Pasukan ia kerahkan. "Karena hanya suku Truku yang tak menurut perintah mereka," ujarnya.

Sakuma Samata mengirimkan 20 ribu tentara untuk menundukkan Truku pada 1914. Penduduk Truku kala itu berkisar 8.000 orang. Dari jumlah tersebut, cuma 3.000 yang berangkat perang. Orang Truku mampu bertahan selama 74 hari di pegunungan, sampai akhirnya semua dibantai oleh tentara. "Semuanya gugur karena kalah jumlah," tutur Zheng.

Upaya Jepang melemahkan Truku berlanjut dengan memberikan arak dan memecah belah orang-orang di antara mereka. “Mereka juga meminta kami untuk menghentikan kebiasaan berburu dan menato wajah karena dianggap kurang berpendidikan,” kata Dadao seorang Suku Truku. Hanya sebagian kecil penduduk Truku yang melanjutkan warisan leluhur tersebut. Dadao tak mengikuti tradisi itu.

Jepang pergi setelah kalah dalam Perang Dunia II pada 1945. Pemerintah Taiwan kemudian menetapkan kawasan Taroko, yang mencakup lebih dari 92 ribu hektare, sebagai taman nasional pada 28 November l986 guna melindungi alam, peninggalan bersejarah, margasatwa; serta melestarikan sumber daya alam dan tempat penelitian.

Suku Truku memiliki kesamaan dengan Suku Dayak di Indonesia. Hidup dari berburu dan memiliki tradisi memenggal kepala. Foto: Dmtip.gov.tw

Sebelum penetapan itu, orang Truku diminta pindah dari kawasan. Mereka tinggal di pinggir-pinggir pegunungan di sekitar taman nasional. “Pekerja di hotel ini semuanya orang Truku. Ada yang mesti berjalan kaki 1,5 jam, mendaki dua gunung untuk sampai ke sini,” kata Zheng.

Mereka juga diminta untuk berhenti berburu di taman nasional. Orang-orang Truku diminta bekerja di pabrik, seperti orang Taiwan lain. Tapi, karena mereka tak pernah bekerja seperti itu, mereka sering mengalami kecelakaan kerja. Akhirnya mereka malas berangkat dan mulai meminum arak.

Kondisi mereka diperparah ketika angin topan muncul. Samudra Pasifik mengirimkan angin topan ke Pulau Taiwan rutin setiap tahun, biasanya sekitar Juli sampai Oktober. Rumah mereka yang terbuat dari kayu beterbangan. Mereka tak punya tempat tinggal, juga pekerjaan.

Berita terkait

7 Dampak Buruk Overtourism Bagi Daerah Wisata

2 jam lalu

7 Dampak Buruk Overtourism Bagi Daerah Wisata

Di satu sisi, overtourism bisa meningkatkan ekonomi suatu daerah dan penduduk setempat, namun di sisi lain, dampak buruk berpotensi terjadi.

Baca Selengkapnya

Ramai Kritik Hilirisasi Nikel Dianggap Lebih Untungkan Cina, Ini Tanggapan Stafsus ESDM

2 jam lalu

Ramai Kritik Hilirisasi Nikel Dianggap Lebih Untungkan Cina, Ini Tanggapan Stafsus ESDM

Pengamat Ekonomi Energi UGM Fahmy Radhi mengatakan keuntungan nilai tambah hilirisasi nikel di Indonesia selama ini lebih banyak tersalur ke Cina.

Baca Selengkapnya

Sri Lanka Perpanjang Bebas Visa untuk 7 Negara Hingga Akhir Mei 2024

4 jam lalu

Sri Lanka Perpanjang Bebas Visa untuk 7 Negara Hingga Akhir Mei 2024

Kebijakan bebas visa untuk menarik jumlah wisatawan ke Sri Lanka

Baca Selengkapnya

Laut Cina Selatan: Ketegangan antara Cina dan Filipina memanas?

17 jam lalu

Laut Cina Selatan: Ketegangan antara Cina dan Filipina memanas?

Perseteruan Cina dan Filipina memperebutkan dua fitur di Laut Cina Selatan kian sengit.

Baca Selengkapnya

Sengketa Laut Cina Selatan, Penasehat Keamanan Filipina Sarankan Usir Diplomat Cina

19 jam lalu

Sengketa Laut Cina Selatan, Penasehat Keamanan Filipina Sarankan Usir Diplomat Cina

Diplomat Cina disarankan angkat kaki dari Manila yang menggambarkan naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan

Baca Selengkapnya

Hati-hati Pakai Masker Mata saat Tidur di Pesawat, Bisa Ganggu Kesehatan Mata

1 hari lalu

Hati-hati Pakai Masker Mata saat Tidur di Pesawat, Bisa Ganggu Kesehatan Mata

Ahli mengingatkan agar hati-hati pakai masker penutup mata saat tidur di pesawat, serta cara memilih masker mata dan tips tidur di pesawat

Baca Selengkapnya

Jepang Tunda Pembangunan Penghalang Gunung Fuji

1 hari lalu

Jepang Tunda Pembangunan Penghalang Gunung Fuji

Wisatawan memiliki waktu beberapa hari lagi untuk memotret Gunung Fuji di tempat yang populer setelah pembangunan penghalang ditunda

Baca Selengkapnya

Libur Panjang di Batam, Wisatawan Diminta Selalu Pantau Update Cuaca BMKG

1 hari lalu

Libur Panjang di Batam, Wisatawan Diminta Selalu Pantau Update Cuaca BMKG

Pantauan Tempo, sudah hampir satu minggu belakangan cuaca di Kota Batam tak menentu

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Kapal Perang AS di Selat Taiwan, Alasan Amerika Hentikan Pengiriman Senjata ke Israel

1 hari lalu

Top 3 Dunia: Kapal Perang AS di Selat Taiwan, Alasan Amerika Hentikan Pengiriman Senjata ke Israel

Top 3 dunia adalah kapal perang AS melintasi Selat Taiwan, pengiriman bom JDAM ditangguhkan hingga rumah kosong di Jepang menjamur.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Daftar Orang Terkaya di Singapura dan Korsel, Cina Diminta Bantu Negara Miskin

2 hari lalu

Top 3 Dunia: Daftar Orang Terkaya di Singapura dan Korsel, Cina Diminta Bantu Negara Miskin

Top 3 dunia kemarin adalah daftar konglomerat Singapura dan Korsel yang masuk daftar Forbes hingga Cina diminta membantu negara miskin dari utang.

Baca Selengkapnya