10 Koleksi Menarik di Museum History Of Java Yogyakarta

Minggu, 5 Mei 2019 15:05 WIB

Museum History of Java di Yogyakarta. TEMPO | Pribadi Wicaksono

TEMPO.CO, Yogyakarta - Museum History of Java di Yogyakarta memiliki lebih dari 200 benda bersejarah dari berbagai masa. Koleksi benda purba menjadi daya pikat utama museum yang terletak di Jalan Parangtritis kilometer 5,5 Kecamatan Sewon, Bantul, Yogyakarta, itu.

Baca: Rute ke Museum History of Java dari Jalan Malioboro Yogyakarta

"Koleksi museum terawat dengan baik sehingga sifat orisinilnya tidak rusak," ujar Kepala Museum History of Java Ki Sutikno di Yogyakarta, Kamis 25 April 2019. Sejumlah koleksi museum yang menarik, antara lain berbagai koleksi artefak, perhiasan, perabot, dan cinderamata masa lampau.

# Hiasan kayu berukir sosok Semar
Hiasan kayu ukiran sosok Semar dihiasi sulur tanaman yang diperkirakan berasal dari abad 19 di Museum History of Java Yogyakarta. TEMPO | Pribadi Wicaksono
Ada hiasan kayu dengan ukuran sosok Semar dan sulur tanaman. Hiasan kayu ini diperkirakan berasal dari abad 19. Semar digambarkan sebagai hakikat bagi penganut kapitayan atau kepercayaan.

# Tempat mencuci keris
Tempat jamasan atau mencuci keris yang berasal dari abad 18 koleksi Museum History of Java Yogyakarta. TEMPO | Pribadi Wicaksono
Di Museum History of Java terdapat jamasan atau tempat mencuci keris yang berasal dari abad 18. Tempat jamasan ini berfungsi menghilangkan noda atau karat dari sebilah keris dengan kelengkapan seperti sabut kelapa, batu bata, jeruk nipis, dan bahan lainnya. Teknik merawat keris seperti ini dilakukan sejak zaman Majapahit.

Advertising
Advertising

# Kentongan
Kentongan kayu berbentuk sosok laki-laki berkopiah yang diperkirakan dibuat di zaman Kerajaan Mataram Islam abad 17 koleksi Museum History of Java Yogyakarta. TEMPO | Pribadi Wicaksono
Yang tak kalah unik, ada kentongan kayu berbentuk sosok laki-laki berkopiah yang diperkirakan dibuat pada masa Kerajaan Mataram Islam di abad 17. Kentongan yang masih terawat itu dipakai sebagai penanda waktu salat di mushola.

Selanjutnya: Kancip, Kepala Garuda, Pataka, dan Lentera
<!--more-->
# Kancip
Sebuah gunting atau kacip dari abad 18-19 bermotif paksi nagaliman yang biasa dipakai pelengkap makan sirih di masa lampau koleksi Museum History of Java Yogyakarta. TEMPO | Pribadi Wicaksono

Kancip bentuknya menyerupai gunting. Benda berbahan perak dan besi ini dibuat sekitar abad 18-19. Kacip tersebut bermotif paksi nagaliman atau burung berkepala gajah dengan belalai membawa senjata trisula. Di masa lalu, kacip dipakai sebagai pelengkap makan sirih.

# Kepala garuda
Figur kepala garuda dari abad 19 di era kerajaan Cirebon yang biasanya diletakan di bagian depan kapal kerajaan. Figur ini koleksi Museum History of Java Yogyakarta. TEMPO | Pribadi Wicaksono

Ada sebuah figur berbentuk kepala garuda yang diperkirakan dibuat pada abad 19 di era kerajaan Cirebon. Kepala Garuda ini biasanya diletakan di bagian depan kapal kerajaan.

# Pataka
Pataka atau panji militer yang bentuknya masih utuh dari abad 13 masa Kerajaan Majapahit. Ini Pataka ini adalah salah satu koleksi di Museum History of Java Yogyakarta. TEMPO | Pribadi Wicaksono

Di lorong Majapahit di Museum History of Java, ada sebuah pataka atau panji militer yang bentuknya masih utuh dari abad 13 masa Kerajaan Majapahit. Pataka ini berbentuk trisula dengan hiasan kepala naga. Pataka tersebut merupakan peninggalan Kerajaan Singhasari yang kemudian diwariskan ke kerajaan Majapahit.

# Lentera
Lentera ini diperkirakan berasal dari abad 11-13 di masa Kerajaan Kediri atau Kadiri, Jawa Timur. Lentera tersebut memiliki motif ukiran yang bermacam-macam dan penuh makna.

Lentera purba di zaman Kerajaan Kediri atau Kadiri, Jawa Timur yang diperkirakan berasal dari abad 11 - 13. Lentera koleksi Museum History of Java di Yogyakarta, ini memiliki motif Arjuna menunggang kuda bersama Dewi Supraba. Lentera ini menjadi salah satu koleksi di Museum History of Java Yogyakarta. TEMPO | Pribadi Wicaksono

Bagian dasarnya berbentuk mekar bunga, dan seluruh bagiannya terukir delapan titik api yang menggambarkan ajaran Asthabrata tentang delapan syarat menjadi pemimpin yang baik. Lentera yang masih terawat baik itu juga menggambarkan sosok Arjuna menunggang kuda bersama Dewi Supraba, seperti fragmen dalam cerita kakawin Arjuna Wiwaha karya Pu Kanwa.

Selanjutnya: Kapak perunggu, mainan anak-anak, dan Al-Quran
<!--more-->
# Kapak perunggu
Kapak Perunggu Chandrasa yang diperkirakan berasal dari masa 200 - 100 SM koleksi Museum History of Java, Yogyakarta. TEMPO | Pribadi Wicaksono
Kapak perunggu Chandrasa berasal dari masa 200-100 SM. Kapak berbentuk bulan sabit berbahan perunggu ini digunakan dalam ritual kepercayaan kuno di Jawa yang fungsinya sebagai simbol pengorbanan.

# Mainan anak
Mainan anak-anak berbentuk anjing berbahan perunggu diperkirakan dibuat di masa 100 - 50 SM yang menjadi koleksi Museum History of Java, Yogyakarta. TEMPO | Pribadi Wicaksono
Mainan anak berbentuk anjing berbahan perunggu masih utuh dan bisa dikenali meski diperkirakan dibuat dari masa 100-50 SM.

# Kitab Suci Al-Quran
Di museum itu ada dua Al-Quran kuno yang masih terawat. Pertama, Al-quran yang dibuat dari kertas berbahan serbuk kayu dan diperkirakan berasal dari abad 16. Kedua, Al-Quran yang ditulis di lembaran kertas berbahan merang atau bahan padi yang dihancurkan dengan tinta berbahan tumbuh-tumbuhan.

Al-Quran yang ditulis di lembaran kertas berbahan merang atau bahan padi yang dihancurkan. Kitab yang diperkirakan sudah ada sejak abad ke-17 atau periode kerajaan Mataram Islam ini merupakan koleksi Museum History of Java, Yogyakarta. TEMPO | Pribadi Wicaksono

Kitab kedua yang tampak lapuk namun masih jelas tulisannya ini diperkirakan ada sejak abad 17 atau periode kerajaan Mataram Islam. Kitab Suci Al-Quran ini berasal dari era Walisongo. Untuk mendapatkan Al-Quran kuno itu, pihak museum harus menggantinya dengan membangun dua buah surau di kawasan Kaliurang Kabupaten Sleman dan Kabupaten Gunungkidul.

Mushaf Al-Quran yang dibuat dari kertas berbahan serbuk kayu. Kitab suci umat Islam yang diperkirakan berasal dari abad ke-16, ini merupakan koleksi Museum History of Java, Yogyakarta. TEMPO | Pribadi Wicaksono

Kepala Museum History of Java Ki Sutikno mengatakan ada tim yang khusus mencari benda-benda bersejarah untuk koleksi museum. Setiap benda yang ditemukan tidak langsung dibawa ke museum, melainkan diteliti dulu dan dikaji makna historis dan filosofisnya. "Ada benda yang mendapatkannya dengan cara kami harus beli, ada yang diserahkan pada kami begitu saja agar dirawat di museum," ujar Sutikno.

Untuk masuk ke dalam Museum History of Java, wisatawan domestik hanya perlu membayar Rp 30 ribu per orang, sedangkan wisatawan mancanegara Rp 50 ribu per orang. Museum History of Java buka setiap hari mulai pukul 10.00 – 19.00 WIB.

Berita terkait

Yogyakarta International Airport Jadi Satu-satunya Bandara Internasional di DIY-Jateng, Ini Kata Sultan HB X

8 jam lalu

Yogyakarta International Airport Jadi Satu-satunya Bandara Internasional di DIY-Jateng, Ini Kata Sultan HB X

Yogyakarta International Airport sebagai satu-satunya bandara internasional di wilayah ini menjadi peluang besar bagi Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Respons Sultan HB X soal Penjabat Kepala Daerah yang Ingin Maju di Pilkada 2024

20 jam lalu

Respons Sultan HB X soal Penjabat Kepala Daerah yang Ingin Maju di Pilkada 2024

Sejumlah partai telah merampungkan penjaringan kandidat untuk Pilkada 2024 di kabupaten/kota Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Baca Selengkapnya

Jogja Fashion Week 2024 Bakal Libatkan 100 Produsen Fashion dan 112 Desainer

21 jam lalu

Jogja Fashion Week 2024 Bakal Libatkan 100 Produsen Fashion dan 112 Desainer

Puncak acara Jogja Fashion Week akan diadakan di Jogja Expo Center Yogyakarta pada 22 - 25 Agustus 2024.

Baca Selengkapnya

Pilkada 2024, Golkar DIY Jaring 39 Bakal Calon Kepala Daerah

1 hari lalu

Pilkada 2024, Golkar DIY Jaring 39 Bakal Calon Kepala Daerah

Partai Golkar DIY telah merampungkan penjaringan bakal calon kepala daerah untuk Pilkada 2024 di lima kabupaten/kota

Baca Selengkapnya

Melihat Sejarah Pendirian Uni Emirat Arab di Etihad Museum Dubai

1 hari lalu

Melihat Sejarah Pendirian Uni Emirat Arab di Etihad Museum Dubai

Bentuk bangunan Etihad Museum di Dubai ini unik, mirip dengan gulungan kertas yang akan mengingatkan pada Treaty of the UAE

Baca Selengkapnya

Jajal Dua Jenis Paket Wisata Naik Kano Susuri Hutan Mangrove Bantul Yogyakarta

3 hari lalu

Jajal Dua Jenis Paket Wisata Naik Kano Susuri Hutan Mangrove Bantul Yogyakarta

Wisatawan diajak menjelajahi ekosistem sepanjang Sungai Winongo hingga muara Pantai Baros Samas Bantul yang kaya keanekaragaman hayati.

Baca Selengkapnya

Cari Lobster di Pantai Gunungkidul, Warga Asal Lampung Jatuh ke Jurang dan Tewas

3 hari lalu

Cari Lobster di Pantai Gunungkidul, Warga Asal Lampung Jatuh ke Jurang dan Tewas

Masyarakat dan wisatawan diimbau berhati-hati ketika beraktivitas di sekitar tebing pantai Gunungkidul yang memiliki tebing curam.

Baca Selengkapnya

Jogja Art Books Festival 2024 Dipusatkan di Kampoeng Mataraman Yogyakarta

3 hari lalu

Jogja Art Books Festival 2024 Dipusatkan di Kampoeng Mataraman Yogyakarta

JAB Fest tahun ini kami mengusung delapan program untuk mempertemukan seni dengan literasi, digelar di Kampoeng Mataraman Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Mengenang Penyair Joko Pinurbo dan Karya-karyanya

4 hari lalu

Mengenang Penyair Joko Pinurbo dan Karya-karyanya

Penyair Joko Pinurboatau Jokpin identik dengan sajak yang berbalut humor dan satir, kumpulan sajak yang identik dengan dirinya berjudul Celana.

Baca Selengkapnya

Tutup Sampai Juni 2024, Benteng Vredeburg Yogya Direvitalisasi dan Bakal Ada Wisata Malam

5 hari lalu

Tutup Sampai Juni 2024, Benteng Vredeburg Yogya Direvitalisasi dan Bakal Ada Wisata Malam

Museum Benteng Vredeburg tak hanya dikenal sebagai pusat kajian sejarah perjuangan Indonesia tetapi juga destinasi ikonik di kota Yogyakarta.

Baca Selengkapnya