Kisah Arsitektur Between Two Gates di Kotagede Yogyakarta

Minggu, 28 April 2019 19:24 WIB

Salah satu pintu gerbang rumah-rumah penduduk di dalam lingkungan Between Two Gates di Kampung Alun-alun, Kotagede, Yogyakarta. TEMPO | Pito Agustin Rudiana

TEMPO.CO, Yogyakarta - Rumah-rumah lama di Kotagede, Yogyakarta, mempunyai keunikan. Sebagian rumah dibangun dalam satu pekarangan dengan satu pintu gerbang. Semacam cluster.

Baca: Wisata Sejarah, Kisah Benteng Setebal 1 Meter Jebol Ditendang

Tembok-tembok rumah sekaligus menjadi pagar lingkungan dalam satu pekarangan. Ada pula rumah-rumah dalam satu pekarangan yang mempunyai dua pintu gerbang yang berada di Kampung Alun-alun di Kelurahan Purbayan, Kotagede. Masyarakat menyebutnya sebagai perumahan Between Two Gates.

Kenapa disebut Between Two Gates? Sebabnya, rumah-rumah itu dibangun berbanjar dari timur ke barat dan saling berhadapan utara dan selatan. Deretan rumah-rumah itu dipisahkan jalan kecil seperti lorong yang menghubungkan dua gerbang yang masing-massing di ujung timur dan barat.

Ada sembilan rumah yang dibangun. Uniknya, satu kepemilikan rumah terbagi di sisi utara dan selatan yang saling berhadapan. Artinya, setiap rumah yang berhadapan adalah milik satu orang. Rumah induk berada di sisi utara menghadap selatan.

Advertising
Advertising

Masyarakat setempat meyakini bangunan tak boleh menyamai bangunan keraton yang menghadap ke utara, melainkan menghadap ke selatan atau menghadap keraton. Namun hasil sejumlah penelitian menyebutkan ada alasan fungsional mengapa rumah menghadap selatan.

Baca juga: Akhir Pekan, Ajak Anak Bertani dan Beternak di Desa Wisata Gamol

"Sisi selatan itu pantai (pantai selatan), utara itu gunung (Merapi). Manfaatnya, kalau malam bisa menyimpan angin sehingga tidak panas," kata pemandu Jelajah Pusaka Kotagede, Lutfi Eviyani, Minggu 21 April 2019.

Suasana rumah-rumah kuno penduduk di dalam lingkungan Between Two Gates di Kampung Alun-alun, Kotagede, Yogyakarta. TEMPO | Pito Agustin Rudiana

Sementara bangunan yang berseberangan dengan rumah induk adalah area publik atau berupa pendapa. Untuk akses jalan, setiap penduduk yang tinggal di sana mesti merelakan sebagian lahannya selebar sekitar 1,5 meter.

Dengan kata lain, bangunan setiap pemilik dibelah jalan untuk akses keluar masuk. "Istilahnya itu tanah rukun. Merelakan tanah di tengah-tengah jalan untuk menjadi milik bersama," kata pemandu lainnya di Jelajah Pusaka Kotagede, David Nugroho.

Setiap bangunan rumah di Between Two Gates menunjukkan kerukunan dan keguyuban antar penduduk. Pertama, mereka bisa menggunakan pendapa sebagai tempat untuk mengadakan pengajian atau aktivitas bersama lainnya. Penduduk yang rumahnya lebih sempit bisa meminjam pendapa tetangganya.

Baca juga: Wisata Sejarah, Teka-teki Letak Kerajaan Mataram di Kotagede

Kedua, bangunan-bangunan induk yang berimpitan dengan bangunan tetangga satu dan lainnya dipisahkan pintu yang saling berhubungan di bangunan belakang. Semisal ada tamu dan kehabisan gula atau teh, mereka bisa meminta gula atau teh dari tetangga sebelah lewat pintu belakang tanpa mempermalukan diri di hadapan tamu. "Mereka memegang prinsip tetangga itu keluarga terdekat. Kabar baik dan buruk, tetangga paling tahu lebih dulu," kata Lutfi.

Bentuk keguyuban juga ditandai dengan dibuatnya tempat duduk dari beton di samping atau depan rumah. Bentuknya biasanya berundak di depan rumah. Tempat duduk-duduk itu disebut tadhah bokong atau tempat bokong. "Ini tempat ngobrol, chit-chat sama tetangga sehabis menyapu halaman," ucap Lutfi.

Ada pula pilar penyangga yang disebut bahu danyang karena bentuknya seperti bahu orang yang tengah menyangga beban di atasnya. Bahu danyang berupa kayu yang menghubungkan dinding atau tiang penyangga dengan atap rumah.

Arsitektur rumah adat Jawa dengan kayu penyangga yang disebut Bahu Danyang. Sudut khas ini masih lestari di rumah-rumah kuno di Kotagede, Yogyakarta. TEMPO | Pito Agustin Rudiana

Lutfi menjelaskan, bahu danyang hanya terdapat di rumah joglo yang ada di Kotagede. Ada yang mengatakan untuk tolak bala. "Tapi hasil kajian arsitek hanya untuk penyangga bangunan saja. Semakin rumit ukirannya, semakin tinggi status sosialnya," tutur Lutfi.

Sementara desain rumah induk berupa teras di sisi depan, ruang lapang dengan empat pilar di sisi tengah, dan tiga ruang senthong yang disebut senthong kiwo, senthong tengen, dan senthong tengah.

Artikel lainnya: Ketahui Akses ke Bandara NYIA dengan Kereta Api

Dulu, senthong tengah dikosongkan sebagai tempat sesembahan Dewi Sri atau Dewi Kesuburan. Kini biasanya digunakan untuk salat. Senthong kiwo dan tengen digunakan untuk menyimpan senjata pusaka. Namun sekarang digunakan sebagai ruang tidur.

Berita terkait

Daftar Pemilihan Gubernur yang Digelar pada Pilkada 2024, Mengapa Yogyakarta Tak Termasuk?

15 jam lalu

Daftar Pemilihan Gubernur yang Digelar pada Pilkada 2024, Mengapa Yogyakarta Tak Termasuk?

Pilkada 2024 akan dilaksanakan pada November 2024 di semua provinsi di seluruh Indonesia, kecuali Daerah Istimewa Yogyakarta. Apa alasannya?

Baca Selengkapnya

Kenalkan Selokan Legendaris Van Der Wijck, Sleman Terbitkan Prangko Khusus

17 jam lalu

Kenalkan Selokan Legendaris Van Der Wijck, Sleman Terbitkan Prangko Khusus

Selokan Van Der Wijck berperan penting menjamin irigasi di Sleman, Yigyakarta. Dibuat pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono VIII berkuasa.

Baca Selengkapnya

Masalah Sampah di Yogyakarta Tak Kunjung Tuntas, Sultan Beri Pesan Ini ke Kepala Daerah

1 hari lalu

Masalah Sampah di Yogyakarta Tak Kunjung Tuntas, Sultan Beri Pesan Ini ke Kepala Daerah

Yogyakarta sebagai destinasi wisata turut tercoreng oleh masalah sampah yang belum terselesaikan setelah TPA Piyungan tutup.

Baca Selengkapnya

Sultan HB X Beri Pesan Abdi Dalem Yogyakarta Amalkan Ajaran Leluhur Mataram, Apa Saja ?

1 hari lalu

Sultan HB X Beri Pesan Abdi Dalem Yogyakarta Amalkan Ajaran Leluhur Mataram, Apa Saja ?

Sultan Hamengku Buwono X memberi pesan khusus kepada abdi dalem Keraton Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman di acara Syawaan.

Baca Selengkapnya

Bukan Lewat YIA, 3 Ribuan Calon Jemaah Haji Yogyakarta Tahun Ini tetap Terbang Lewat Bandara Solo

1 hari lalu

Bukan Lewat YIA, 3 Ribuan Calon Jemaah Haji Yogyakarta Tahun Ini tetap Terbang Lewat Bandara Solo

Yogyakarta International Airport saat ini masih belum memiliki asrama haji untuk embarkasi.

Baca Selengkapnya

Yogyakarta Siapkan Regulasi Baru Pedoman Pendanaan Pendidikan, Pungutan Bakal Dilegalkan?

1 hari lalu

Yogyakarta Siapkan Regulasi Baru Pedoman Pendanaan Pendidikan, Pungutan Bakal Dilegalkan?

Salah satu beleid paling disorot terutama tentang pungutan sekolah di Yogyakarta, yang akan diubah istilahnya menjadi dana partisipasi.

Baca Selengkapnya

Respon PHRI DIY Pasca Bandara YIA Jadi Satu-Satunya Bandara Internasional DIY-Jateng

2 hari lalu

Respon PHRI DIY Pasca Bandara YIA Jadi Satu-Satunya Bandara Internasional DIY-Jateng

PHRI DIY merespon soal penetapan Bandara YIA sebagai bandara internasional satu-satunya di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya

Dosen UPN Veteran Yogyakarta Akui Dugaan Kekerasan Seksual, Ini Sanksi Kampus

2 hari lalu

Dosen UPN Veteran Yogyakarta Akui Dugaan Kekerasan Seksual, Ini Sanksi Kampus

Beredar surat permohonan maaf seorang dosen UPN Veteran Yogyakarta (UPNVYK) terkait dugaan kekerasan seksual kepada seorang mahasiswi kampus tersebut.

Baca Selengkapnya

Mengenal Tradisi Merti Desa Mbah Bregas di Sleman, Keteledanan dari Sosok Pengikut Sunan Kalijaga

3 hari lalu

Mengenal Tradisi Merti Desa Mbah Bregas di Sleman, Keteledanan dari Sosok Pengikut Sunan Kalijaga

Pelaksanaan upacara adat Merti Desa Mbah Bregas di Sleman hanya dilangsungkan satu tahun sekali, tepatnya Jumat kliwon pada Mei.

Baca Selengkapnya

Viral Benda Bercahaya Hijau Melintasi Langit Yogyakarta, Meteor?

3 hari lalu

Viral Benda Bercahaya Hijau Melintasi Langit Yogyakarta, Meteor?

Meteor terang atau fireball itu bergerak dari selatan ke utara, tak hanya terpantau di langit Yogyakarta tapi juga Solo, Magelang, dan Semarang

Baca Selengkapnya