TEMPO.CO, Yogyakarta - Konsep desa wisata tumbuh di Kabupaten Sleman. Salah satu yang banyak digemari wisatawan adalah aktivitas di Desa Wisata Budaya Gamol yang berada di Dusun Gamol, Balecatur, Gamping, Sleman, Yogyakarta.
Baca: Ini 10 Destinasi Prioritas Homestay Desa Wisata, Bromo Termasuk
Letak Desa Wisata Gamol tak terlalu jauh dari pusat kota Yogyakarta. Dari Titik Nol Kilometer - Malioboro cukup lurus ke arah barat melewati Jalan Yogya - Wates. Dari pusat kota hanya butuh waktu sekitar 20 menit dengan kendaraan bermotor untuk mencapai desa wisata itu.
Kepala Dusun Wisata Gamol, Tamtama mengatakan Gamol merupakan desa wisata yang dirancang ke arah edukasi alam desa yang sebenarnya. Jangan mencari fasilitas outbond atau permainan anak di sini. Pengunjung Desa Wisata Gamol, khususnya anak-anak akan diajak belajar bertani dan beternak dengan cara yang sesungguhnya.
"Ada beberapa zona wisata edukasi yang tersedia di sini," ujar Tamtama, Jumat 26 April 2019. Pertama, zona tanam padi bernama Taman Sukereno. Di zona ini wisatawan diajak belajar bercocok tanam seperti padi. Namun medianya bukan di sawah, melainkan bak kontainer.
Zona Taman Sukoreno di Desa Wisata Gamol, Sleman, Yogyakarta. TEMPO | Pribadi.Wicaksono
Di taman ini, wisatawan juga diajari langsung oleh para petani yang juga warga Desa Gamol mengenai cara panen dan bertanam sayur mayur hingga budidaya padi, belut, dan lele.
Baca juga:
Kampung Flory Bukan Cuma Keindahan Alam, Intip Nilai Plus Lainnya
Zona kedua adalah Peternakan dan Perah Susu Kambing Dwi Manunggal. Di zona ini wisatawan akan mendapatkan edukasi cara beternak kambing dan melakukan pemerahan susu kambing. Bukan kambing biasa, yang menjadi kambing ternak di Desa Gamol khusus peranakan etawa.
Jangan membayangkan kandang kambing di zona ini becek dan kotor. Justru sebaliknya, kandang kambing di sini amat bersih. Kandang didesain dapat langsung menampung kotoran untuk diolah jadi pupuk saat dikeluarkan dan mudah dibersihkan dari segala arah.
Kandang ternak kambing Etawa di Desa Wisata Gamol Sleman, Yogyakarta. TEMPO | Pribadi Wicaksono
Yang tak kalah menarik, dari total 30 ekor kambing yang diternak, masing masing punya nama layaknya manusia. Mulai Paijo, Maryono, dan nama lain yang akrab bagi masyarakat pedesaan Jawa.
Tak jauh dari kandang itu, ada lapangan rumput yang dikelilingi bunga warna warni. Di tengah lapangan itu ada beberapa ekor kambing peranakan etawa yang siap diperah. Wisatawan bisa melihat dari dekat atau mempraktekkan langsung cara memerah susu kambing.
Para siswa melihat proses pemerahan susu kambing Etawa di Desa Wisata Gamol, Sleman, Yogyakarta. TEMPO | Pribadi Wicaksono
Zona ketiga adalah Rumah Produksi Susu. Di zona ini, hasil perahan susu kambing diolah menjadi susu siap minum baik dalam bentuk cair maupun bubuk. Susu ini terbagi menjadi tiga rasa, yakni original, cokelat, dan stroberi kemudian dikemas untuk dijual sebagai oleh-oleh.
Artikel lainnya: Libur Akhir Tahun, di Tengah Alam Desa Wisata Malasari Bogor
Produk susu bubuk kambing etawa yang diproduksi penduduk Desa Wisata Gamol Sleman, Yogyakarta. TEMPO | Pribadi Wicaksono
Jika sudah selesai belajar bertani dan beternak, pengunjung bisa masuk ke sebuah bangunan rumah seluas sekitar 100 meter persegi. Ini adalah Zona Rumah Jamur yang berisi aneka budidaya jamur.
"Kami mengolah jamur menjadi berbagi macam produk, mulai sate, tahu jamur, keripik jamur aneka rasa, kerupuk jamur, kaldu jamur non MSG, brownies jamur, hingga lumpia jamur," ujar Tamtama. Satu lagi zona lain di Desa Wisata Gamol yang tak kalah menarik adalah zona pengelolaan sampah dan limbah plastik menjadi barang dengan nilai jual.
Jangan khawatir kantong bakal jebol saat mencoba berbagai zona di Desa Wisata Gamol ini. Pengunjung bisa menikmati semua sarana rekreasi dengan membayar Rp 15 ribu per orang. "Tarif itu sudah termasuk minum susu kambing gratis dan mendapat cinderamata khas desa," ujar Tamtama.
Sejak diresmikan pada Oktober 2018 oleh Permaisuri Raja Keraton Sri Sultan Hamengku Buwono X, Gusti Kanjeng Ratu Hemas, pengunjung Desa Wisata Gamol sebanyak lebih dari 1.300 orang sampai akhir 2019. "Sebagian besar yang datang adalah siswa sekolah dasar," kata Tamtama.