TEMPO.CO, Jakarta - Heboh sampah plastik akhir-akhir ini, membuat Qantas Group mengganti penggunaan 45 juta gelas plastik, 30 juta set alat makan, 21 juta gelas kopi, dan 4 juta penutup sandaran kepala dengan bahan alternatif ramah lingkungan pada akhir tahun 2020.
Daftar tersebut melampaui pembatasan yang dikeluarkan oleh Uni Eropa, baik dari luasnya cakupan maupun kecepatan waktu implementasi. “Dengan kapasitas penumpang sebesar 50 juta orang setiap tahunnya, kami menghasilkan lebih dari 30.000 ton sampah, atau setara dengan berat delapan pesawat 747,” kata CEO Qantas Group Alan Joyce dalam siaran persnya awal Maret ini.
Qantas berinisiatif menjadi maskapai pertama di dunia yang rmenggunakan kembali, mendaur ulang, dan mengubah menjadi kompos setidaknya tiga perempat sampahnya yang menuju tempat pembuangan akhir pada penghujung tahun 2021.
Jadi jangan heran, kini di Qantas, QantasLink, dan Jetstar tak ada lagi sedotan plastik maupun plastik pembungkus piyama dan headset. Bahkan, dokumen fisik pun kini dalam peralihan wujud kertas menuju digital, misalnya untuk boarding pass dan buku petunjuknya. Demikian juga dengan makanan yang berlebih akan disumbangkan atau mengubahnya menjadi kompos, termasuk seragam lamanya.
KCIC Sebut Cuaca Buruk Picu Keterlambatan Perjalanan Kereta Cepat Whoosh
7 hari lalu
KCIC Sebut Cuaca Buruk Picu Keterlambatan Perjalanan Kereta Cepat Whoosh
Cuaca buruk membuat perjalanan kereta cepat Whoosh mengalami keterlambatan. PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) memberi kompensasi makanan dan minuman untuk penumpang.
Koalisi Desak Pemimpin ASEAN Sukseskan Perjanjian Plastik Global untuk Akhiri Pencemaran
13 hari lalu
Koalisi Desak Pemimpin ASEAN Sukseskan Perjanjian Plastik Global untuk Akhiri Pencemaran
TEMPO, Jakarta- Koalisi Organisasi Masyarakat Sipil mendesak pemimpin ASEAN untuk mengambil sikap tegas dalam negosiasi yang sedang berlangsung untuk mengembangkan instrumen hukum internasional yang mengikat demi mengatasi pencemaran plastik, termasuk di lingkungan laut.