Destinasi Wisata Kurang Ramah Lansia? Tilik 8 Kebutuhannya
Reporter
Muh. Syaifullah (Kontributor)
Editor
Susandijani
Rabu, 27 Februari 2019 05:25 WIB
TEMPO.CO, Yogyakarta - Menjadi salah satu tujuan wisata dunia, Indonesia membutuhkan destinasi wisata yang ramah orang lanjut usia atau lansia. Sayangnya tidak semua destinasi wisata ramah terhadap pengunjung yang berusia lanjut. Pemerintah dan pengelola wisatawan diharapkan menyediakan fasilitas bagi wisatawan dari kelompok lanjut usia ini.
Baca juga: Sensasi Wisata Berjalan di Bawah Laut, Mau Coba?
Peneliti Pusat Studi Pariwisata (Puspar) Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr. Dyah Widiyastuti mengatakan keinginan berwisata bagi kaum lanjut usia berbeda dengan wisatawan pada umumnya. Bagi lansia, berwisata lebih condong untuk bisa berkumpul bersama dengan orang lain baik bersama keluarga maupun teman komunitas.
“Motivasi lansia untuk wisata lebih pada sosial impersonal dan motivasi fisik,” kata Dyah dalam diskusi mobilitas dan wisata lansia di Ruang seminar Puspar UGM, Selasa, 26 Februari 2019.
Wisatawan dari kalangan lansia biasanya datang bersama dengan anggota keluarga, seperti anak, menantu, dan cucu. Atau berwisata dengan komunitas yang mereka ikuti. Ia menyebutkan ada delapan aktivitas lansia selama berwisata. Yaitu duduk, jalan, ngobrol, makan, membaca, mengasuh cucu, berfoto ria dan menikmati lingkungan.
“Mereka melakukan kegiatan pasif menyesuaikan ketersediaan fasilitas yang ada di objek wisata,” kata dia.
Ia menyontohkan, pola wisatawan lansia di kota Yogyakarta, didominasi oleh kelompok lansia dengan kondisi sosial demografi dan ekonomi yang rendah. Kegiatan bepergian lansia kota Yogyakarta umumnya hanya berkunjung ke tempat wisata yang ada di sekitar rumah karena terjangkau bagi orang yang umurnya sudah lanjut.
Berikutnya hasil penelitian tentang kesenangan pengunjung wisata lanjut usia
<!--more-->
Dari penelitiannya, disimpulkan pengunjung wisata dari kelompok lanjut usia lebih senang melakukan aktivitas yang dipusatkan pada keluarga. Maka ia rekomendasikan sebaiknya ruang destinasi wisata menyediakan media atraksi berupa ruang terbuka, walking track, dan konektivitas dengan masa lalu.
Yang tidak kalah pokok adalah aksesibilitas berupa tempat parkir dan dropzone, zona untuk sepeda, andong, bus, mobil, rest area dan jalur pejalan kaki yang landai dan rindang. Karena, itu sangat memudahkan bagi wisatawan yang usianya memang sudah lanjut.
Untuk amenitas, diperlukan restoran terbuka dengan sajian makanan sehat, tempat duduk yang terlindung, toko cinderamata yang berhubungan dengan masa lalu dan tersedianya klinik. Selain itu, ada petugas yang ramah dan membantu para wisatawan lansia serta ketersediaan papan petunjuk informasi visual yang memudahkan para wisatawan.
Feriawan Agung Nugroho, pengurus Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Yogyakarta mengatakan mereka setiap tahunnya mengadakan kegiatan wisata bagi anggota balai. Pihaknya mengajak 130 orang lansia dengan lebih 50 orang pendamping. “Kadang satu pendamping untuk lima orang,” kata dia.
Berdasarkan pengalaman dia saat mengajak anggota lansia piknik ke lokasi wisata, sering terhambat oleh area parkir dan dropzone yang jauh dari loket dan objek wisata. Para lansia harus berjalan jauh sementara kondisi fisik mereka kurang mendukung.
“Sementata ini, lokasi wisata yang paling mudah diakses oleh lansia hanya pantai,” kata dia.
Apalagi soal toilet. Ia menyebut, sangat jarang tempat wisata dengan toilet yang ramah lansia. Bahkan tidak ada sandaran kursi bagi lansia selama berada di objek wisata.
Dari pengakuan ibu Deborah, salah satu penghuni panti lansia di Kota Yogyakarta kegiatan wisata sangat ditunggu-tunggu bagi anggota panti. Saking senangnya, jika besoknya akan piknik malah tidak bisa tidur di malam harinya. “Kalau besoknya mau berangkat, malamnya kami malah tidak bisa tidur,” kata dia.
Baca juga: Mau Wisata di Bandung Tanpa Mobil Pribadi, Coba Wahana Bandros