Di Restoran Ini, Sekali Gigit, Burger dan Sushi Tercapai
Reporter
Diko Oktara
Editor
Susandijani
Rabu, 23 Januari 2019 14:14 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah plang bertulisan "Burgushi" dengan aksara Jepang di bawahnya menarik perhatian saya saat melintas di Jalan Panglima Polim V, Jakarta Selatan. Saat memasuki restoran itu, dua orang pengemudi ojek online tengah menunggu pesanan di meja luar. Ada pula dua pelanggan lain yang juga sedang menunggu giliran memesan.
Baca juga: Prestise Langka, Restoran dengan Predikat Dunia Ini Ada di SCBD
Seperti ditulis KORAN TEMPO edisi 7 April 2018, tempat pemesanan makanan ada di bagian depan. Di belakang tempat pemesanan itu terdapat dapur terbuka yang memungkinkan pengunjung melihat proses pembuatan makanan dan minuman. Setelah memesan, pelanggan diminta segera membayar sebelum pesanan diantar ke meja Anda.
Restoran bernama Burgushi itu tidak terlalu besar, hanya memuat beberapa meja di bagian dalamnya. Saya datang pada waktu makan siang, dan terlihat sekali suasana di dapur sedang sibuk-sibuknya. Selepas waktu makan siang, pengunjung seakan-akan berganti dari pengemudi ojek online menjadi anak-anak muda.
Saya memilih satu meja untuk dua orang karena datang bersama seorang kawan. Ketika tiba giliran memesan, seorang pria muda dengan kemeja putih menanyakan apa yang saya pesan. Saya pun bertanya menu andalan mereka, dan pria itu segera menawarkan menu Salmon Mentai dan Beef Double.
Saya pun memesan dua menu tersebut, ditambah satu menu lain, yaitu Karaage Tamago. Setelah itu, saya harus menunggu selama 10-15 menit hingga pesanan datang. Lalu, semua menu pun datang bersamaan.
Secara bentuk, baik Salmon Mentai maupun Beef Double mirip burger pada umumnya. Hanya, pada bagian yang biasanya memakai roti diganti dengan nasi yang dimasak sehingga menjadi renyah seperti chicken katsu. Ukuran nasinya cukup tebal sehingga pengunjung yang porsi makannya tidak banyak bisa merasa kenyang.
Menu pertama yang saya cicipi adalah Salmon Mentai. Menu ini berisi potongan daging ikan salmon dan mentimun yang diapit dua kepal nasi yang dimasak seperti chicken katsu dan dibalut lagi dengan potongan nori. Begitu digigit, rasa nasi dan nori terasa begitu dominan dibanding salmon.
Anda harus mencecap sedikit lebih dalam untuk bisa merasakan salmon di dalamnya. Harus diakui, potongan nasi sebagai pengganti roti cukup tebal sehingga membuat rasa nasi menjadi dominan. Tekstur nasi yang dibuat seperti chicken katsu membuat hadirnya sensasi garing pada setiap gigitan.
Pengalaman berbeda terjadi ketika Anda mencicipi menu Beef Double. Meski bentuknya sama seperti Salmon Mentai, potongan dua daging sapi dan keju di dalamnya membuat lidah Anda bergoyang. Porsi nasi yang tebal tidak begitu terasa kali ini karena dagingnya yang tak kalah besar dan juga lembut.
Lalu yang terakhir adalah Karaage Tamago. Menu ini adalah makanan burger orisinal seperti pada umumnya yang menggunakan roti, dan di dalamnya terdapat ayam goreng tepung beserta irisan sayuran. Ketika digigit, rasa daging ayamnya renyah. Namun ukuran burger ini rasanya kurang besar.
Berikutnya, apa keistimewaan restoran Burgushi, ini?
<!--more-->
Burgushi berawal dari kecintaan pemiliknya terhadap burger dan sushi, sehingga terlintaslah ide untuk menggabungkan keduanya. Pemiliknya, Wilson Tjandra, 22 tahun, menggabungkan dua menu kesukaannya itu dalam satu menu. Ia merintis usaha ini bersama dua orang temannya. Namun saat akan mendirikan gerai pertama di Panglima Polim pada Februari lalu, teman-temannya mundur. Praktis ia mengelola Burgushi seorang diri.
Wilson menyatakan dirinya memang ingin membuat sesuatu yang unik, yaitu dengan mengganti roti pada menu burger dengan nasi. Ukuran nasi yang difungsikan seperti roti itu awalnya jauh lebih tebal dari yang dipakai saat ini. Meski sudah menjual burger dengan nasi, ternyata konsumen masih menginginkan ada menu nasi lain. Karena itu, ia menambahkan menu nasi bernama Truffle Gyudon.
Menurut Wilson, unsur sushi dalam burger terdapat pada bahan-bahan yang digunakan. Misalnya pada menu Salmon Mentai, terdapat salmon, mentimun, dan sashimi, yang identik dengan makanan sushi. Soal rasa nasi dan nori yang dominan, Wilson menjelaskan hal itu karena rasa salmon memang cenderung kurang kuat jika dibandingkan dengan rasa daging sapi. "Lebih ringan," katanya kepada Tempo, saat itu.
Sebagai pemilik, Wilson terlihat tidak segan untuk terjun melayani pelanggan, bahkan yang menerima dan mengantar pesanan kami adalah Wilson. Ia mengatakan ingin benar-benar mengerti soal bisnis yang tengah digelutinya ini, mulai dari produk sampai kecepatan penyajian.
Adapun bahan-bahan makanan yang digunakan restoran ini didapat dari pemasok yang berasal dari dalam negeri, meski sejumlah bahannya didapatkan dari barang impor. Wilson menjual burgernya pada kisaran Rp 30-45 ribu.
Baca juga: Uniknya Restoran ala Harry Potter, Buka hingga 29 Januari 2019
KORAN TEMPO