Pameran Audio Lawas Yogyakarta, Ada Gramofon Edison
Reporter
Pito Agustin Rudiana (Kontributor)
Editor
Rita Nariswari
Jumat, 16 November 2018 16:11 WIB
TEMPO.CO, Yogyakarta - Iwan Ganjar Indrawan sibuk mereparasi gramofon yang rusak di ruang pamer Bentara Budaya Yogyakarta, Kamis, 15 November 2018. Gramofon yang diperbaikinya adalah salah satu dari puluhan aneka audio lawas yang dipamerkan dalam ajang Pameran Audio Lawasan bertema Slompret Jogja sejak 13-23 November 2018.
Selain gramofon, ada juga turntable, phonograf, radio, tape recording, juga tape reel yang dipamerkan. Semuanya klasik karena berangka tahun puluhan, bahkan ratusan tahun lalu. Peserta pameran adalah Paguyuban Padmaditya, sebuah komunitas pecinta dan kolektor audio lawasan. “Saya lebih suka mengutak-atik ketimbang mendengarkan suaranya,” kata Iwan saat ditemui Tempo.
Alasannya, dia tidak bisa fokus lama untuk mendengarkan alunan musik, apalagi menyimaknya. Audio lawas koleksinya, berupa gramofon, phonograf, kotak musik, radio, dan tape reel jarang diperdengarkan suaranya. Hanya dioperasikan ketika perawatan untuk memastikan audio-audio klasik itu masih bisa berfungsi. “Sebulan sekali, setengah tahun sekali saya kasih minyak. Dan jangan ditaruh di tempat lembap,” kata Iwan membagikan resep perawatannya.
Barang-barang itu tak diletakkan di ruang khusus. Melainkan jadi satu dengan perabotan rumah lainnya. Tak hanya mengutak-atik koleksi sendiri, Iwan juga mereparasi audio koleksi teman-temannya. Onderdil yang tak lagi diproduksi tak jadi soal bagi Iwan. “Ya, kanibal. Ada semua di rumah,” kata Iwan.
Di sela kesibukannya menjadi montir mesin audio klasik, Iwan mengisahkan tentang salah satu gramofon miliknya yang ikut serta dalam pameran. Gramofon itu bermerek Edison Diamond Disk berangka 1920. Tapi menurut Iwan, tahun pembuatannya mestinya berkisar 1900-1910. “Karena ini buatan masa Thomas Alfa Edison. Pabriknya berdiri 1900-1910,” kata Iwan.
Tak mengherankan, gramofon itu paling disayanginya di antara 100 gramafon koleksinya. Benda itu diletakkan di atas kotak semacam lemari dengan dua rak di bawahnya. Selain buatan zaman Edison, keunikan gramafon itu terletak pada jarum pemutar piringan hitam atau vinil yang terbuat dari diamond. Berbeda dengan jarum pada gramofon lainnya yang terbuat dari besi. “Diamond itu awet dan suara yang dihasilkan lebih halus. Sekaligus barangnya mahal,” kata Iwan. Ia mendapatkan benda itu dari pedagang barang antik di Surakarta. Soal harga, dia mengaku lupa.